11 April 2025
09:15 WIB
IHSG Dibuka Merah, Diprediksi Melemah Hari Ini
IHSG dibuka di zona merah hingga pada pukul 09.03 WIB, IHSG melemah sebesar 66,49 poin atau 1,06% menjadi 6.187,54.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Warga memantau pergerakan saham melalui gawainya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3/2025). AntaraFoto/Sulthony Hasanuddin
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip dari RTI, dibuka di level 6.195,56 pada perdagangan Jumat (11/4).
IHSG dibuka di zona merah hingga pada pukul 09.03 WIB, IHSG melemah sebesar 66,49 poin atau 1,06% menjadi 6.187,54.
Dalam analis tertulisnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, IHSG hari ini diprediksi akan bergerak melemah.
“Pada perdagangan kemarin, Kamis (10/4) IHSG ditutup naik 4,79% atau 286,03 poin ke level 6.254. IHSG hari ini (11/42025) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.100-6.280,” tulisnya.
Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, IHSG rebound signifikan mengikuti pergerakan Wall Street dan Bursa Asia Pasifik pasca penundaan tarif resiprokal AS selama 90 hari.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China Memanas, IHSG Potensi Melemah Ikuti Bursa Global
Dari ASEAN, bursa Singapura (STI-Index) unggul dengan kenaikan 5,43%. Meskipun IHSG terapresiasi, investor asing tercatat outflow senilai Rp751 miliar pada perdagangan kemarin.
Senada dengan IHSG rebound, Rupiah JISDOR menguat terbatas ke level Rp16.779 per dolar AS (10/4).
“Bank Indonesia (BI) aktif melakukan intervensi di pasar valas, seperti Spot dan DNDF hingga membeli SBN di pasar sekunder untuk menyeimbangkan outflow investor asing yang mengakibatkan melemahnya nilai tukar rupiah,” jelasnya.
Dari mancanegara, Bursa Wall Street kompak dilanda aksi profit taking setelah menguat signifikan di hari sebelumnya (10/4). Pelaku pasar khawatir meningkatnya perang tarif antara China dan AS.
“Pasalnya, Presiden Trump kembali mengklarifikasi bahwa total tarif yang dikenakan AS kepada Tiongkok sebesar 145%, rinciannya 125% tarif resiprokal dan 20% tarif fentanyl,” terang Ratih.
Baca Juga: WTO: Perang Dagang Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global 7%
Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Vietnam, Ho Duc Phoc sepakat untuk memulai diskusi formal membahas tarif resiprokal Vietnam sebesar 46%.
Pasalnya, Vietnam menyumbang defisit neraca dagang AS sebesar US$123,4 miliar di tahun 2024, terbesar ketiga setelah Meksiko.
Sementara, pelaku pasar di Wall Street pada akhir pekan menanti rilis kinerja keuangan kuartalan bank investasi, seperti JPMorgan (JPM), Morgan Stanley (MS), dan BlackRock (BLK).