02 Oktober 2025
17:57 WIB
Ditolak AS, Kinerja Ekspor Udang Beku Menurun
Sebelum adanya permasalahan kontaminasi radioaktif, kinerja ekspor udang beku sudah mengalami penurunan signifikan dari tahun ke tahun.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Fin Harini
Ilustrasi - Seorang pekerja yang sedang memeriksa keranjang berisi udang vaname yang baru dipanen. Antara Foto/Oky Lukmansyah.
JAKARTA - Kinerja ekspor udang beku Indonesia mengalami penurunan baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy), di tengah isu penolakan ekspor dari pasar terbesar yakni AS akibat temuan kontaminasi zat radioaktif Cesium-137.
Direktur Statistik Distribusi BPS Sarpono menjelaskan, udang beku masuk dalam kategori komoditas dengan kode HS 0306, yang meliputi krustasea, bercangkang maupun tidak, hidup, segar, dingin, beku, dikeringkan, diasinkan atau dalam air garam.
"Perkembangan ekspor HS 0306 turun 9,10% secara m-to-m, turun 8,58% secara y-o-y, naik 19,63% secara c-to-c," ujar Sarpono kepada Validnews, Rabu (1/10).
Baca Juga: Zulhas: Udang Tercemar Cs-137 Hanya di Cikande, Rantai Pasok Aman
Meski kinerja ekspor menurun di tengah penolakan AS, Suparno menyebut per bulan Agustus 2025, AS masih menduduki pangsa pasar utama diikuti Jepang dan China yang berurutan menjadi negara importir udang beku terbesar bagi Indonesia.
Sebagai catatan, di tahun 2024 AS memberikan kontribusi 63,7% dari total udang asal Indonesia yang diekspor ke berbagai negara.
Suparno menyebut, pihaknya belum bisa memastikan apakah penurunan kinerja ekspor udang beku yang belakangan terjadi disebabkan oleh adanya isu kontaminasi radioaktif.
"Untuk mengetahui apakah penolakan ekspor udang beku oleh AS berpengaruh terhadap ekspor udang secara keseluruhan memerlukan kajian terlebih dahulu," tambah Suparno.
Menurun Sebelum Isu Radioaktif
Di lain sisi, catatan mengenai penurunan ekspor udang beku Indonesia sejatinya sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Selain data yang disampaikan Sarpono mengenai penurunan di bulan Agustus 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan(KKP) mencatat, ekspor udang pada periode Januari-September 2024 mencapai US$1,19 miliar.
Angka tersebut anjlok sebesar 8,1% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar US$1,29 miliar. Adapun penurunan juga sudah terjadi pada pasar AS.
Baca Juga: Udang Indonesia Diduga Terpapar Zat Bahaya, Mendag Tak Ingin Ini Terulang
Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Erin Dwiyana mengungkap, saat itu terdapat dua faktor yang menyebabkan ekspor udang mengalami penurunan.
Pertama, adanya kasus tuduhan pelanggaran antidumping dan Countervailing Duties (CVD) atau bea masuk antisubsidi ekspor yang dilayangkan AS terhadap udang Indonesia. Kedua, kondisi pasar AS disebut tengah mengalami tekanan inflasi.
"Situasi ataupun kasus CVD dan antidumping ini tentunya sangat berpengaruh bagi perudangan nasional, karena tujuan ekspor udang utama Indonesia masih tinggi di pasar Amerika Serikat," ujar Erin dalam keterangan resmi KKP di bulan Oktober 2024 lalu.