c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

30 April 2024

13:25 WIB

Hingga Maret 2024, BNI Salurkan Kredit Hijau Rp67,4 T  

Penyaluran kredit hijau tersebut memiliki porsi 14,2% dari keseluruhan wholesale loan.  

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p>Hingga Maret 2024, BNI Salurkan Kredit Hijau Rp67,4 T &nbsp;</p>
<p>Hingga Maret 2024, BNI Salurkan Kredit Hijau Rp67,4 T &nbsp;</p>

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar (tengah) menjelaskan kinerja BNI kuartal I 2024, di Jakarta, Senin (29/8). dok Bank BNI

JAKARTA - Direktur Risk Management PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI David Pirzada menyampaikan bahwa pihaknya telah menyalurkan kredit hijau mencapai Rp67,4 triliun per akhir Maret 2024.

"Penyaluran kredit hijau BNI telah tumbuh dengan rata-rata setiap tahun (CAGR) 23%, dengan nilai mencapai Rp67,4 triliun pada akhir Maret 2024, dibandingkan akhir Desember 2020 sebesar Rp29,5 triliun," ungkap David dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (29/4).

Dia menjelaskan, penyaluran kredit hijau tersebut memiliki porsi 14,2% dari keseluruhan wholesale loan. Diketahui pada Desember 2020 porsinya baru sebesar 7,8%.

"Salah satu bentuk penyaluran kredit hijau tersebut adalah pembiayaan akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 75 Megawatt Peak (MwP) senilai Rp1,6 triliun," ujarnya. 

Di sisi lain, BNI berhasil mengoptimalkan penyaluran green bond sebesar Rp5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam. 

Melalui penyaluran green bond tersebut, David menyampaikan bahwa BNI telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memproduksi energi bersih, menghemat energi, mendaur ulang sejumlah limbah, serta memelihara keberlanjutan sumber daya alam. 

Baca Juga: Hadapi Tekanan Geopolitik dan Suku Bunga, Begini Langkah BNI

Tak hanya itu, BNI juga memiliki perhatian khusus pada risiko transisi yang dihadapi debitur dan telah menerapkan Sustainability Linked Loan (SLL) untuk mendorong pelaksanaan prinsip ESG termasuk di dalamnya transisi energi debitur. 

"Sampai dengan akhir Maret 2024, BNI telah menyalurkan SLL senilai Rp4,9 triliun kepada perusahaan-perusahaan top tier di sektor industri pengolahan semen, baja, dan agroindustri," terang dia. 

David juga menuturkan bahwa BNI pada akhir Maret 2024, juga berhasil mempertahankan Rating A dari MSCI dan Rating Medium Risk dari Sustainalytics dengan skor 21,4. 

"Sebagai bank milik negara yang menjadi motor penggerak pelaksana Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia, BNI terus berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan," jelasnya. 

Menurut David, sustainability atau keberlanjutan telah menjadi jantung dari bisnis BNI. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah dengan menetapkan target net zero emission (NZE) aktivitas operasional BNI pada 2028 dan pembiayaan pada tahun 2060. 

BNI pun akan mendorong sejumlah inisiatif baik dari sisi operasional maupun pembiayaan. 

Baca Juga: Segmen UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Pertumbuhan Baru BNI

Sebelumnya, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp5,33 triliun pada kuartal I/2024, atau tumbuh 2% secara tahunan (year on year/YoY).  

"BNI meraih laba bersih sebesar Rp5,33 triliun pada kuartal I/2024, atau tumbuh 2% YoY," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (29/4).  

Kenaikan laba tersebut didorong dari pendapatan bunga Rp15,87 triliun, atau tumbuh 7,2% YoY dari sebelumnya sebesar Rp14,8 triliun. Perusahaan juga mampu meningkatkan pendapatan non bunga berupa fee-based income dan loan recovery pada kuartal I/2024 mencapai Rp5,1 triliun, atau tumbuh 15,9% dari sebelumnya sebesar Rp4,4 triliun.  

Dengan peningkatan ini, komposisi pendapatan non bunga telah berkontribusi sebesar 35% dari total pendapatan BNI pada kuartal I/2024, terutama berasal dari fee income surat berharga dan fee dari bisnis sindikasi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar