06 Juli 2023
20:30 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia telah menandatangani rencana aksi bersama Pemerintah Negara Bagian Western Australia berkaitan dengan kerja sama critical mineral periode 2023-2025.
Adapun pilar yang termaktub dalam rencana aksi itu mencakup rantai pasok, environmental, social, and governance (ESG), serta pengembangan tenaga kerja terampil dengan tujuan pencapaian industri baterai maupun mineral penting yang memberi nilai tambah, tangguh, dan berkelanjutan di dua negara.
Dubes RI Canberra Siswo Pramono mengatakan kerja samma kedua negara bisa memmbuka peluang besar untuk sektor critical mineral. Apalagi, Western Australia punya cadangan mineral yang melimpah untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik.
"Australia akan menjadi pemasok lithium dan Indonesia menjadi pemasok nikel. Keduanya merupakan komponen utama dalam produksi EV," tutur Siswo lewat siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (6/7).
Sementara itu, Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid menjelaskan penandatanganan rencana aksi itu merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) antarkedua negara yang ditandatangani pada Februari 2023 lalu terkait penjajakan peluang kemitraan mineral kritis untuk industri baterai dan kendaraan listrik.
Baca Juga: ESDM: Klasifikasi Mineral Kritis Masuki Tahap Akhir
Senada dengan Dubes Siswo, Arsjad menjabarkan Australia merupakan pemasok utama lithium, sedangkan Indonesia menyandang predikat sebagai produsen nikel terbesar, dimana kedua komoditas itu memegang peran vital dalam produksi baterai kendaraan listrik.
"Kedua negara punya cadangan yang cukup penting untuk produksi baterai dengan potensi saling melengkapi untuk mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan," kata dia.
Arsjad pun menegaskan kerja sama yang terjalin dengan Negeri Kangguru itu bisa mengkapitalisasi inovasi bersama guna memperkuat posisi di rantai pasok global. Dalam hal ini, investasi bersama pada area strategis merupakan langkah yang akan dilakukan.
"Caranya lewat investasi bersama pada area strategis dalam pembangunan ekonomi kedua negara," tandas Arsjad Rasjid.
Baca Juga: Kadin Indonesia Jajaki Perluasan Kerja Sama Ekonomi Dengan Australia
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun punya anggapan kedua negara bisa berkontribusi lebih besar pada global value chain guna memasok kebutuhan baterai maupun mineral penting di tingkat global.
Apalagi, Indonesia diproyeksikan menjadi manufacturing powerhouse dengan potensi cadangan nikel dan tenaga kerja yang berlimpah, ditambah kemudahan akses berbagai bahan baku seperti lithium serta didukung oleh standar dan keahlian dari Australia.
"Penandatanganan Rencana Aksi ini merupakan hal yang penting untuk menangkap peluang dan mempertemukan pihak yang terlibat dalam sektor critical minerals, dengan pihak yang mendukung pembiayaan guna mewujudkan kerja sama yang lebih konkret," pungkas Airlangga.