01 Februari 2023
12:16 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan beras hingga Maret dalam kondisi aman. Bahkan berdasarkan pencocokan data BPS, sebutnya, standing crop dan laporan daerah menunjukan stok beras pada Januari-Maret mencapai 3 juta ton yang berasal dari hasil panen saat ini.
"Alhamdullilah, sesudah mencocokan semua data ini, kemudian kami faktualisasi dengan laporan 17 provinsi dan tanggapan dari masing-masing Kadis dan Gubernur, ternyata hasilnya oke," ujarnya, Jakarta, Selasa (31/1).
Dia menambahkan, overstock yang diperkirakan mencapai 3 juta berasal dari 12 juta ton hasil panen yang ada sekarang ini.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, hingga pekan keempat Desember 2022 Indonesia masih memiliki stok beras sebanyak 5,92 juta ton.
Tersebar paling banyak di rumah tangga (3,09 juta ton); penggilingan (1,25 juta ton); pedagang (851.082 ton); Bulog (387.942 ton); Horeka (304.803 ton); dan Pasar Induk Beras Cipinang (27.928 ton).
Dengan data stok beras di atas, ketahanan beras yang dimiliki Indonesia di berbagai tingkatan diestimasi mampu memenuhi kebutuhan untuk konsumsi masyarakat selama 72 hari. Asumsinya, setiap hari beras yang dikonsumsi nasional berkisar 82.471,48 ton.
Lebih dari itu, SYL mengatakan, stok yang ada saat ini masih dalam kategori sementara karena puncak panen raya masih akan terjadi pada April dan Mei. Artinya, stok eksisting saat ini masih akan bertambah sering dengan panen yang dilakukan di sejumlah sentra produksi.
"Ingat sampai dengan Maret itu bukan puncak panen loh, puncak panen kita Maret-April-Mei berarti berjalan ke sana masih panjang," katanya.
Menurutnya, selama ini data yang digunakan adalah data verifikasi dari sejumlah pemantauan yang kemudian disampaikan BPS sebagai lembaga negara dalam mengurus data Indonesia. Meski demikian, pihaknya menggunakan data satelit yang Kementan miliki untuk mem-back up data yang ada.
"Tentu saja rujukan utama yang kita pakai adalah data BPS. Tetapi data satelit yang kami miliki juga mem-back up. Oleh karena itu hari ini saya coba melakukan sinkronisasi antara data satelit dan data standing crop yang ada. Ternyata data standing crop kita dengan data yang dari BPS kurang lebih oke (sesuai),” katanya.
Secara teknis, Kementan memiliki perangkat digital yang berfungsi memantau data beras nasional. Pendekatan digital ini bahkan memiliki resolusi gambar yang cukup jelas yaitu 10x10 untuk mengetahui seberapa besar perkembangan pertanaman.
Dia kembali menekankan, setelah melakukan check and recheck data yang dimiliki yang berasal dari data administratif laporan daerah, data BPS maupun data standing crop melalui satelit atau sistem digital Kementan, bahwa beras di Indonesia dalam kondisi aman.
"Masalah beras ini tidak boleh main-main, jadi tolong hargai juga hargai jerih payah semua petani yang ada. Tentu saja kita harus berterima kasih mereka dengan segala macam keringat yang dimiliki, produksinya harus kita hargai, bahwa tentu ada aspek lain, ukuran Kementan adalah ketersediaan," jelasnya.
Harga beras meningkat di semua jenis kualitas. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), pada awal September 2022, harga rata-rata nasional untuk beras kualitas bawah II atau beras termurah dibanderol Rp10.600/kg. Lalu, harga beras kualitas bawah I Rp10.850/kg.
Selanjutnya, beras kualitas medium II Rp11.800/kg dan beras kualitas medium I Rp11.950/kg. Adapun beras kualitas super I dan II masing-masing Rp Rp13.250/kg dan Rp12.850/kg.
Pada 1 Februari 2023, harga rata-rata beras nasional untuk kualitas bawah II mencapai Rp11.450 atau naik 8,01% dibandingkan awal September 2022. Untuk kualitas bawah I, harganya menjadi Rp11.600/kg atau naik 6,9%.
Untuk kualitas medium I dan II, masing-masing naik 6,6% menjadi Rp12.750 dan 6,35% menjadi Rp12.500/kg. Sementara beras super I dan II masing-masing 3,7% menjadi Rp13.750/kg dan 4,6% ke angka Rp113.450/kg.