05 Februari 2024
19:14 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengakui saat ini sudah ada investasi yang masuk dari Denmark senilai US$145 juta atau setara Rp2,2 triliun (kurs Rp15.726/US$) untuk pembangunan satelit nano atau mesin monitoring kelautan.
"Itu salah satu tools untuk melengkapi pembangunan mesin pencarian. Jumlahnya sekitar 20 satelit yang mulai akan diluncurkan tahun ini dengan nilainya kurang lebih US$145 juta," papar Trenggono dalam konferensi pers selepas dialog Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024 di Jakarta, Senin (5/2).
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Kebijakan Penangkapan Ikan Terukur
Satelit nano yang dikerjasamakan antara Indonesia dan Denmark itu, sambungnya, akan beroperasi 24 jam penuh untuk memantau segala hal yang terjadi di perairan Nusantara.
Dari 20 satelit yang akan dibangun, Trenggono menjelaskan pemerintah rencananya akan menyelesaikan satelit nano pertama pada Juni 2024 mendatang.
"Tahun ini satu. Semoga kalau tidak ada alasan, Juni 2024 sudah selesai. Ini sangat kita gunakan untuk mengetahui situasi apa yang terjadi," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Trenggono menerangkan tak hanya satelit nano yang bakal dibangun pemerintah, tetapi juga proyek pesawat tanpa awak yang mampu menyelam ke dalam perairan (underwater drone).
Tujuan dari kedua proyek itu juga tak lepas dari persiapan implementasi program Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota.
Baca Juga: Hanya 6.000 Kapal Kantungi Izin Menangkap Ikan Di Indonesia
Peluncuran satelit-satelit nano juga ia sebut bakal dibarengi dengan pemasangan perangkat di seluruh kapal pengusaha maupun kapal nelayan kecil untuk memonitor penangkapan ikan yang mereka lakukan.
"Kita akan meluncurkan satelit nano yang bisa terkoneksi dengan seluruh kapal-kapal pengusaha atau penangkap," ucap Trenggono seperti dikutip Antara.
Lebih lanjut, Menteri Trenggono menerangkan kerja sama yang telah terjalin bukan hanya dengan Denmark, tetapi juga dengan Spanyol untuk pengadaan kapal pengawas untuk mengidentifikasi kerusakan di padang lamun.
"Dengan Spanyol itu total (nilai) US$359 juta, bentuknya pinjaman 10 unit," pungkasnya.