22 Januari 2025
17:06 WIB
Gencar Bukai Gerai Hingga Inovasi Produk, Strategi Fore Coffee Rebut Pasar
Salah satu inovasi favorit pelanggan Fore Coffee adalah Butterscotch Sea Salt Latte, yang terjual lebih dari 10 juta gelas sejak pertama kali diperkenalkan di 2022 sebagai produk unggulan
Gerai baru Fore Coffee di Kuningan City Mall, Jakarta. ValidNewsID/Njenissa
JAKARTA - Fore Coffee, perusahaan F&B coffee chain premium affordable di Indonesia, berkomitmen untuk terus berinovasi mengembangkan bisnis secara berkelanjutan. Konsistensi dalam berinovasi menghadirkan produk baru dan gencar membukai gerai, menjadi strategi untuk memimpin tren pasar yang dinamis.
Vico Lomar, CEO Fore Coffee menuturkan, selama hampir tujuh tahun beroperasi, Fore Coffee telah menjadi bagian dari budaya kopi masyarakat Indonesia. Dalam rentang waktu itu, lanjutnya, Fore Coffee berhasil berkembang pesat dengan membuka 217 gerai yang sukses, tersebar di 43 kota di Indonesia dan Singapura per September 2024.
Pertumbuhan signifikan ini diperkuat dengan pembukaan 61 gerai baru sepanjang 2024, menandai pertumbuhan outlet terbanyak secara year on year (YoY) Fore Coffee.
Dia mengatakan, pencapaian ini merupakan hasil pemahaman mendalam tim riset dan pengembangan (R&D), yang solid dalam mengembangkan beragam produk inovatif, dan menyesuaikan kebutuhan pelanggan dengan target pasar premium affordable.
“Riset pasar secara mendalam adalah pijakan penting bagi Fore Coffee dalam menyusun strategi yang tepat sasaran. Strategi ini berawal dari studi lapangan dengan membandingkan produk sejenis di pasar regional dan global sebagai acuan kinerja pertumbuhan,” ujar Vico dalam keterangannya, Rabu (22/1).
Fore Coffee, misalnya, kata Vico, mengevaluasi hasil riset dan melakukan serangkaian proses uji coba dengan berbagai biji kopi berkualitas tinggi yang dikurasi secara langsung dari berbagai wilayah di Indonesia, yang berasal dari Aceh Gayo, Toraja, dan Jawa Barat.
Dia menjelaskan, biji kopi tersebut telah melalui proses kurasi dari petani lokal di berbagai wilayah Indonesia. Setelah melalui proses evaluasi dan uji coba, Fore Coffee kemudian menciptakan beragam inovasi untuk memikat hati pelanggan baru, sekaligus mempertahankan loyalitas pelanggan setia.
“Setiap keputusan produk inovatif selalu dilakukan berdasarkan pemahaman mendalam terhadap pasar melalui analisis komprehensif serta pemantauan kinerja yang disiplin,” serunya.
Untuk memastikan standar pelayanan dan kualitas produk konsisten di semua outlet, Fore Coffee, kata Vico, juga mengelola program Fore Training Facility. Program ini mencakup pelatihan intensif selama dua minggu, ditambah on-the-job training selama tiga bulan bagi para barista.
Proses ini, imbuhnya, membuat setiap cangkir kopi Fore Coffee merupakan hasil perpaduan dari proses seleksi biji kopi yang ketat, inovasi rasa berdasarkan riset pasar, dan keahlian barista yang berstandar tinggi.
"Strategi ini memberikan Fore Coffee keunggulan kompetitif di antara banyak perusahaan coffee chain yang bermunculan dan kemampuan untuk menawarkan harga kompetitif, serta menempatkan perusahaan di posisi brand yang premium di mata pelanggan,” ucapnya.
Baca Juga: Minum Kopi Tanpa Gula Dapat Mengurangi Risiko Penyakit Alzheimer
Ragam Inovasi Produk
Melalui inovasi produk secara berkelanjutan, Fore Coffee, bisa dibilang memang konsisten menghadirkan menu berkualitas sesuai dengan selera konsumen yang ditarget.
Salah satu inovasi favorit pelanggan Fore Coffee adalah Butterscotch Sea Salt Latte, yang memiliki penjualan lebih dari 10 juta gelas sejak pertama kali Fore Coffee memperkenalkannya di 2022 sebagai produk unggulan.
