c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

04 Juli 2025

17:34 WIB

ESDM Sebut Impor US$15,5 Miliar Dari AS Didominasi LPG Dan Minyak Mentah

Pengalihan impor LPG dan minyak mentah lebih banyak ke AS jadi amunisi pemerintah untuk meluluhkan AS dalam negosiasi tarif resiprokal yang akan diimplementasikan sebentar lagi.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>ESDM Sebut Impor US$15,5 Miliar Dari AS Didominasi LPG Dan Minyak Mentah</p>
<p>ESDM Sebut Impor US$15,5 Miliar Dari AS Didominasi LPG Dan Minyak Mentah</p>

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung memberi keterangan ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/7/2025). Antara/Putu Indah Savitri

JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyebut, pihaknya sudah memetakan produk energi apa saja yang impornya akan dialihkan ke Amerika Serikat.

Yuliot menerangkan, salah satu produk yang pembeliannya dari Negeri Paman Sam akan ditingkatkan ialah Liquified Petroleum Gas (LPG), serta minyak mentah (crude oil) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Jadi untuk produk ini kita sudah lakukan pemetaan. Pertama, kita butuh LPG, jadi untuk LPG kita akan meningkatkan impor dari Amerika Serikat. Kemudian crude (oil) untuk kebutuhan dalam negeri," tuturnya kepada awak media di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/7).

Baca Juga: Dirut Pertamina Tegaskan Shifting Impor Minyak Jadi Senjata Negosiasi Tarif Trump

Dia mengungkapkan, selama ini, Indonesia sejatinya telah mengimpor minyak mentah dari AS. Namun, dengan adanya huru-hara tarif resiprokal yang diketok Presiden AS Donald Trump, pemerintah Indonesia 'terpaksa' meningkatkan porsi impor sebagai amunisi negosiasi tarif.

"Selama ini kan juga kita mengimpor crude (oil), ada yang dari Amerika tetapi melalui negara lain. Jadi nanti akan diusahakan pencatatan langsung untuk impor dari Amerika," ucap Yuliot.

Tahun lalu, Yuliot menyebut belanja energi tanah air dari Amerika Serikat mencapai kisaran US$4,2 miliar. Angka itu bakal disesuaikan seiring penetapan tarif resiprokal oleh Donald Trump beberapa waktu lalu.

Dengan menyeimbangkan neraca dagang, Yuliot berharap, Amerika Serikat bisa luluh dan menurunkan tarif resiprokal yang dikenakan terhadap produk-produk Indonesia yang hendak di ekspor ke Negeri Paman Sam.

"Ada beberapa negara yang sudah selesai negosiasinya, seperti Vietnam dia kan ditetapkan tarif untuk Amerika kan 46%, tapi berdasarkan negosiasi itu menjadi 20%. Jadi langkah yang sama juga akan dilakukan oleh Indonesia bagaimana trade balance," imbuh dia.

Baca Juga: Pengalihan Impor Energi Ke AS Berpotensi Timbulkan Masalah Untuk RI

Meski sudah melakukan pemetaan, saat ini belum ada volume pasti untuk impor energi dari Amerika Serikat. Yuliot menjelaskan, volume impor energi sekali lagi akan sangat bergantung pada harga energi yang fluktuatif.

"Jadi untuk harga fluktuatif itu, nanti akan kita lihat volume dengan harga itu kan akan terjadi, nilainya akan dapat terlihat berdasarkan volume dan juga berdasarkan harga ICP yang kita tetapkan," sambungnya.

Sementara untuk rencana impor BBM dari AS, pemerintah masih melihat kemungkinan peningkatan produksi di dalam negeri. Terlebih, saat ini sudah ada progres atas perbaikan yang dilakukan oleh kilang-kilang minyak kelolaan PT Pertamina.

"Kemudian juga upgrade teknologi kita, juga akan melihat sebagian besar kebutuhan itu akan berasal dari dalam negeri," tandas Yuliot.

Alihkan Impor LPG Dari Timur Tengah

Dalam kesempatan sama, Yuliot juga menyampaikan, Indonesia juga siap memangkas impor LPG dari Timur Tengah untuk menambahkan volume impor LPG dari Amerika Serikat.

“Jadi kan impor LPG itu dari Timur Tengah sama Amerika Serikat. Jadi, nanti mungkin akan switch (pengalihan) impor dari Timur Tengah itu menjadi impor dari Amerika Serikat,” ucap Yuliot, melansir Antara.

Berdasarkan data BPS, total impor LPG dengan kode HS 27111200 (propana cair) dari negara-negara kawasan Timur Tengah yang meliputi Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) sepanjang 2024 senilai US$714,72 juta, dengan volume sebesar 1,2 juta ton.

Sedangkan, dengan kode HS yang sama, impor LPG dari Amerika Serikat pada 2024 senilai US$1 miliar dengan volume sebesar 1,97 juta ton.

Baca Juga: RI Ingin Alihkan Impor Energi Ke AS, Ongkir Bisa Bengkak?

Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, Indonesia berencana untuk melakukan peningkatan pembelian energi dari AS sebesar US$15,5 miliar atau sekitar Rp250,87 triliun. 

Adapun komitmen impor energi US$15,5 miliar itu naik nyaris empat kali lipat dibandingkan impor energi dari AS 2024 sebanyak US$4,2 miliar.

Rencana pengalihan impor energi dari sejumlah negara ke AS sendiri dicetuskan pemerintah sebagai upaya menyeimbangkan neraca dagang antarkedua negara.

Secara keseluruhan, Indonesia berkomitmen untuk melakukan pembelian terhadap produk AS sebanyak US$34 miliar ke depan, mencakup produk energi maupun agrikultura.

Adapun komitmen pembelian barang asal Negeri Paman Sam ini tidak bersifat jangka pendek, melainkan jadi langkah jangka panjang dalam memperkuat hubungan perdagangan kedua negara. Hal itu dilakukan Indonesia dalam merespons kebijakan tarif resiprokal yang akan diberlakukan AS pekan depan, jika tidak kembali mundur.

Terpisah, tim negosiasi tarif dagang AS berupaya maksimal agar bisa menurunkan tarif resiprokal buat Indonesia di bawah 32% yang bakal diimplementasi dalam jarak beberapa hari lagi. Indonesia pun siap mencontek kiat negosiasi tarif dagang antara Inggris kepada AS agar tarif dagangnya dapat ditekan seminimal mungkin di kisaran 10%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar