13 Maret 2025
09:26 WIB
Hartadinata Nilai Bullion Bank Jadi Solusi Masalah Ekspor-Impor Emas Indonesia
Hartadinata menilai kehadiran bullion bank bisa menyelesaikan masalah ekspor – impor emas Indonesia. Saat ini Indonesia masih mengekspor emas dore dan mengimpor emas jadi.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi tumpukan emas batangan. Sumber: Shutterstock/Denis---S
JAKARTA - PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mengungkapkan Indonesia masih mengekspor emas dalam bentuk dore, dan mengimpor emas jadi. Kehadiran bullion bank diharapkan menjadi solusi.
Hal itu diungkapkan Direktur Investor Relation PT Hartadinata Abadi Tbk, Thendra Crisnanda, dalam media gathering di Hotel Mulia, Rabu (12/3).
Indonesia, lanjut Thendra, merupakan produsen emas terbesar ketujuh di dunia. Indonesia memiliki potensi besar dalam sumber daya emas, dengan total cadangan yang mencapai 2.600 ton dan tingkat produksi lebih dari 130 ton per tahun.
Baca Juga: OJK Ungkap Tiga Alasan Indonesia Resmikan Bullion Bank
Namun, selama ini Indonesia lebih banyak mengekspor emas dalam bentuk dore yang kandungan emasnya masih di bawah 20%. Dore merupakan logam yang mengandung campuran mineral seperti emas, perak dan tembaga.
Setiap tahunnya, Indonesia mengekspor dore senilai US$5 miliar, sementara di sisi lain, Indonesia juga mengimpor emas jadi senilai US$2 miliar. Fenomena ini, menurut Thendra, menciptakan urgensi untuk memanfaatkan ekosistem bullion bank sebagai solusi.
"Selama ini Indonesia mengekspor emas mentah dan mengimpor emas jadi. Dengan hadirnya bullion bank, hal ini bisa diselesaikan dan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi Indonesia," ujar Thendra.
Pergeseran Pembeli
Selain itu, Thendra juga mencatat bahwa dalam tiga tahun terakhir, pembeli emas terbesar di dunia telah bergeser. Jika sebelumnya pembeli emas didominasi oleh industri dan konsumen akhir, kini institusi keuangan, khususnya bank sentral, menjadi pembeli utama.
Pada tahun 2022, bank sentral di seluruh dunia tercatat mengakumulasi lebih dari 1.000 ton emas per tahun. Namun, Thendra menyoroti bahwa meskipun terdapat peningkatan pembelian emas oleh bank sentral global, cadangan devisa emas Indonesia masih rendah.
"Cadangan devisa emas Indonesia hanya berkisar di angka 78,6 ton, yang setara dengan 4% dari total cadangan devisa negara. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata cadangan emas bank sentral di seluruh dunia yang mencapai lebih dari 20%," jelasnya.
Melihat peluang tersebut, Thendra mengungkapkan hal ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri, terutama dalam komoditas emas.
“Nah ini yang menjadi satu kesempatan sebenarnya bagi bullion bank Indonesia untuk bisa menjadi tuan di negara sendiri terutama untuk di komoditi emas,” tandasnya.
Baca Juga: Bank Emas Meluncur, Ekonom Minta Pemerintah Perhatikan Tiga Hal
Dia menyatakan kesiapan perusahaan untuk berperan sebagai mitra strategis pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekosistem bullion bank di tanah air.
“Hartadinata itu siap menjadi partner dari pemerintah Indonesia dalam menyukseskan bullion bank,” katanya.
Thendra menjelaskan dengan kapasitas yang besar, Hartadinata tidak mengalami kesulitan untuk menangkap peluang dalam permintaan bullion bank yang terus meningkat.
Peran Hartadinata dalam ekosistem bullion bank Indonesia diklaim Thendra akan memberikan dampak positif baik bagi perusahaan maupun Indonesia secara keseluruhan.
“Dengan masih besarnya kapasitas yang kami miliki, tidak ada isu bagi Hartadinata untuk tidak menangkap peluang dari permintaan bullion bank itu yang sangat besar,” tuturnya.