c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

13 Januari 2023

17:20 WIB

Indonesia Produksi Baterai Kendaraan Listrik di Semester I/2024

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan pada semester I/2024, Indonesia siap memproduksi baterai untuk kendaraan listrik.

Penulis: Khairul Kahfi

Indonesia Produksi Baterai Kendaraan Listrik di Semester I/2024
Indonesia Produksi Baterai Kendaraan Listrik di Semester I/2024
Ilustrasi baterai kendaraan listrik. Driver ojek online mengisi baterai kendaraan bermotor di SPKLU PLN, Gambir, Jakarta, Jumat (25/11/20 22). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, Indonesia siap untuk memproduksi baterai kendaraan listrik pada semester I/2024. Ia menginformasikan, pemerintah telah membuat beberapa formulasi untuk mengakomodasi pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik.

“Pembangunan ekosistem baterai mobil (listrik) terus berjalan dan direncanakan produksi kita sudah mulai berjalan di semester pertama 2024 dari yang dibangun oleh LG di Karawang,” jelasnya pasca mengikuti Ratas mengenai Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (13/1).

Bahlil menyampaikan, upaya pembangunan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) ini akan mendorong penciptaan dan peningkatan lapangan kerja di Tanah Air.

“Jadi yang ke depan kita bangun itu adalah ekosistem pembangunan EV dan motor, itu dalam rangka penciptaan lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Kedua, dirinya juga menyampaikan, ekosistem hulu ke hilir antara Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) dan LG juga sudah mulai konstruksi pada tahun ini.

Sebelumnya, mengutip Antara, perusahaan asal China CATL diketahui telah menggandeng PT Aneka Tambang (Antam) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) membangun pabrik baterai senilai US$5,97 miliar atau Rp85,77 triliun di Maluku Utara. 

Baca Juga: 15 Desember 2022 19:19 WIB Pemerintah Sebut Tengah Finalisasi Aturan Insentif Kendaraan Listrik

CATL merupakan merupakan produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia dengan pangsa pasar 32,6% untuk baterai lithium-ion. CATL bersama Antam dan IBC akan membangun proyek yang mencakup mulai dari penambangan nikel hingga bahan baterai, daur ulang, dan pabrik baterai mobil listrik dan motor listrik.

Terkait dengan hal ini, Bahlil berujar, ke depan Indonesia akan melakukan pembatasan pembangunan smelter yang tidak berorientasi pada green energy.

“Ini sebagai bentuk (upaya) dari pemerintah dalam rangka melakukan penataan terhadap pembangunan produk yang berorientasi pada green energy dan green industry,” jelasnya.

Bahlil juga menekankan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik diperlukan untuk menjaga agar pasar besar yang dimiliki oleh Indonesia tidak dipenetrasi dengan produk-produk dari luar negeri. Pemerintah berkeras agar pasar di dalam negeri tidak dioptimalkan dengan produk-produk dari luar negeri.

Ia pun mencontohkan Thailand sebagai negara yang begitu mendukung industri terkait secara masif. “Thailand itu banyak sekali memberikan sweetener, yang kemudian merangsang untuk industrinya dibangun dalam negara mereka dan Indonesia enggak boleh kalah,” sebutnya.

Tak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, lanjutnya, produksi dalam negeri juga berpotensi untuk mengisi pasar di negara lain. Ia begitu yakin, Indonesia juga mampu melakukan penetrasi pasar ekspor. 

“Terkait dengan hal itu, BUMN juga tadi disampaikan untuk melakukan penyiapan infrastruktur yang lain,” ucapnya.

    Driver ojek online mengisi baterai kendaraan bermotor di SPKLU PLN, Gambir, Jakarta, Jumat (25/11/20 22). ValidNewsID/Fikhri Fathoni


Perkembangan Investasi
Pada kesempatan yang sama  Bahlil juga memaparkan perkembangan investasi baterai kendaraan listrik dari perusahaan asal Korea Selatan LG, CATL asal China, dan Britishvolt dari Inggris.

Untuk investasi LG dan CATL yang konstruksinya akan dimulai pada 2023, bakal menciptakan ekosistem EV dari hulu hingga hilir. Ia menuturkan, LG dan CATL memiliki konsep serupa, yakni menggandeng sejumlah perusahaan lokal di bawah holding BUMN perusahaan pertambangan, MIND ID.

Untuk tahapan penambangan keduanya bekerja sama dengan PT Antam. Kemudian untuk smelter menggandeng Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), BUMN yang sahamnya dimiliki oleh Antam, MIND ID, PLN, dan Pertamina.

"Kemudian prekusor katoda baterai cell sampai recycle. Jadi ini satu ekosistem yang mungkin salah satu pertama kali di dunia, karena yang lainnya itu parsial," sebutnya.

Baca Juga: Hyundai Akan Produksi Battery Pack Mobil Listrik Di Indonesia

Dari segi nilai investasi, LG bakal mengucurkan modal sebesar US$9,8 miliar, sementara CATL akan mengeluarkan modal sekitar US$6 miliar. "Ini yang sekarang sudah running di tahun ini," kata Bahlil Lahadalia.

Untuk LG, lokasi smelternya berada di Maluku Utara, didekatkan dengan tambang. Sedangkan pabrik prekursor katoda sebagiannya berada di Batang, Jawa Tengah.

“(Kemudian), CATL lagi menentukan lokasinya antara Batang dan Kaltara (Kalimantan Utara)," tambahnya.

Sementara itu untuk investasi dari Britishvolt, ia meyakini, proses perizinan sudah hampir rampung. Akan tetapi, pembangunannya diperkirakan baru akan mulai pada kuartal kedua atau ketiga di 2023.

Kebijakan Terkait Kendaraan Listrik
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.

Pemerintah telah menetapkan peta jalan (roadmap) pengembangan industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri (TKDN).

Pemerintah juga menargetkan produksi BEV pada 2030 dapat mencapai 600 ribu unit untuk roda 4 atau lebih, serta 2,45 juta unit untuk roda 2. Sedangkan, pembelian kendaraan listrik untuk roda 4 akan mencapai 132.983 unit dan untuk kendaraan listrik roda 2 akan mencapai 398.530 unit.

Selain itu, dalam rangka mendorong industrialisasi BEV, pemerintah memberikan berbagai insentif fiskal dan non-fiskal bagi konsumen BEV. Seperti pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) sebesar 0% (PP No 74/2021), pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor (BBN-KB) sebesar 0% untuk KBLBB di Pemprov DKI Jakarta (Pergub No 3/2020). 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar