c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

18 Oktober 2024

09:27 WIB

Dorong Investasi Hijau di Indonesia, Kadin: Potensinya Luas

Kadin menilai ada beberapa proyek pembangunan di sektor energi yang membutuhkan suntikan investasi hijau.  

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Dorong Investasi Hijau di Indonesia, Kadin: Potensinya Luas</p>
<p id="isPasted">Dorong Investasi Hijau di Indonesia, Kadin: Potensinya Luas</p>

Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (1/8/2024). Antara Foto/Hafidz Mubarak A

JAKARTA - Investasi hijau di Indonesia dinilai sangat berpotensi untuk didorong, terutama pada sektor energi baru terbarukan (EBT) atau renewable energy. Lantaran pemanfaatannya masih di bawah potensi yang dimiliki Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid. Dia menilai, investasi hijau dibutuhkan untuk mendorong sektor-sektor yang bertujuan mengurangi emisi seperti EBT.

"Saya bilang luas sekali potensinya. Misalnya, contoh sekarang kita punya renewable energy itu kan belum terlalu kita expose," ujarnya kepada awak media usai Gen8 Talk: 8% Bisa, di Jakarta, Kamis (17/10).

Baca Juga: Sukseskan Upaya EBT, RI Butuh Investasi US$55 M Sampai 2029

Arsjad menyebutkan, ada beberapa proyek pembangunan di sektor energi yang membutuhkan suntikan investasi hijau. Di antaranya, pengembangan pembangkit listrik tenaga air, mini hydro, large hydro, hingga solar panel.

Bahkan, menurutnya, solar panel bisa menjadi model bisnis berkelanjutan. Di satu sisi, pembuatannya bisa dikerjakan oleh pengusaha dengan skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kemudian, solar panel bisa menjadi komoditas yang diperdagangkan.

"Solar energy, solar itu bisa menjadi bisnis sebetulnya untuk UMKM. Kenapa? Kalau bisa di setiap desa, di mana-mana, itu kan menjadi bisnis. Ini yang harus dibangun kebijakannya," tutur Arsjad.

Selain di sektor energi, lanjut Ketum Kadin, investasi hijau juga dibutuhkan untuk membangun teknologi mitigasi perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon. Contohnya, teknologi carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS).

Ditambah lagi, untuk membangun ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), tempat pengelolaan limbah yang berkelanjutan, serta hilirisasi kelapa sawit. Menurut Arsjad, sederet proyek tersebut ikut mendongkrak potensi investasi hijau di Indonesia.

"Lebih lanjut lagi, Indonesia itu biodiversity-nya besar sekali. Kita punya hutan, dan macam-macam, ini juga aset. Kenapa? Itu yang dibilang carbon credit yang paling banyak seharusnya kita loh, tapi kita belum olah," imbuh Ketum Kadin.

Untuk diketahui, pemerintah belakangan ini sedang berwacana menggalakkan investasi untuk proyek hiijau, seperti pembangunan ekosistem EV ataupun hilirisasi selain pertambangan, misalnya rumput laut, dan hasil perkebunan RI.

Baca Juga: Tak Terpusat Di Tambang, Pemerintah Serius Hilirisasi Rumput Laut

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyampaikan, pemerintah sudah menyusun roadmap hilirisasi strategis untuk sektor selain pertambangan. Utamanya rumput laut atau seaweed, lalu minyak kelapa sawit, karet, kelapa, pala, sampai ikan dan rajungan.

Rosan menekankan, hilirisasi rumput laut digencarkan karena dua alasan. Pertama, bahan bakunya melimpah di Indonesia. Kedua, produk turunan rumput laut diproyeksikan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian.

Selain itu, Kepala BKPM juga menilai  investasi merupakan instrumen yang harus digenjot guna meningkatkan perekonomian RI. Utamanya, investasi yang berorientasi ekspor, dilakukan secara sustainable atau berkelanjutan, sesuai permintaan global.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar