c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

23 Juli 2025

20:56 WIB

Gasifikasi Bukan Solusi Oversupply Batu Bara RI

Executive Director IMA Hendra Sinadia menilai gasifikasi bukan sepenuhnya menjadi solusi atas oversupply batu bara, terutama yang berkalori rendah di Indonesia.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Gasifikasi Bukan Solusi <em>Oversupply</em> Batu Bara RI</p>
<p id="isPasted">Gasifikasi Bukan Solusi <em>Oversupply</em> Batu Bara RI</p>

Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (17/12/2024). Antara Foto/Nova Wahyudi

JAKARTA - Indonesia tengah mengalami krisis batu bara kalori tinggi, dibarengi dengan banjirnya batu bara berkalori menengah ke bawah.

Pemerintah pun kembali menggaungkan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) yang bertujuan bukan hanya untuk mensubstitusi LPG, tetapi memanfaatkan banjirnya suplai batu bara kalori rendah.

Tetapi, Executive Director Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menilai gasifikasi bukan sepenuhnya menjadi solusi atas oversupply batu bara, terutama yang berkalori rendah di Indonesia.

Hendra menilai gasifikasi coal to DME merupakan proyek berjangka panjang. Andaipun direncanakan saat ini, Hendra memperkirakan proyek itu baru bisa terealisasi paling cepat tahun 2030.

Baca Juga: Cegah Oversupply, Aspebindo Setuju RKAB Tambang Kembali Tahunan

"Kalau skenarionya itu nanti memang berjalan sesuai dengan yang ditargetkan, paling tidak dalam 3 atau 4 tahun baru diserap kan, belum tentu langsung sekarang. Proyeknya mungkin katakan tahun 2030 batu bara yang kalori rendah bisa diolah," kata dia saat ditemui di Jakarta, Rabu (23/7).

Sementara, lanjut Hendra, tak ada satupun pihak yang bisa menjamin kondisi pasar pada 4-5 tahun yang akan datang. Karena itu, gasifikasi tak bisa dijadikan solusi atas kondisi oversupply batu bara yang terjadi saat ini.

"Bisa saja nanti oversupply sudah mulai berkurang, sehingga pasar kita masih tetap ada," imbuh Hendra.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surya Herjuna menyebut batu bara berkalori rendah saat ini mendominasi dari total cadangan yang ada.

Tak tanggung-tanggung, lebih dari 70% cadangan batu bara Indonesia hanya punya tingkat kalori di bawah 4.200 kcal/GAR. Sedangkan batu bara dengan kalori 6.000 kcal/GAR hanya sekitar 5% dari cadangan yang ada.

Baca Juga: IMA Sambut Hangat Perubahan Masa Berlaku RKAB Pertambangan Minerba

Dari kondisi tersebut, pemerintah menilai sudah selayaknya pengembangan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME  kembali dijalankan. Pasalnya, batu bara dengan tingkat kalori sekitar 3.000 kcal/GAR-4.000 kcal/GAR sangat cocok untuk proyek tersebut.

"Dengan cadangan kita yang ada sekarang banyak di kalori 3.000-4.000, kami berharap sebenarnya pengembangan realisasi untuk DME itu bisa digalakkan, terutama untuk kalori-kalori 3.000 yang masih banyak cadangannya, hampir 73%," jelas Surya dalam sebuah sesi Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta, Rabu (28/5).

Kementerian ESDM menilai, batu bara berkalori rendah lebih baik dimanfaatkan untuk proyek hilirisasi, dalam hal ini gasifikasi coal to DME. Dengan begitu, batu bara bisa lebih dioptimalkan untuk menjadi substitusi Liquified Petroleum Gas (LPG).

"Kalau kita bisa lebih optimalkan untuk hilirisasi DME ini bisa menggantikan gas dan lain-lain. Artinya, bisa membantu pemerintah dalam kemandirian energi, terutama untuk memenuhi kebutuhan gas," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar