13 Maret 2024
08:37 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun pada Selasa atau Rabu pagi (13/3) karena penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil surat hutang pemerintah AS.
Dilansir dari Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April tercatat turun US$22,50 atau 1,03% menjadi US$2.166,10 per ounce.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (12/3) bahwa Consumer Price Index (CPI) pada Februari mengalami peningkatan 0,4% secara bulanan dan 3,2% secara tahunan. Kenaikan bulanan sesuai ekspektasi, tetapi secara tahunan sedikit di atas perkiraan, yakni 3,1%.
Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat membuat Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama, setidaknya hingga pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada bulan Juni. Hal tersebut mendorong aksi ambil untung di pasar emas.
Untuk indeks sentimen bulanan National Federation of Independent Business mengalami penurunan ke level terendah sejak Mei karena kekhawatiran terus-menerus seputar inflasi menjadi 89,4 pada Februari dari 89,9 pada Januari.
Terkait logam mulia perak, untuk pengiriman Mei menurun 32,10 sen atau 1,30%, menjadi ditutup di level US$24.394 per ounce. Harga platinum untuk pengiriman April melemah US$12,30 atau 1,31 menjadi US$928,20 per ounce.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Tembus Rp1.210.000 Per Gram
Dalam sebuah wawancara dengan Kitco News, Carley Garner, salah satu pendiri perusahaan pialang DeCarley Trading, memperkirakan emas masih berpotensi menguat setelah rally selama sepekan lalu.
“Hal yang menyenangkan tentang breakout adalah mereka memiliki kebiasaan menguji ulang area breakout. Saya pikir emas akan naik jauh lebih tinggi; grafik mingguan dan grafik bulanan saya menunjukkan sekitar US$2.600, bahkan mungkin sedikit lebih dari itu,” katanya, Selasa (12/3).
Hanya saja, ia tak bisa memprediksi kapan hal itu akan terjadi. Ia menyebut hal tersebut sulit diprediksi karena cara perdagangan emas yang menciptakan FOMO.
“Emas benar-benar akan diperdagangkan sideways selama empat tahun seperti yang baru saja kita lakukan, dan kemudian ketika tidak ada yang memperhatikannya dan tidak ada yang mengharapkannya, maka harga akan menguat. Emas dan perak adalah pasar yang menciptakan perdagangan FOMO,” imbuhnya.
Prospek bullish muncul ketika harga emas terhenti setelah reli tujuh hari. Emas berjangka bulan April terakhir diperdagangkan pada US$2,184.10 per ounce.
Carley menambahkan bahwa koreksi tidak akan mengubah arah harga emas. Meskipun emas telah mengalami pergerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke rekor tertinggi, Carley mengatakan, masih banyak investor yang menunggu kesempatan yang tepat.
Dia menunjukkan, bahkan dengan reli terbaru ini, emas masih dinilai terlalu rendah dibandingkan dengan S&P 500 dan saham teknologi seperti NVIDIA Corp (Nasdaq: NVDA).