c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

EKONOMI

15 Januari 2025

15:52 WIB

Digeser Jerman, Kini Indonesia Peringkat 4 Eksportir Produk Olahan Kakao Dunia

Peringkat Indonesia sebagai produsen dan eksportir produk olahan kakao turun di pasar global, dari rangking ke-3 menjadi ke-4. Kini, Jerman berhasil menggeser posisi Indonesia.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Digeser Jerman, Kini Indonesia Peringkat 4 Eksportir Produk Olahan Kakao Dunia</p>
<p id="isPasted">Digeser Jerman, Kini Indonesia Peringkat 4 Eksportir Produk Olahan Kakao Dunia</p>

Ilustrasi produk turunan kakao berupa coklat di sebuah gerai ritel. ValidNewsID/ Fin Harini

JAKARTA - Jerman sudah menggeser posisi Indonesia sebagai negara eksportir kakao olahan peringkat ke-3 dunia. Kini, Indonesia turun peringkat menjadi nomor 4.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika mengatakan, kinerja ekspor kakao olahan RI sudah eksis di pasar global. Sayangnya, posisi Indonesia mengalami penurunan.

"Ekspor kita itu sudah eksis di dunia, walau tahun kemarin kita peringkat 3, gak tahunya sekarang dikalahkan oleh Jerman menjadi nomor 4," ujarnya dalam acara Lokakarya Nasional Kakao, di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (15/1).

Adapun yang termasuk produk olahan kakao, di antaranya, lemak kakao, bubuk kakao dan permen atau makanan cokelat. Sementara produk bubuk kakao biasanya dikenal luas sebagai coklat.

Berdasarkan data Statista, negara dengan pengolahan biji kakao terbesar adalah Pantai Gading Afrika. Pada 2021/2022 volumenya 710.000 ton, naik menjadi 793.000 ton pada 2022/2023 dan turun menjadi 750.000 ton pada 2023/2024.

Baca Juga: Ciptakan Olahan Kakao Premium, Kemenperin Tingkatkan Peran Artisan

Belanda menempati rangking kedua sebanyak 610.000 ton pada 2021/2022, susut menjadi 600.000 ton pada 2022/2023 dan 590.000 ton pada 2023/2024.

Indonesia semula menempati posisi ketiga dengan produksi 460.000 ton pada 2021/2022. Pada 2022/2023, produksi turun jadi 450.000 ton namun posisi tetap di urutan ketiga. Selanjutnya, di 2023/2024, produksi anjlok jadi 430.000 ton dan posisi tergeser ke peringkat keempat.

Jerman menggeser Indonesia di posisi ketiga pada 2023/2024 dengan produksi 440.000 ton. Sebelumnya, Jerman berada di posisi keempat dengan produksi sebesar 440.000 ton pada 2021/2022 dan 450.000 ton pada 2022/2023.

Putu mengharapkan industri pengolahan kakao dalam negeri terus berkontribusi signifikan terhadap ekspor nasional.

"Kita 70-80% industri hasil pengolahan kakao hampir ekspor ke 100 negara. Negara-negara lain manfaatkan hasil olahan kita, ini dampak sangat besar kalau bisa dorong industri ini," ucapnya.

Menurut Putu, mengembangkan industri tersebut masih menjadi pekerjaan rumah alias PR Kemenperin. Tantangan lainnya, kini industri pengolahan kakao di Indonesia makin surut jumlahnya.

Baca Juga: Ikhtiar Mengembalikan Kejayaan Kakao Nusantara

Kemenperin mencatat, di era 2010-an, Indonesia memiliki 20 industri pengolahan kakao. Kemudian di 2014, RI memproduksi kakao tertinggi di sejarah hampir 700.000 ton per tahun. Namun, kini tersisa 11 industri pengolahan kakao.

"Dari 20 industri ini, yang bertahan sekarang tinggal 11 industri. Ini pun kita sebagian besar bahan bakunya impor, lebih dari 50% impor," ucap Putu.

Dia menyampaikan, saat bertemu para pemain kakao olahan global, mereka berharap Indonesia kembali berjaya memproduksi kakao maupun kakao olahan. Menurutnya, inilah yang menjadi tugas pemerintah dan para stakeholder terkait.

"Jadi sebenarnya kita benar-benar harus berupaya bagaimana industri ini bisa kita jaga, dikembangkan kembali, dan bahan baku, karena Indonesia jadi harapan dunia," kata Putu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar