c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

11 April 2025

08:53 WIB

Perang Dagang AS-China Memanas, IHSG Potensi Melemah Ikuti Bursa Global

AS menaikkan tarif impor untuk produk China menjadi 125%. Bursa global melemah sebagai respons, dan IHSG berpotensi mengikuti pelemahan tersebut.

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Perang Dagang AS-China Memanas, IHSG Potensi Melemah Ikuti Bursa Global</p>
<p id="isPasted">Perang Dagang AS-China Memanas, IHSG Potensi Melemah Ikuti Bursa Global</p>

Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). AntaraFoto/Bayu Pratama S 

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (11/4) diperkirakan melemah seiring kekhawatiran kebijakan dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berubah menjadi konfrontasi langsung dengan China.

Kebijakan penundaan tarif semula disambut positif. Namun, pasar kemudian terkoreksi setelah AS menaikkan tarif menjadi 145%, dengan bursa AS ditutup melemah pada hari Kamis (10/4). Dow turun 2,50%, S&P 500 melemah 3,46%, dan Nasdaq anjlok 4,31%.

“Pasar AS terkoreksi tajam pada Kamis seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa kebijakan dagang Presiden Trump berubah menjadi konfrontasi langsung dengan China,” tulis Samuel Sekuritas dalam riset harian, Jumat (11/4).

Yield UST 10Y naik 2,83% atau 0,119 bps ke 4,328%, sementara Indeks USD turun 2,05% ke 100,9.

Pasar komoditas ditutup sideways pada hari Kamis (10/4). Harga minyak WTI turun 3,62% ke US$60,09/bbl dan minyak Brent turun 3,28% menjadi US$63,33/bbl. Sedangkan, batu bara naik 1,12% menjadi US$99,6/ton, CPO bertambah 1,25% menjadi MYR4.200 per MT, dan emas menguat 3,03% ke level US$3.176/oz.

Bursa saham Asia ditutup menguat pada Kamis (10/4), dengan Kospi naik 6,79%, Hang Seng bertambah 2,06%, Nikkei melonjak 9,13%, dan Shanghai naik 1,16%.

IHSG menguat ke level 6.254,0 atau 4,79%, dengan net sell asing sebesar Rp751,3 miliar. Rinciannya, Rp631,6 miliar di pasar reguler, dan Rp119,7 miliar di pasar negosiasi.

Net sell asing terbesar di pasar reguler dicetak oleh BMRI (Rp533,3 miliar), BBNI (Rp212,9 miliar), dan BBRI (Rp188 miliar). Net buy asing terbesar di pasar reguler dicatatkan oleh GOTO (Rp51,8 miliar), PTRO (Rp49,7 miliar), dan BREN (Rp49 miliar). Top leading movers adalah BREN, BMRI, BBRI, sementara top lagging movers adalah DNET, MDIY, YUPI.

“Kospi turun pagi ini 1,92% dan Nikkei melemah 4,69%. Kami memperkirakan IHSG akan turun hari ini, dengan ada penurunan di pasa regional maupun global,” imbuh Samuel Sekuritas.

Terdapat beberapa emiten yang menjadi sorotan yakni LPFF, JPFA, GOLF, dan WIFI.

Potensi Penurunan Suku Bunga
Senada, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus memproyeksikan IHSG pada perdagangan Jumat (11/4) bergerak melemah mengikuti bursa saham global.

Proyeksi itu seiring gebrakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali menaikkan tarif impor AS untuk China dari 125% menjadi 145%.

"Setelah pasar saham dunia, termasuk Asia kemarin mengalami kenaikan yang luar biasa, pada akhirnya lagi-lagi dunia kembali merana. Pelaku pasar dan investor khawatir akan tensi yang meningkat diantara keduanya, sehingga mempertaruhkan perdagangan barang hampir lebih dari US$700 miliar," ujar Nico, panggilannya, di Jakarta, Jumat (11/4), dikutip dari Antara.

Menurutnya, adanya perubahan garis haluan oleh Donald Trump dalam waktu singkat telah meruntuhkan kepercayaan pelaku pasar terhadap AS.

"Bagi Trump dan kawanan investor lainnya, volatilitas pasar yang ada dapat menjadi peluang untuk melakukan manipulasi pasar seperti yang disampaikan sebelumnya," ujar Nico.

Di sisi lain, lanjutnya, inflasi AS masih belum terkena dampak dari permainan tarif impor. Hal ini bisa memberikan ketenangan bagi pelaku pasar.

Selain itu, data inflasi AS membuat The Fed dan Trump melihat potensi penurunan tingkat suku bunga.

Inflasi bulanan AS tercatat menurun dari sebelumnya 0,2 % month to month (mtm) menjadi minus 0,1 % (mtm), begitupun dengan inflasi tahunan yang turun dari sebelumnya 2,8% year on year (yoy) menjadi 2,4 % (yoy).

"Penurunan inflasi ini digunakan oleh Trump untuk menunggangi volatilitas pasar, yang mana sebelumnya pelaku pasar dan investor khawatir bahwa inflasi akan mengalami kenaikan," ujar Nico.

Dari dalam negeri, Nico memandang jeda 90 hari ini penerapan tarif Trump, bisa dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS serta memperluas kerja sama dengan negara lain untuk memitigasi dampak negatif.

Menurutnya, dampak langsung dari tarif AS tidak terlalu signifikan karena ketahanan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi dalam negeri. AS merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar