10 November 2023
13:21 WIB
Editor: Rikando Somba
JAKARTA- Aneka kacang lokal yang tumbuh di Indonesia merupakan sumber daya genetik tanaman pangan penting bagi masyarakat dan berpotensi sebagai pengganti kedelai. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkeyakinan, kacang lokal punya banyak keunggulan, mulai dari relatif tahan kekeringan, pupuk rendah, belum banyak hama atau penyakit menyerang, hingga budi daya relatif mudah.
Karenanya, beraneka kacang lokal berpotensi menggantikan kedelai, utamanya dalam pembuatan tempe.
"Banyak potensi yang bisa dikembangkan dari komoditas aneka kacang selain kedelai, seperti kacang hijau, kacang Arab, kacang koro, kacang buncis, dan lainnya," kata Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha Yudhistira di Jakarta, Jumat (10/11).
Yudhistira mengatakan, kedelai yang didatangkan melalui perdagangan impor menggerus devisa negara, sehingga solusi kacang pengganti harus tersedia.
Dia merincikan keunggulan lain kacang lokal. Benihnya bersifat ortodok, kandungan protein cukup tinggi, pemanfaatannya hingga kini masih terbatas, sebagai bahan substitusi kedelai untuk tempe, berpotensi sebagai bahan baku industri non pangan. Selain itu kandungan indeks glikemik umumnya rendah dengan kandungan serat tinggi serta sumber antioksidan.
Belum Ada Data Produksi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor kedelai mencapai 2,32 juta ton dengan nilai sebesar 1,62 miliar dolar AS pada tahun 2022. Impor kedelai yang masuk ke Indonesia paling banyak berasal dari Amerika Serikat (AS) dengan volume mencapai 1,92 juta ton. Jumlah itu setara 82,75% dari total impor kedelai nasional.
Terhadap hal ini. BRIN membangun kerja sama dengan Universitas Osaka Jepang terkait diversifikasi pangan. Salah satu kerja sama riset kedua lembaga tersebut adalah pemanfaatan kacang lokal untuk produksi tempe.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Didik Harnowo menanggapi ini, mengatakan aneka kacang lokal adalah pangan fungsional yang akan menjadi sumber pangan penting bagi masyarakat di masa depan.
Menurutnya, isu krisis pangan yang kian santer terjadi pada banyak negara, termasuk Indonesia, membuat para ilmuwan terus berupaya menemukan sumber-sumber pangan yang bisa berkesinambungan. Sementara, di Indonesia jenis tanaman kacang lokal cukup banyak dan sudah dibudidayakan sejak lama. Meskipun tidak intensif, namun sudah tersebar di berbagai wilayah. Kacang lokal masih dinilai sebagai neglected crops serta belum ada data produksi secara lengkap," kata Didik.
“Indeks glikemik adalah indeks numerik untuk menunjukkan klasifikasi makanan sumber karbohidrat berdasarkan seberapa lambat atau cepat makanan tersebut dicerna dan meningkatkan kadar gula darah,” kata Didik lagi.
Dikutip dari Antara, manfaat makanan dengan indeks glikemik rendah membantu menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol total, meningkatkan manajemen diabetes dengan mendukung kadar gula darah stabil, menurunkan risiko diabetes, penyakit jantung, dan pembuluh darah.