c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

18 Januari 2023

09:20 WIB

Mendag: Neraca Perdagangan 2022 Cetak Rekor Tertinggi

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengataka neraca perdagangan Indonesia 2022 mencetak rekor tertinggi dengan capaian surplus sebesar US$54,46 miliar.

Mendag: Neraca Perdagangan 2022 Cetak Rekor Tertinggi
Mendag: Neraca Perdagangan 2022 Cetak Rekor Tertinggi
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/12/2022 ). Antara Foto/Didik Suhartono

JAKARTA – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bersyukur karena nilai neraca perdagangan Indonesia 2022 mencetak rekor tertinggi dengan capaian surplus sebesar US$54,46  miliar. Surplus neraca perdagangan 2022 merupakan rekor surplus terbesar selama ini. 

"Saya bersyukur, surplus neraca perdagangan 2022 sebesar US$54,46 miliar merupakan rekor terbesar  selama ini. Neraca perdagangan ini didorong kinerja ekspor 2022 yang juga mencetak rekor baru  dengan nilai sebesar US$291,98 miliar," kata Zulkifli Hasan dalam keterangan resmi, Rabu (18/1).

Zulkifli Hasan mengungkapkan, di penghujung 2022, neraca perdagangan Indonesia  kembali mencatatkan surplus pada Desember 2022 sebesar US$3,89 miliar. Surplus terdiri atas perdagangan non-migas sebesar US$5,61 miliar dan defisit perdagangan migas US$1,73 miliar. 

Surplus tersebut masih melanjutkan tren surplus bulanan ke-32 secara beruntun sejak Mei 2020. Surplus perdagangan disumbang beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. 

Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar dengan nilai sebesar US$1,11 miliar, diikuti India US$0,98 miliar, dan Filipina US$0,87 miliar. 

Pada Desember 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai US$23,83 miliar. Nilai tersebut turun 1,10%dibanding November 2022 (month to month/mtm), namun tetap naik 6,58% dibanding Desember 2021 (year on year/yoy).

Penurunan disebabkan melemahnya ekspor non-migas sebesar 2,73% mtm. Sedangkan  ekspor migas tetap naik migas sebesar 32,46% mtm

Penurunan nilai ekspor non-migas Desember 2022 terjadi karena adanya pelemahan pada seluruh sektor. Pada periode ini, ekspor sektor pertanian  turun sebesar 12,09%, ekspor sektor industri pengolahan turun sebesar 1,12%, dan ekspor  sektor pertambangan mengalami pelemahan sebesar 6,61% mtm

Pelemahan ekspor Desember 2022 dipicu penurunan ekspor beberapa produk, antara lain kopi, teh,  dan rempah-rempah (HS 09) turun 22,11%, bahan kimia anorganik (HS 28) turun 20,90%,  logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 11,61%, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) turun 10,67%, serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang turun 9,47% mtm.  

Baca Juga: Pengamat: Tetap Waspada, Meski Neraca Perdagangan Suplus

Di tengah pelemahan ekspor ini, terdapat beberapa produk utama ekspor non-migas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan. Produk tersebut di antaranya timah dan barang dari pada (HS 80) yang naik 61,35%, nikel dan barang daripadanya (HS 75) yang naik 41,50%, serta  serat stapel buatan (HS 55) yang naik 24,45% mtm

Peningkatan ekspor timah dan nikel dipicu oleh peningkatan harga timah dan nikel pada Desember 2022 masing-masing sebesar 13,76% dan  13,24% mtm

Zulkifli Hasan juga mengungkapkan, China, Jepang, dan Amerika Serikat menjadi pasar utama ekspor non-migas Indonesia. Pada Desember 2022, nilai ekspor non-migas negara mitra tersebut  tercatat sebesar sebesar US$9,92 miliar dan berkontribusi sebesar 44,39% terhadap ekspor  non-migas nasional. 

Adapun beberapa negara lain tujuan ekspor nonmigas yang masih mengalami  peningkatan ekspor pada Desember 2022 antara lain Spanyol yang naik 91,84%, Pakistan naik  58,36%, Inggris naik 48,34%, Vietnam naik 21,63%, dan Singapura naik 16,66%.  

“Ditinjau dari kawasan, penguatan ekspor non-migas terbesar terjadi ke Asia Barat yang naik 207,93%, Eropa Utara (34,12% mtm) dan Eropa Selatan (15,08% mtm),” ujar Zulkifli Hasan. 

Secara kumulatif, total ekspor selama periode 2022 tercatat mencapai US$291,98 miliar atau  meningkat 26,07% yoy Peningkatan ekspor  tersebut ditopang penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik 25,80% yoy menjadi US$275,96  miliar dan ekspor sektor migas yang naik 30,82% yoy menjadi sebesar 16,02 miliar. 



Impor Barang Modal Tumbuh
Total impor Indonesia pada Desember 2022 mencapai US$19,94 miliar. Nilai ini meningkat 5,16% mtm. Kenaikan dipicu naiknya impor migas sebesar 14,15% mtm dan impor non-migas sebesar 3,60 % mtm

Zulkifli Hasan mengungkapkan, peningkatan impor pada Desember 2022 dipicu oleh naiknya  impor keseluruhan golongan penggunaan barang. Impor barang modal mengalami pertumbuhan  tertinggi sebesar 12,90% mtm, diikuti oleh pertumbuhan impor barang konsumsi yang naik 7,71%, dan bahan baku/penolong naik 3,08%.  

Peningkatan impor barang modal dan bahan baku/penolong pada periode ini dipengaruhi oleh berlanjutnya pemulihan industri dalam negeri yang terlihat dari Purchasing Manufacturing Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada pada level 50,9. Nilai ini naik dari posisi PMI bulan November 2022 yang berada di level 50,3. 

Adapun produk impor barang modal yang mengalami kenaikan pada  Desember 2022 diantaranya kereta cepat dan kendaraan untuk angkutan barang. Sedangkan beberapa  bahan baku/penolong yang mengalami peningkatan, antara lain bahan bakar diesel, minyak mentah,  dan gandum.  

Baca Juga: Lanjutkan Tren, Surplus Perdagangan RI US$3,89 Miliar di Desember 2022

Sementara untuk beberapa barang konsumsi yang meningkat signifikan pada Desember 2022 adalah bawang putih, buah-buahan, dan daging. 

Peningkatan impor barang konsumsi terjadi karena meningkatnya permintaan saat liburan Natal dan Tahun Baru serta menguatnya daya beli masyarakat yang tercermin dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 119,1 pada November 2022  menjadi 119,9 pada Desember 2022. 

Berdasarkan negara asal, impor non-migas Indonesia didominasi dari Tiongkok, Jepang, dan Australia dengan total pangsa 48,60%dari total impor non-migas Desember 2022. 

Sementara itu, negara asal  impor dengan peningkatan impor non-migas terbesar secara bulanan adalah Norwegia yang naik 758,83%, Finlandia (111,60%), Hongkong (49,60%), Jerman (42,05%), dan Swedia (36,90%). 

"Secara kumulatif, total impor periode Januari-Desember 2022 mencapai US$237,52 miliar atau naik 21,07$ dari periode 2021. Pertumbuhan impor tersebut dipicu melonjaknya impor migas sebesar 58,32% dan naiknya impor nonmigas sebesar 15,50% yoy," tutur Zulkifli Hasan. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar