16 Juni 2025
20:46 WIB
Garap Proyek Energi Hijau, Singapura Siap Bangun Kawasan Industri Di Kepri
Pembangunan industri hilirisasi energi hijau itu merupakan bagian dari kesepakatan ekspor listrik bersih ke Singapura dengan kapasitas sebesar 3,4 gigawatt (GW) hingga 2035.
Penulis: Al Farizi Ahmad
Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Lawrence Wong menyaksikan 19 nota kesepahaman (MOU) Indonesia dan Singapura di Parliament House, Singapura, Senin (16/6/2025). ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden
SINGAPURA - Pemerintah Indonesia dan Singapura baru saja menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) terkait pengembangan energi ramah lingkungan.
Tiga MoU disepakati, yakni perdagangan listrik energi yang bersih, penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS) lintas batas, dan pembangunan kawasan industri hijau bersama di Provinsi Kepulauan Riau. Nilai investasi awal untuk tiga kerja sama itu diperkirakan di atas US$10 miliar atau sekitar Rp163 triliun (kurs Rp 16.300).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, pembangunan kawasan industri hijau proyek kerja sama Indonesia-Singapura di wilayah Bintan, Batam, dan Karimun, Kepulauan Riau (Kepri) akan menggunakan bahan baku lokal.
"Kalau jumlah tenaga kerja, sekarang sudah pasti proses industrinya belum bisa dihitung secara pasti. Tetapi nilai tambah yang kita bangun adalah solar panel itu, industrinya nanti di Indonesia. Bahkan, untuk kabel, itu juga akan dibangun di Indonesia," ujarnya selepas pertemuan tahunan ”Leader’s Retreat” antara Presiden Prabowo dan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong di Parliament House, Singapura, Senin (16/6).
Baca Juga: Prabowo Minta Semua Bandara Dibuka, Tingkatkan Konektivitas Dengan Singapura
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan, langkah pembangunan industri hijau itu bisa menguntungkan kedua belah pihak. Sebab, pembangunan industri hilirisasi energi hijau itu merupakan bagian dari kesepakatan ekspor listrik bersih ke Singapura dengan kapasitas sebesar 3,4 gigawatt (GW) hingga 2035.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, Kementerian ESDM memperkirakan akan membutuhkan 18,7 GW produksi panel surya dan 35,7 GWh produksi baterai atau battery energy storage system (BESS). Estimasi ini antara lain dari target dan profil beban kelistrikan di Singapura.
"Inilah nilai tambah yang katakan saya bilang itu win-win. Jangan hanya kita kirim ekspor, jangan kita hanya ekspor listriknya. Karena industrinya kalau kita enggak bangun kan enggak bisa (untung)," tandasnya.
Bagi Indonesia, proyek ini dapat menyerap 418.000 tenaga kerja dari pengerjaan manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan. Kemudian, proyek ini diprediksi dapat menghasilkan tambahan devisa US$4-6 miliar dan penerimaan negara US$210-600 juta.
Berbagai kementerian/lembaga, kata Bahlil, akan ikut memastikan kelancaran pembangunan kawasan industri itu, seperti menyiapkan aspek legalitasnya. Kemudian, Kementerian Perumahan dan Permukiman akan membangun perumahan di sekitar kawasan industri itu bagi para pekerja yang bekerja di sana.
"Nah, calon-calon investornya pun sudah ada sebagian, dan itu adalah saya serahkan kepada nanti Pak Menteri Investasi dan Kepala Danantara. Namun, dari aspek legalnya sudah diperiksa oleh Pak Menteri Hukum. Jadi sudah tidak ada masalah," terang Bahlil.
Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus CEO Danantara Rosan P Roeslani mengaku telah bertemu dengan Temasek, superholding dari Singapura. Menurut Rosan, kedua sovereign wealth fund (SWF) itu akan memiliki banyak kolaborasi.
Kerja sama dengan Temasek salah satunya akan berfokus pada investasi pada sektor energi hijau atau terbarukan. "Saya juga akan lanjutkan dengan timnya lagi sehingga investasi di beberapa bidang yang memang saling menguntungkan ini bisa terjadi sesuai dengan arahan dari Presiden," imbuh Rosan.
Teken 19 Kesepakatan Strategis
Sebanyak 19 kesepakatan strategis ditandatangani saat pertemuan tahunan Leader’s Retreat antara Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong di Singapura, Senin (16/6).
Pertemuan tersebut berlangsung di Parliament House, Singapura, sebagai bagian dari kunjungan kenegaraan pertama Presiden Prabowo ke Singapura sejak dilantik pada Oktober tahun lalu.
Menyangkut kesepakatan yang dijalin, khususnya di bidang politik dan keamanan, kedua negara menegaskan komitmen untuk mengimplementasikan sepenuhnya perjanjian kerja sama pertahanan serta percepatan finalisasi teknis wilayah pelatihan militer. Selain itu, kemajuan disebut telah dicapai dalam mekanisme perjanjian ekstradisi, termasuk pembaruan nota kesepahaman antara Jaksa Agung kedua negara.
”Di bidang politik dan keamanan, kami menegaskan kembali komitmen kami untuk sepenuhnya melaksanakan perjanjian kerja sama pertahanan dan menyelesaikan semua rincian teknis untuk area pelatihan militer. Saya berharap ini akan dipercepat dengan sangat cepat. Kami juga membuat kemajuan dalam mekanisme perjanjian ekstradisi,” tutur Prabowo.
Di luar tiga kesepakatan di bidang politik dan keamanan, pemerintah kedua negara menyepakati 16 hal yang intinya memperkuat kerja sama bilateral di berbagai sektor, mulai dari ekonomi, energi, pengembangan sumber daya manusia, dan teknologi rendah karbon.
Pertama, joint report to leaders dari enam kelompok kerja sama ekonomi bilateral. Kedua, nota kesepahaman kerja sama keamanan pangan dan teknologi pertanian antara Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura.
Ketiga, nota kesepahaman kerja sama pembangunan kawasan industri berkelanjutan antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI serta Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura. Keempat, nota kesepahaman perdagangan listrik lintas batas Kementerian ESDM RI dan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura.
Kelima, nota kesepahaman penangkapan dan penyimpanan karbon Kementerian ESDM RI dan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura. Keenam, implementasi kesepakatan Flight Information Regional (FIR), berupa penempatan personel sipil dan militer pada Singapore Air Traffic Control Center (SATCC).
Baca Juga: RI-Singapura Perkuat Kerja Sama Proyek Di Enam Sektor Strategis
Ketujuh, nota kesepahaman kerja sama pengakuan timbal balik sertifikasi halal antara Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal RI dan Majelis Ugama Islam Singapura (akan ditandatangani 18 Juni 2025). Kedelapan, kerja sama bilateral pengaturan keuangan antara Bank Indonesia dan Otoritas Moneter Singapura.
Kesembilan, nota kesepahaman kerja sama peningkatan kapasitas bagi pegawai pemerintah di bidang kelautan antara Kementerian Perhubungan RI dan Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura. Kesepuluh, nota kesepahaman kerja sama di bidang manajemen perpustakaan dan informasi antara Perpustakaan Nasional RI dan Dewan Perpustakaan Nasional Singapura.
Kesebelas, kerja sama pendirian Ciputra SMG Curie Cancer Center (CSCCC) antara Rumah Sakit Ciputra dan Singapore’s Curie Oncology, Singapore Medical Group (SMG). Kedua belas, investasi Nusantara Sembcorp Solar Energy Power Plant di Ibu Kota Nusantara.
Ketiga belas, kerja sama antara Sembcorp and Panbil Group JV untuk pengembangan dua kawasan industri rendah karbon di Batam. Keempat belas, pengaturan teknis program pertukaran pemuda. Kelima belas, program pengembangan petani muda. Terakhir, peluncuran penerbangan dari dan ke Singapura–Kertajati dan Padang oleh maskapai Scoot.
Presiden menyambut positif kesepakatan yang telah dijalin. Presiden Prabowo menegaskan pentingnya kemitraan strategis Indonesia-Singapura yang telah terjalin selama lebih dari lima dekade.
”Saya sangat yakin bahwa hubungan bilateral ini akan terus tumbuh semakin kuat dengan semakin banyaknya kepercayaan dan keyakinan satu sama lain seiring berjalannya waktu,” tandasnya.
Selain itu, secara ekonomi, Presiden Prabowo menyampaikan apresiasi atas posisi Singapura sebagai salah satu investor utama di Indonesia. Terkait ketahanan pangan, Presiden menyambut baik tawaran Singapura dalam transfer teknologi pertanian modern, termasuk urban farming dan praktik pascapanen berkelanjutan.
Presiden juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara Temasek dan Danantara, khususnya dalam sektor energi terbarukan dan pengembangan kawasan rendah karbon di Batam, Bintan, dan Karimun.
“Kami menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman sebagai landasan kerja sama strategis di bidang keamanan pangan dan teknologi pertanian," ujar Presiden.
Sementara itu, PM Lawrence Wong menyampaikan penghargaan atas kunjungan Presiden Prabowo dan menyebut momentum Leaders’ Retreat kali ini sebagai tonggak penting dalam babak baru hubungan bilateral kedua negara. PM Wong juga mengungkapkan keyakinannya terhadap potensi dan kekuatan ekonomi Indonesia.
”Tahun lalu, Singapura menyumbang lebih dari sepertiga dari seluruh investasi asing yang direalisasikan di Indonesia. Hal ini mencerminkan keyakinan kami terhadap ekonomi Indonesia dan potensi serta kekuatannya,” imbuhnya.