c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

17 November 2023

11:50 WIB

Harga Kedelai Naik, Gapkoptindo: Please Pemerintah, Siapkan Cadangan

Kenaikan harga kedelai impor membuat banyak pengrajin tempe dan tahu gulung tikar. Harga jual tempe tahu belum cukup menutup biaya operasional.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

Harga Kedelai Naik, Gapkoptindo: Please Pemerintah, Siapkan Cadangan
Harga Kedelai Naik, Gapkoptindo: Please Pemerintah, Siapkan Cadangan
Ilustrasi. Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di industri tempe rumahan, Bekasi, Jawa Barat. ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (Gapkoptindo) Aip Syarifuddin mengungkapkan, kenaikan harga kedelai impor saat ini telah membuat banyak pengrajin tempe dan tahu gulung tikar. Tak sedikit, sekitar 10% hingga 20% pengusaha tahu dan tempe yang terpaksa menutup usahanya, imbas harga kedelai yang terus naik.

Sebelum harga kedelai makin meninggi, Aip mengaku pihaknya telah mengusulkan agar mewaspadai kenaikan barga kedelai. Karena jika dibiarkan, maka akan semakin banyak pengrajin tempe dan tahu yang tak mampu membiayai operasionalnya.

"Kami hanya teriak sedih. Sudah usul ke pemerintah untuk bagaimana caranya agar kedelai jangan naik terus harganya. Kalau mau subsidi ya subsidi atau bagaimana caranya. Laksanakan Undang-Undang dengan baik," kata Aip saat dihubungi Validnews, Jumat (17/11).

Baca Juga: BRIN Kaji Beraneka Kacang Lokal Gantikan Kedelai

Bahkan kini banyak pengrajin pun menurut Aip telah menyiasati kenaikan harga kedelai ini dengan beragam cara demi tetap berproduksi, salah satunya dengan menipiskan dan mengecilkan ukuran tahu dan tempe. Sedangkan menurutnya, sangat banyak pengrajin tempe dan tahu yang hanya mengandalkan usaha mereka pada pengolahan kedelai tersebut, dan tidak memiliki keterampilan lain selain memproduksi tempe dan tahu.

"Kita sudah coba ukurannya dikecilin, ditipisin. Tapi karena kenaikan terlalu tinggi ya kita tetap akhirnya produksi turun terus. Malahan ada yang sudah bangkrut dan tidak usaha lagi," ungkap Aip.

Hal serupa juga diakui Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jakarta, Hedy Kusnoto. Dia juga menyatakan banyak pengrajin tahu dan tempe di Jakarta terpaksa menipiskan dan mengecilkan ukuran produksi mereka.

"Supaya bisa nutup biaya operasional. Karena kalau tidak, ya nggak nutup biaya operasional. Tekor," jelas Hedy kepada Validnews, Jumat (17/11).

Kenaikan harga kedelai ini kata Aip terlalu tinggi, hampir 30% lebih. Semula harganya di kisaran Rp10.000 per kg, saat ini telah mencapai Rp12.500 hingga Rp13.500 per kg.

Siapkan Cadangan
Kenaikan harga kedelai memang cenderung terjadi musiman, biasanya sejak September hingga Desember. Oleh karena itu, Aip mengaku telah mengingatkan pemerintah agar mempersiapkan cadangan pangan berupa kedelai. Sehingga saat harga mulai naik, bisa dilakukan intervensi harga.

"Saya minta betul ke pemerintah, please kalau mulai September sampai Desember kan naik terus harganya. Mestinya pemerintah menyiapkan cadangan pangan," tutur Aip.

Begitu juga yang dirasakan Hedy. Ia juga mengaku telah beberapa kali mengajukan keringanan soal harga kedelai yang naik terus menerus, namun hasilnya masih nihil.

"Sebetulnya pengrajin sudah pada menjerit sih. Tapi apa mau dikata, pemerintahnya sedang pada sibuk mengurus Pemilu. Sudah beberapa kali mengajukan ke Badan Pangan Nasional (Bapanas), tapi tidak ada hasilnya. Bahkan bilangnya anggarannya nggak ada untuk membantu selisih harga tukang tempe tahu," ujar Hedy.

Faktor Kenaikan Harga Kedelai
Adapun kenaikan harga kedelai impor menurut Aip disebabkan tiga hal, yaitu karena adanya pelemahan rupiah, biaya angkut dari Amerika dan Brazil yang melonjak karena harga minyak global naik, dan terjadinya El Nino yang menurunkan produksi kedelai di Amerika dan Brazil.

"Ya hukum pasar berlaku. Alasannya salah satu karena dolar yang awalnya Rp14.000 an sekarang menjadi sekitar Rp15.800an," ucapnya.

Berdasarkan pantauan harga pangan nasional Bapanas, harga kedelai biji kering impor sudah menunjukkan tren kenaikan sejak September yaitu rata-rata harga nasional di pengecer sebesar Rp12.920. Harga ini terus naik, hingga hari ini (17/11) pukul 10.00 WIB tercatat senilai Rp13.250 per kg. Harga kedelai tertinggi ada di Maluku yang mencapai Rp16.940 per kg, sedangkan terendah ada di Bali senilai Rp11.200 per kg.

Baca Juga: Bulog Akan Stabilkan Harga Jagung Dan Kedelai Seperti Beras

Selain itu, dalam penyelenggaraan Cadangan Kedelai Pemerintah (CKP), hal tersebut telah diatur berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang menjadi instrumen yang harus dimiliki pemerintah untuk mengendalikan stok dan harga kedelai nasional.

Juga terdapat beleid yang mengatur agar pengrajin berkomitmen membeli dan memanfaatkan CKP sesuai Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) yang telah disepakati dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022 yang di dalamnya mengatur HAP kedelai sebesar Rp10.775 per kg untuk HAP kedelai lokal di produsen, Rp11.400 per kg (kedelai lokal), dan Rp12.000 per kg (kedelai impor) untuk HAP di konsumen.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar