07 April 2025
16:40 WIB
Di Tengah Penurunan BTC, Investor Bisa Ambil Langkah Strategis Dan Disiplin
Investor kripto disarankan untuk mengambil pendekatan yang lebih strategis dan disiplin. Alih-alih bersikap panik, langkah terbaik adalah memperkuat manajemen risiko.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Candlestick yang menggambarkan volatilitas pasar keuangan. Unsplash/Nimisha Mekala
JAKARTA - Pasar aset kripto terus menurun. Bitcoin anjlok lebih dari 3% hanya dalam waktu dua jam ke level bawah US$80.000 pada Minggu (6/4). Pasar mata uang kripto mengalami kerugian yang meluas karena pasar global bereaksi terhadap ketidakpastian yang didorong oleh tarif perdagangan baru AS.
Menanggapi situasi seperti itu, Analyst Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, investor kripto disarankan untuk mengambil pendekatan yang lebih strategis dan disiplin. Alih-alih bersikap panik, langkah terbaik adalah memperkuat manajemen risiko.
Investor bisa mulai menetapkan stop loss, menjaga eksposur pada aset berisiko, hingga mempertimbangkan strategi seperti dollar cost averaging (DCA) untuk membangun posisi secara bertahap. Investor juga bisa melirik aset stabil kripto maupun instrumen lain.
"Diversifikasi juga penting baik ke dalam aset kripto yang lebih stabil seperti stablecoin, maupun ke instrumen lain sebagai penyeimbang risiko," katanya kepada Validnews, Jakarta, Senin (7/8).
Baca Juga: Tarif Impor Trump Bisa Buat Bitcoin Terjun ke Level Terendah US$75.000
Fyqieh menilai, dalam kondisi pasar yang penuh ketidakpastian seperti sekarang, akibat perang dagang AS-China serta tekanan ekonomi global, investor kripto memang dihadapkan pada dilema besar. Sebagian cenderung menjauh dari aset berisiko tinggi seperti Bitcoin dan kripto lain, terutama karena sentimen pasar yang masih lemah.
Ini tercermin dari Crypto Fear & Greed Index yang terus bergerak menuju zona 'Fear Extreme', serta peningkatan signifikan pada kecenderungan posisi short. Level-level support krusial seperti US$75.000 untuk Bitcoin dan US$1.500 untuk Ethereum menjadi perhatian utama pelaku pasar.
Namun demikian, dia mengingatkan, kondisi ini tidak sepenuhnya negatif. Tekanan yang terjadi lebih banyak dipicu oleh faktor makro yang bersifat sementara, seperti kebijakan tarif pemerintahan Trump yang lebih bermuatan politik dan bisa saja ditarik kembali.
"Artinya, tekanan pasar saat ini tidak berasal dari kerusakan struktural dalam ekonomi global, sehingga peluang pemulihan tetap terbuka lebar," jelasnya.
Dalam situasi seperti ini, Fyqieh menilai, salah satu titik terang yang patut dicermati adalah potensi relief rally, jika dalam waktu dekat pemerintah AS benar-benar mengumumkan kepemilikan kripto mereka.
"Jika konfirmasi tersebut cukup kuat, maka pemulihan harga bisa terjadi cukup cepat. Bitcoin hanya perlu merebut kembali level US$80.000 untuk kembali ke jalur bullish jangka menengah," ucapnya.
Tak kalah penting, Fyqieh mengatakan, prospek regulasi juga memberi harapan baru. SEC saat ini tengah meninjau ulang panduan terkait kripto, yang bisa membuka jalan bagi kerangka regulasi yang lebih jelas dan pro-pertumbuhan.
"Dengan semakin banyaknya institusi yang mempertimbangkan aset digital sebagai bagian dari strategi cadangan jangka panjang, tekanan pasar saat ini justru bisa menjadi momen konsolidasi sebelum tren naik yang baru terbentuk," imbuhnya.
Waktu yang Tepat Beli Aset Kripto?
Fyqieh mengatakan, penurunan harga kripto saat ini memang menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi investor jangka pendek. Namun jika melihat sudut pandang lebih luas, kondisi ini justru bisa menjadi sebuah peluang tersembunyi yang kerap muncul di tengah fase transisi ekonomi global.
"Koreksi tajam seperti sekarang biasanya menjadi momen redistribusi pasar, di mana investor ritel yang panik mulai keluar, sementara institusi dan investor berpengalaman justru mengakumulasi aset di harga bawah," katanya.
Baca Juga: Analis: Kebijakan Tarif Impor Trump Buat Pasar Saham AS dan Aset Kripto Melemah
Dia mengingatkan bahwa pola tersebut bukan hal baru dalam dunia kripto. Situasi serupa pernah terjadi di awal 2020 dan pertengahan 2022. Saat itu, setelah periode tekanan berat, aset digital utama seperti Bitcoin dan Ethereum berhasil rebound signifikan dalam beberapa bulan berikutnya.
"Dengan kata lain, kondisi pasar yang lesu seperti sekarang justru sering menjadi fondasi untuk siklus pertumbuhan baru," tuturnya.
Selain itu, meski tekanan makroekonomi global seperti ketidakpastian suku bunga, inflasi, dan perang dagang memang memberikan tekanan besar terhadap aset berisiko.
Di sisi lain, dia juga menilai, hal tersebut memperkuat urgensi untuk mencari alternatif lindung nilai yang lebih tahan dan tidak bergantung pada kebijakan bank sentral.
"Di sinilah kripto terutama Bitcoin kembali mendapat relevansi sebagai proteksi terhadap nilai fiat yang tergerus," ungkapnya.
Dari sisi strategi, Fyqieh menyebut, momen seperti ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan re-entry secara bertahap, terutama ke proyek-proyek kripto yang menunjukkan perkembangan ekosistem solid seperti Ethereum (ETH), Solana (SOL), atau XRP.
"Investor yang memiliki perspektif jangka panjang dan mampu mengelola risiko dengan baik akan melihat masa koreksi ini bukan sebagai ancaman, tapi sebagai kesempatan membangun posisi sebelum tren positif berikutnya muncul," tandasnya.