c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

18 Maret 2025

13:29 WIB

Ekonom Nilai Ambruknya IHSG Akibat Sentimen Fiskal RI Bermasalah

Kondisi fiskal di dalam negeri yang kurang memuaskan menjadi penggerak IHSG anjlok dalam pada perdagangan sesi I hari ini. Investor disinyalir tidak puas dengan arah ekonomi pemerintah RI saat ini.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Ekonom Nilai Ambruknya IHSG Akibat Sentimen Fiskal RI Bermasalah</p>
<p>Ekonom Nilai Ambruknya IHSG Akibat Sentimen Fiskal RI Bermasalah</p>

Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Antara Foto/Muhammad Adimaja/rwa.

JAKARTA - Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai, kondisi fiskal di dalam negeri yang kurang memuaskan menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok dalam pada perdagangan sesi I hari ini. Ekonom mensinyalir, investor tidak puas dengan arah ekonomi pemerintah RI saat ini.

"Pemerintah dinilai tidak business friendly. Top down," katanya dalam keterangan tertulis merespons anjloknya IHSG pada perdagangan sesi I hari ini, Jakarta, Selasa (18/3).

Baca Juga: Istana Bantah Menkeu Sri Mulyani Mengundurkan Diri

Secara umum, dia mengutarakan, setidaknya ada lima sentimen domestik penyebab IHSG memburuk. Pertama, akibat hasil APBN Februari 2025 yang dinilai buruk, serta outlook fiskal pemerintah Indonesia yang berat di sepanjang tahun.

Kedua, sentimen IHSG ambles juga disebabkan penilaian investor atas kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas. Ketiga, sentimen investor yang menguap pada saham Indonesia diakibat berbagai isu mega korupsi yang disinyalir bakal merusak trust.

"(Sentimen) kesatu sampai ketiga merupakan isu lama yang membuat investor (saham di Indonesia) berhati-hati," ungkapnya.

Keempat, investor juga dipercaya mengkhawatirkan rencana revisi kebijakan terkait dwi fungsi ABRI. Sentimen ini dipercaya akan memicu dan menimbulkan protes besar sehingga menekan ekonomi pada waktu ke depan.

Kelima, investor juga diyakini khawatir dengan menurunnya perolehan peringkat utang (credit rating) Indonesia yang diberikan lembaga pemeringkat internasional. Fitch dan Moodys dikabarkan akan mengumumkan credit rating RI pada Maret-April 2025, sementara S&P akan mengumumkan credit rating RI antara Juni-Juli 2025.

"(Sedangkan, sentimen) keempat dan kelima (menjadi) isu baru yang membuat investor (saham di Indonesia) takut," jelasnya.

Baca Juga: IHSG Anjlok 5%, BEI Bekukan Sementara Perdagangan Saham

Berdasarkan pantauan, IHSG terpantau sudah ambrol hingga 6,12% pada menjelang perdagangan sesi I selesai. Penurunan ini setara 395,87 poin, dari posisi awal sekitar 6.471,95 poin menjadi 6.067,08 poin.

Sebelum ambruk, IHSG sempat mencetak posisi tertinggi hari ini di kisaran 6.438,52 poin. Sementara di titik terendahnya, IHSG sempat menyentuh level 6.011,84 poin. 

Secara keseluruhan, baik investor asing dan domestik di semua pasar terpantau melepas kepemilikan instrumen investasinya sebanyak 166,14 juta lot dengan nilai Rp10,30 triliun. Frekuensi penjualan kepemilikan instrumen investasi sementara ini sebanyak 893,61 ribu kali.

Adapun lima sektor IHSG yang terpantau memerah sebelum perdagangan sesi I usai, yakni teknologi yang turun 12,46%, industri dasar -9,78%, energi -6,24%, properti -5,3%, dan industri siklikal -5,24%.

Di tingkat global, memerahnya IHSG tidak diikuti indeks lain, seperti S&P500 yang terpantau menghijau 0,64%, DOW30 yang naik 0,85%, indeks Hang Seng naik 2,17%, dan Nikkei 1,27%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar