c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

07 Maret 2025

18:52 WIB

Ekonom Ungkap Penyebab Cadangan Devisa Februari 2025 Menurun

Penurunan cadangan devisa pada Februari 2025 disebabkan aliran modal asing yang keluar serta upaya BI untuk menstabilisasi rupiah setelahnya.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Khairul Kahfi

<p>Ekonom Ungkap Penyebab Cadangan Devisa Februari 2025 Menurun</p>
<p>Ekonom Ungkap Penyebab Cadangan Devisa Februari 2025 Menurun</p>
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2021). Antara Foto/Puspa Perwitasari/kye.

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, penurunan cadangan devisa pada Februari 2025 disebabkan aliran modal asing yang keluar (outflow). Penurunan cadev khususnya terjadi di pasar saham, yang mencapai sekitar US$1,1 miliar sehingga juga menyebabkan pelemahan rupiah yang cukup signifikan.

BI melaporkan, pada akhir Februari 2025, cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan US$1,6 miliar. Dengan demikian, cadev RI menurun dari posisi akhir Januari 2025 sebesar US$156,1 miliar menjadi US$154,5 miliar.

"Kalau (penurunan cadev) di bulan Februari itu kan terjadi outflow ya, khususnya di pasar saham. Kalau saya enggak salah, itu kan terjadi outflow US$1,1 billion, dan kalau kita lihat juga kan terjadi pelemahan rupiah yang cukup signifikan ya," ujarnya kepada awak media, Jakarta, Jumat, (7/3).

Baca Juga: Bayar Utang dan Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Februari 2025 Tergerus US$1,6 M

Dia juga mensinyalir, penurunan devisa juga ada hubungannya dengan sejumlah langkah stabilisasi dari Bank Indonesia dalam menjaga kondusivitas mata uang garuda pada Februari 2025.

Meski menurun, dia menyampaikan, secara umum posisi cadev di akhir Februari 2025 masih relatif tinggi. Sehingga dirinya memperkirakan, posisi cadangan devisa akan tetap berada pada level yang aman hingga akhir 2025 dan mencukupi untuk pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah.

"Bahwa posisi cadev tetap akan berada dalam level yang comfortable, yang masih aman ya. Masih di atas dari sisi benchmark ataupun benchmarking untuk pembayaran impor dan juga utang luar negerinya pemerintah," ujarnya.

Saat ditanya mengenai kemungkinan kenaikan cadangan devisa, Josua mengatakan, kondisi tersebut akan bergantung pada kelancaran aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan (foreign inflow) dan penerbitan global bond oleh pemerintah. 

Di sisi lain, Josua menyampaikan, kebijakan bank sentral seperti Bank Sentral Eropa (ECB) yang baru saja memangkas suku bunga, serta keberadaan ruang penurunan suku bunga The Fed sebesar 50 bps pada tahun ini dapat memberi sentimen positif bagi makroekonomi negara-negara berkembang. 

"Kalau sekiranya itu bisa memberikan dampak positif, ya sentimen positif pada emerging country," tuturnya.

Oleh karena itu, Ia optimistis bahwa aliran asing tahun ini ke dalam negeri masih dapat terjaga, sehingga diharapkan dapat mempertahankan stabilitas level cadangan devisa Indonesia.

“Mestinya sih foreign flows di tahun ini masih tetap terjaga ya. Sehingga harapannya akan bisa mempertahankan untuk level cadev-nya,” tandasnya.

Baca Juga: Kadin Yakin Kebijakan DHE 100% Setahun Positif Buat Cadev Dan Rupiah

Terpisah, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, penurunan cadev Februari dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah, sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi. 

Posisi cadev pada akhir Februari 2025 setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Ramdan dalam keterangan resmi, Jumat (7/3).

Ramdan menambahkan, ke depan, Bank Indonesia memandang posisi cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar