c

Selamat

Senin, 10 November 2025

EKONOMI

06 Oktober 2025

14:20 WIB

Ekonom: Uni Eropa Harus Taati Putusan WTO Soal Baja Demi Reputasi

Ekonom sarankan Uni Eropa menerima dan merespons langkah kebijakan transisi yang tak melanggar aturan, atas kekalahan dalam sengketa baja nirkarat dengan Indonesia di WTO.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<p>Ekonom: Uni Eropa Harus Taati Putusan WTO Soal Baja Demi Reputasi</p>
<p>Ekonom: Uni Eropa Harus Taati Putusan WTO Soal Baja Demi Reputasi</p>

Seorang pekerja memeriksa koil baja untuk bahan dasar pipa baja yang masuk dalam program Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di Bekasi, Jawa Barat. Antara Foto/Fakhri Hermansyah/rwa/aa.

JAKARTA - Ekonomi Universitas Andalas Syafruddin Karimi menyampaikan, Uni Eropa (UE) sebaiknya mengambil beberapa langkah terhadap keputusan Panel Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) dalam sengketa stainless steel atau baja nirkarat dengan Indonesia.

Dia meyakini, langkah-langkah tersebut berpotensi melindungi industri dalam negeri melalui kepastian regulasi, dan menjaga reputasi UE sebagai pelopor transparansi dan taat hukum internasional.

Syafruddin menjelaskan, menaati keputusan WTO akan memberikan manfaat di dalam kawasan Uni Eropa itu sendiri. Langkah penerapan bea masuk imbalan atau antidumping akan menimbulkan ketidakpastian industri Uni Eropa.

"Kepastian regulasi mendorong daya saing industri yang bertumpu pada efisiensi, inovasi, dan teknologi rendah emisi, bukan proteksi berkepanjangan," terang Syafruddin dalam keterangan tertulis, Jakarta, dikutip Senin (6/10).

Baca Juga: Menang Lagi! WTO Minta Eropa Bebaskan Bea Masuk Ekspor Baja Nirkarat RI

Tak hanya bagi industri, Syafruddin juga menyebut, menaati ketentuan WTO juga akan menguntungkan konsumen, salah satunya bisa memperoleh produk dengan harga lebih wajar. Nantinya, sektor hilir industri baja seperti otomotif hingga industri peralatan rumah tangga pun bisa memperoleh pasokan bahan baku yang stabil.

"Rantai pasok yang efisien memperkuat ekonomi Eropa menghadapi persaingan global. Menjalankan putusan WTO selaras dengan kepentingan tersebut," imbuh dia.

Meski demikian, Syafruddin meyakini, Uni Eropa masih memiliki kekhawatiran terhadap disrupsi industri baja apabila bea masuk imbalan atau antidumping tersebut dicabut.

Untuk itu, daripada menerapkan bea masuk imbalan atau antidumping, dia menyarankan agar Uni Eropa dapat mengambil langkah kebijakan transisi yang tidak melanggar aturan.

Misalnya, WTO mengizinkan Uni Weopa untuk riset, efisiensi energi, atau dekarbonisasi, melakukan program peningkatan keterampilan tenaga kerja, serta fasilitasi investasi pada teknologi proses yang lebih bersih. 

Syafruddin menilai, instrumen-instrumen yang sah tersebut dapat mentransformasi struktural pada perdagangan baja internasional, tanpa menutup perdagangan secara sewenang-wenang.

"UE memiliki kesempatan menunjukkan bahwa rule of law bukan slogan, melainkan kompas kebijakan. Mematuhi putusan, mengoreksi kebijakan, dan menguatkan arsitektur perdagangan global akan menjaga reputasi Eropa sekaligus memberikan kepastian bagi pasar," tegas Syafruddin.

Baca Juga: Kalah Sengketa Baja, Dosen Andalas Ungkap Keuntungan Eropa Jika Patuh Putusan WTO

Sementara itu di sisi Indonesia, Syafruddin juga menyampaikan bahwa kemenangan Indonesia atas sengketa baja nirkarat ini menjadi kesempatan besar.

"Ekspor stainless membutuhkan akses yang bersih dari distorsi, disertai kesiapan memenuhi standar teknis dan keberlanjutan yang semakin ketat," ucapnya.

Dia pun meminta agar para eksportir baja nirkarat nasional siap menyambut kompetisi perdagangan baja yang lebih adil, mampu memperluas pasar, dan mempercepat industrialisasi bernilai tambah.

"Kemenangan nyata lahir ketika hukum dihormati dan perdagangan bergerak di atas prinsip yang konsisten," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar