29 April 2024
20:37 WIB
Hadapi Tekanan Geopolitik dan Suku Bunga, Begini Langkah BNI
BNI akan fokus pada dua pilar utama, yaitu menjaga likuiditas yang kuat dan mengoptimalkan alokasi aset dan pendanaan.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Petugas teller menghitung dana nasabah secara manual di salah satu cabang BNI di Jakarta. (AntaraNews/Dewa Wiguna/BNI)
JAKARTA – Direktur Finance PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Novita Widya Anggraini mengatakan Perseroan akan akan fokus pada dua pilar utama untuk menjaga kinerja Perseroan di tengah tekanan dari kondisi geopolitik, nilai tukar, inflasi serta suku bunga.
Ia mengatakan BNI selalu berkomitmen untuk menghadapi situasi dengan strategi yang juga terukur dan terarah.
"Kita akan fokus pada dua pilar utama, yaitu menjaga likuiditas yang kuat dan mengoptimalkan alokasi aset dan pendanaan," terangnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (29/4).
Dalam menjaga likuiditas, BNI konsisten memprioritaskan peningkatan current account saving account (CASA) dengan mengoptimalkan layanan digital seperti BNI Mobile Banking untuk nasabah retail dan BNI Direct untuk nasabah korporasi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan transaksi nasabah dan menghimpun CASA yang berkelanjutan.
Baca Juga: Segmen UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Pertumbuhan Baru BNI
BNI juga akan terus menjaga rasio likuiditas, di antaranya rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) di level yang sehat. Per Maret 2024, rasio LCR BNI mencapai 176% dan rasio NSFR BNI mencapai 139%, jauh memenuhi ketentuan regulator.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menambahkan, Perseroan senantiasa menganalisis semua perkembangan secara cermat guna dapat mengambil keputusan bisnis yang tepat.
"Dengan optimisme terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia yang tetap sehat dan stabil, BNI yakin bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan akan terus mendukung pertumbuhan bisnis BNI secara berkelanjutan," kata Royke.
Ia menjelaskan, BNI telah melakukan langkah–langkah prudent dan strategis dalam mengelola kondisi likuiditas terutama pendanaan valas melalui penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan kebijakan pricing yang efisien.
Selain melalui sumber DPK, lanjutnya, BNI memanfaatkan positioning yang kuat di pasar Internasional untuk memperoleh alternatif pendanaan lain yang lebih luas.
BNI telah menerbitkan obligasi global senilai US$500 juta atau sekitar Rp7,95 triliun pada tanggal 5 April 2024.
Royke mengaku, penerbitan Obligasi Global dengan tenor lima tahun ini mendapat respon positif dari investor global, ditandai dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 6,4 kali dari rencana nilai yang diterbitkan.
Tingginya kepercayaan investor global membuat BNI mampu menekan yield obligasi hanya di kisaran 5,3% ketika bookbuilding dilakukan.
Ia menegaskan, penerbitan obligasi global tersebut dilakukan sebelum terjadi fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, sehingga BNI memperoleh harga yang optimal.
"Langkah ini bertujuan untuk mengelola risiko fluktuasi nilai tukar serta mengunci sebagian kebutuhan dana valas BNI," ujar Royke.
Selain itu, lanjut Royke, sebagai langkah strategis ke depan, BNI akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kebutuhan kredit berbasis valas dan terus memantau perkembangan nilai tukar rupiah, sambil terus menjaga kualitas portofolio kredit valas.
"BNI juga menerapkan manajemen risiko yang ketat dengan melakukan stress test terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia mulai dari pergerakan nilai tukar hingga suku bunga ke depan," tambah Royke.
Baca Juga: BNI Bagikan Dividen Rp10,45 Triliun, Per Saham Dihargai Rp280,49
Jaga Pertumbuhan Kredit
Di sisi lain, lanjut Novita, BNI memfokuskan pada optimalisasi portfolio aset dan pengelolaan pendanaan dengan strategi terukur, sehingga dapat mencapai pertumbuhan kredit 2024.
Ia menyebut pengelolaan portfolio aset dilakukan dengan proaktif, meningkatkan bisnis yang sehat di setiap lini industri dengan tetap menjaga kualitas aset, sehingga menghasilkan yield yang optimal.
BNI juga akan mengadaptasi pricing perdanaan dengan strategi yang kompetitif dan juga tetap menarik bagi nasabah, guna menjaga margin pendapatan dalam tingkat yang wajar.
"Dengan strategi yang fokus pada penguatan likuiditas, alokasi aset yang optimal, pricing pendanaan yang strategis, BNI meyakini bahwa kinerja akan tetap terus terjaga stabil dalam menghadapi tantangan sekaligus dapat mengoptimalkan peluang untuk memberikan nilai terbaik bagi nasabah dan juga stakeholder," ujar Novita.