27 November 2023
10:33 WIB
Editor: Fin Harini
SYDNEY – Pasar minyak menghadapi ketegangan menjelang pertemuan OPEC+ pada 30 November, pertemuan yang semula dijadwalkan pada hari Minggu tetapi ditunda karena produsen kesulitan menemukan posisi bulat.
Laporan menunjukkan produsen minyak Afrika mencari batas yang lebih tinggi pada tahun 2024, sedangkan Arab Saudi mungkin memperpanjang pengurangan produksi sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari, yang akan berakhir pada akhir Desember.
Dikutip dari Reuters, ketidakpastian membuat harga tetap ketat pada Senin (27/11). Brent naik tipis 15 sen menjadi US$80,73 per barel, sedangkan minyak mentah AS bertambah 14 sen menjadi US$75,68 per barel.
Baca Juga: Produksi AS Meningkat, Harga Minyak Mentah Dunia Turun
Pengurangan produksi OPEC+ menjadi pusat perhatian pasar. Arab Saudi dan Rusia–dua produsen utama OPEC+, diperkirakan akan memperpanjang atau memperdalam pengurangan pasokan yang sedang berlangsung.
Keduanya memimpin OPEC+ dalam membatasi pasokan tahun ini, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa suku bunga tinggi dan memburuknya kondisi ekonomi akan mengurangi permintaan minyak global.
Namun, produksi di anggota OPEC+ lainnya terlihat meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Laporan Reuters juga menunjukkan bahwa beberapa negara Afrika berencana meningkatkan produksi pada pertemuan mendatang, yang bertentangan dengan rencana pemimpin de facto OPEC+ Arab Saudi.
Meningkatnya produksi beberapa anggota OPEC+, ditambah dengan produksi AS yang mencapai rekor tertinggi dan meningkatnya stok Tiongkok membuat pasar minyak tampak tidak seketat perkiraan awal tahun ini.
Tren ini kemungkinan akan menyebabkan lebih banyak pengurangan produksi dari Arab Saudi dan Rusia, yang diperkirakan para analis akan memperketat pasokan pada tahun 2024.
Pasar minyak juga berhati-hati menjelang serangkaian data ekonomi utama minggu ini, dimulai dengan inflasi zona euro pada Kamis. Blok tersebut tergelincir ke dalam resesi teknis pada kuartal ketiga, meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya permintaan minyak mentah.
Data indeks manajer pembelian Tiongkok akan dirilis pada Kamis, dan diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai aktivitas bisnis di negara importir minyak terbesar di dunia tersebut. Aktivitas ekonomi di negara ini sebagian besar masih lesu dalam beberapa bulan terakhir, ditambah dengan melonjaknya persediaan minyak, dapat memicu perlambatan permintaan minyak Tiongkok.
Baca Juga: Bank Dunia Perkirakan Perang Timur Tengah Bisa Lambungkan Harga Minyak
Pembacaan kedua data produk domestik bruto AS untuk kuartal ketiga juga akan dirilis minggu ini, begitu pula pembacaan harga PCE–alat pengukur inflasi pilihan Federal Reserve. Kedua data tersebut diperkirakan akan menunjukkan berlanjutnya ketahanan perekonomian AS.
Namun, permintaan minyak AS diperkirakan akan menurun dalam beberapa bulan mendatang, karena musim dingin membatasi perjalanan.