“Inovasi ini sekarang melengkapi pilihan produk permanen yang dapat dinikmati di seluruh Indonesia,” sambungnya.
Menutup tahun 2024, Fore Coffee meluncurkan inovasi terbaru, The Tani Series. Sebagai bagian dari komitmen untuk menghadirkan kopi berkualitas di seluruh Indonesia, Fore Coffee merancang The Tani Series dengan harga Rp 24.000, agar pelanggan dapat menikmati produk premium terjangkau.
Selain itu, Fore Coffee tetap fokus pada penyediaan berbagai produk kopi berkualitas tinggi, seperti Fore Classic Coffee, Fore Signature Coffee, serta Fore Seasonal & Collaboration. Fore Coffee juga mempertahankan diversifikasi produk non-kopi untuk segmen anak-anak dan makanan melalui Fore Deli.
Diversifikasi ke pasar baru membuat perusahaan dapat memperluas basis pelanggan, melengkapi penawaran minuman kopi yang ada sekaligus memperkuat keunggulan kompetitif dalam industri food and beverages (F&B).
Vico yakin, tahun 2025 menjadi momen yang tepat bagi Fore Coffee untuk semakin agresif menyasar pertumbuhan bisnis, karena potensi pertumbuhan industri kopi semakin besar dengan dorongan berkembangnya budaya kopi dan gaya hidup yang mendukung ekspansi bisnis.
Berdasarkan laporan Redseer Analysis, pasar kopi Indonesia memiliki proyeksi tumbuh dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 11% hingga 2030. Misi untuk menghadirkan pengalaman ngopi yang personal, premium, dan terjangkau, sejatinya telah dilakukan sejak pendirian perusahaan ini oleh ideasi Willson Cuaca, Managing Partner & Co-Founder East Ventures, bersama Otten Coffee, salah satu perusahaan portofolio East Ventures.
“Fore Coffee akan terus hadir dengan produk F&B yang berkualitas untuk menjawab perubahan preferensi masyarakat Indonesia yang semakin menyukai kopi roasted out-of-home dan berinteraksi sosial,” kata Vico.
Initial Public Offering
Oh, iya, sekadar mengingatlan, selain strategi di atas, belakangan, beredar kabar Fore Coffee juga bakal melantai (initial public offering/IPO) di bursa saham. Kabar tersebut didukung dengan kunjungan para petinggi East Ventures dan Fore Coffee ke Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (7/1).
Menanggapi hal itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, pihaknya belum dapat berkomentar terkait hal tersebut. Pasalnya, otoritas BEI tidak dapat mengungkapkan informasi lebih lanjut tentang perusahaan-perusahaan yang masih tengah dalam proses penawaran umum perdana saham melalui IPO.
Kendati demikian, dirinya menegaskan bahwa pipeline perusahaan yang akan go public saat ini cukup padat. “Untuk perusahaan-perusahaan yang masih dalam proses, saya belum boleh bicara dulu. Namun yang bisa saya sampaikan, perusahaan di pipeline relatif padat,” kata Nyoman saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (8/1).
Sebelumnya, Fore Coffee bersama jajaran direksi East Venture mengunjungi BEI pada Selasa (7/1) lalu. Namun, kunjungan tersebut belum spesifik membahas rencana go public. Kunjungan itu dihadiri oleh Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, Roderick Purwana, dan Partner East Ventures, Melisa Irene, serta CEO Fore Coffee, Vico Lomar dan Chief Marketing Officer, Matthew Ardian.
Fore Coffee sendiri didirikan sejak tahun 2018 dengan model bisnis online-to-offline (O2O). Fore Coffee terakhir kali meraih pendanaan seri A sebesar US$8,5 juta. Pendanaan ini dipimpin oleh East Ventures dan kemudian diikuti sejumlah investor, seperti Insignia Ventures Partners, Agaeti Ventures, Pavilion Capital Partners, dan SMDV.
Selanjutnya, startup ini kembali menerima tambahan pendanaan Seri A senilai US$1 juta pada April 2019. Pendanaan tersebut dipimpin oleh East Ventures dan diikuti oleh SMDV, Pavilion Capital Partners, Agaeti Venture Capital, dan sejumlah angel investor.