c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

27 Mei 2024

08:36 WIB

Harga Minyak Mentah Stabil, Pasar Tunggu Pertemuan OPEC+

Harga minyak mentah Brent turun 2% dan WTI turun 3% setelah risalah pertemuan Federal Reserve menunjukkan beberapa pejabat bersedia untuk memperketat suku bunga  

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Harga Minyak Mentah Stabil, Pasar Tunggu Pertemuan OPEC+</p>
<p id="isPasted">Harga Minyak Mentah Stabil, Pasar Tunggu Pertemuan OPEC+</p>

Ilustrasi pengeboran minyak bumi. Shutterstock/dok

BEIJING - Harga minyak berada dalam pola bertahan di awal perdagangan Asia pada Senin (27/5). Pasar masih menunggu pertemuan OPEC+ pada 2 Juni di mana produsen diperkirakan akan membahas pengurangan produksi sukarela untuk sisa tahun ini.

Dikutip dari Reuters, kontrak minyak mentah Brent untuk bulan Juli naik tipis 11 sen menjadi US$82,23 per barel pada pukul 00.36 GMT. Kontrak Agustus yang lebih aktif, LCOc2, naik 13 sen menjadi U$81,97.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 13 sen menjadi US$77,85.

Hari libur umum di AS dan Inggris pada Senin (27/5) diperkirakan akan menjaga perdagangan relatif tipis.

Baca Juga: Rerata Harga Minyak Mentah Indonesia Alami Kenaikan Pada April 2024

Pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diundur satu hari menjadi 2 Juni dan akan diadakan secara online, kata OPEC pada hari Jumat.

Para produsen akan mendiskusikan soal perpanjangan pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga paruh kedua tahun ini. Tiga sumber dari negara-negara OPEC+ mengatakan kemungkinan perpanjangan tersebut.

Dikombinasikan dengan pengurangan produksi sebesar 3,66 juta barel per hari yang berlaku hingga akhir tahun, pengurangan produksi tersebut setara dengan hampir 6% dari permintaan minyak global.

OPEC memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak akan relatif kuat pada tahun berikutnya sebesar 2,25 juta barel per hari, sementara Badan Energi Internasional memperkirakan pertumbuhan akan jauh lebih lambat sebesar 1,2 juta barel per hari.

Analis ANZ mengatakan dalam sebuah catatan bahwa mereka akan memantau penggunaan bensin saat Belahan Bumi Utara memasuki musim panas, yang biasanya merupakan musim ramai untuk liburan mengemudi.

“Meskipun perjalanan liburan ke AS diperkirakan akan mencapai titik tertinggi pasca-covid, peningkatan efisiensi bahan bakar dan kendaraan listrik dapat menyebabkan permintaan minyak tetap lemah,” kata para analis.

Namun, ANZ menambahkan hal itu bisa diimbangi dengan meningkatnya perjalanan udara. Jumlah wisatawan yang diperkirakan akan terbang selama akhir pekan mungkin merupakan yang tertinggi dalam hampir 20 tahun, menurut American Automobile Association.

Baca Juga: Konflik Timur Tengah Melandai, Harga Minyak Turun

Pasar juga akan mengamati indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS minggu ini untuk mencari sinyal lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga. Indeks tersebut, yang akan dirilis pada tanggal 31 Mei, dilaporkan merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve AS.

Brent berakhir pekan lalu sekitar 2% lebih rendah dan WTI kehilangan hampir 3% dalam seminggu setelah risalah pertemuan Federal Reserve menunjukkan beberapa pejabat bersedia untuk memperketat suku bunga lebih lanjut jika mereka yakin hal itu perlu untuk mengendalikan inflasi yang terus-menerus.

Prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama telah memperkuat dolar AS, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Dilansir dari Bloomberg, Brent masih naik sekitar 7% tahun ini, didukung oleh risiko geopolitik yang terus-menerus dan pengurangan produksi OPEC+ sebesar 2 juta barel per hari. Namun, harga telah jatuh sejak pertengahan April seiring dengan meredanya kekhawatiran bahwa konflik di Timur Tengah akan meluas.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar