c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

08 Februari 2023

20:47 WIB

Harga Beras Tinggi, Bapanas: Belum Terbentuk Keseimbangan Produksi

Selain itu, Bapanas menyebut, saat ini sedang terjadi kesetimbangan baru pada ekosistem perberasan nasional.

Penulis: Khairul Kahfi

Harga Beras Tinggi, Bapanas: Belum Terbentuk Keseimbangan Produksi
Harga Beras Tinggi, Bapanas: Belum Terbentuk Keseimbangan Produksi
Pedagang beras menjaga jualannya di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (7/12/2022). ValidNewsID/Arief Rachman

JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan, harga beras yang masih cenderung tinggi hingga awal Februari ini disebabkan ketidakseimbangan di tingkat produksi. Secara umum, ia menjamin, stok beras di Indonesia masih ada.

Tapi jika ditanya mengenai keberadaan beras itu, dirinya akan menjawab komoditas terkait berada di level penggilingan atau rumah tangga petani dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP). Kendati stok beras tersebut masih ada, namun belum seimbang karena situasi yang saling ‘rebut-rebutan’.

“Kenapa Januari (sampai) di awal Februari, (beras) masih tinggi harganya? Ya karena memang panennya belum melebihi dari produksinya,” jelasnya pada agenda ‘Can the National Food Agency Achieve Food and Nutrition Security in Indonesia?’, Jakarta, Rabu (8/2).

Berdasarkan data KSA BPS amatan Desember 2022, proyeksi produksi beras pada Januari 2023 sebesar 1,51 juta ton; kemudian produksi Februari 2023 sebesar 3,23 juta ton. Adapun hitungan BPS juga, kebutuhan konsumsi beras bulanan Indonesia mencapai 2,51 juta ton.

Baca Juga: Bulog Gandeng Hypermart Perluas Jangkauan Operasi Pasar Beras

Dengan hitungan proyeksi tersebut, mengacu pada produksi-konsumsi beras selama Januari 2023, Indonesia masih mengalami defisit sebanyak 1 juta ton beras. Untuk itu, Bappenas merasa masih perlu melakukan kegiatan intervensi dalam rangka stabilisasi harga beras secara maksimal.

Arief pun melanjutkan, kondisi perberasan nasional memang sedang membentuk kesetimbangan baru. “Kesetimbangan baru itu maksudnya, setelah ada adjustment dari (harga) bahan bakar, kenaikan biaya-biaya atau variable cost yang ada, ya itu memang harus ada adjustment,” jelasnya. 

Nantinya, fokus pemerintah akan menyesuaikan dinamika perberasan itu secara berkala. Arief mencontohkan, pemerintah saat ini dan beberapa waktu sebelumnya berfokusnya pada sisi distribusi beras untuk menjamin ketersediaan beras. 

Selanjutnya, fokus pemerintah melalui Kementan akan dinamis berubah pada Februari hingga April untuk menyerap beras yang diproduksi petani. Pada waktu yang sama, Bapanas akan menugaskan  Perum Bulog untuk menyerap produksi beras secara maksimal.

“Nah (penyerapan beras) 70%-nya itu ada di semester I karena panen raya, dan 30%-nya akan ada di semester 2, sehingga ini adalah (bentuk) antisipasi,” paparnya.

Dirinya menjamin, bahwa pihaknya siap mengakomodasi alur pangan nasional mulai dari hulu sampai hilir, begitu pula mulai dari hasil program di Kementan hingga Kemendag. Optimisme ini pun sudah diakomodasi lewat kebijakan yang dibutuhkan. 

Dirinya pun menjabarkan, kebijakan mengenai harga acuan pembelian dan harga acuan penjualan telah diatur oleh peraturan instansinya. Yakni Peraturan Bapanas 11/2022 tentang Harga Acuan Pembelian Di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan Di Tingkat Konsumen Komoditas Kedelai, Bawang Merah, Cabai Rawit Merah, Cabai Merah Keriting, Daging Sapi/kerbau, Dan Gula Konsumsi.

“Tinggal PR saya satu, yakni beras. Karena beras ini kita tunggu sampai kondisi normal. Hari ini kondisi tidak normal,” sebutnya.

Baca Juga: Mentan Klaim Ketersediaan Beras Januari-Maret 2023 Aman

Ia pun menginformasikan, dengan ditetapkannya Perpres 125/2022 dan Perpres 15/2022, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait Pangan berkolaborasi dengan Bapanas mesti memperkuat Cadangan Pangan Nasional untuk Pasokan dan Stabilisasi Harga Pangan.

Tingkat stok masing-masing BUMN Pangan tersebut ditargetkan bisa mencapai 5-10% dari permintaan dan pangsa pasar nasional, sehingga dapat digunakan untuk intervensi pasar. 

Mengacu data yang dihimpun Bapanas per 6 Februari 2023, stok beras di BUMN Pangan mencapai 344.519 Metrik Ton (MT). Stok beras tersebut dipegang oleh Bulog sebanyak 344.342 MT; terdiri dari beras СВР sebanyak 339,873 MT dan beras komersial sebanyak 4.469 MT. Stok beras sisanya dipegang oleh ID Food sebanyak 177 MT.

Selanjutnya, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mencapai 12.302 MT, dan beras di Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) mencapai 7.147 MT. Adapun, Bapanas juga memotret bahwa masih ada pasokan beras Bulog di luar negeri mencapai 244.711 MT; tersebar sebanyak 88.504 MT di Vietnam, 136.314 MT di Thailand, 15.554 MT di Pakistan, dan 4.789 MT di Myanmar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar