24 November 2023
19:24 WIB
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai perjalanan perekonomian Indonesia sebelum dan pasca pandemi covid-19 tidak selalu berjalan mulus, dan masih dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Tantangan tak hanya berupa suku bunga negara maju juga akan bertahan tinggi pada waktu lama atau higher for longer. Namun, juga mencakup perubahan iklim, perang dan geopolitik, disrupsi teknologi digital.
"Untuk banyak negara yang tidak cukup berdaya tahan, tantangan higher for longer ini bisa dengan mudah sekali membuat mereka masuk ke perangkap krisis keuangan," ujarnya dalam acara Indonesia Millennial and Gen Z Summit 2023 di Jakarta, Jumat (24/11).
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,94% pada Kuartal III/2023
Sri Mulyani meyakini Indonesia masih memiliki resiliensi atau daya tahan menghadapi berbagai tantangan global tersebut. Menurutnya, itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka 4%-5%.
"Indonesia bisa bertahan resilient, pertumbuhan kita terjaga di sekitar 5% dengan banyaknya shock yang bertubi-tubi," imbuhnya.
Sri Mulyani juga mengingatkan polemik global turut memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Misalnya, perang di Ukraina, tapi dampaknya sampai ke Indonesia.
Dia menuturkan perang Rusia-Ukraina memicu kenaikan harga komoditas. Contohnya, kenaikan harga sunflower oil turut berimbas ke kenaikan harga crude palm oil (CPO).
"Perangnya di Ukraina, namun harga minyak bisa naik, harga gas bisa naik. Jadi geopolitik tidak abstrak, itu mempengaruhi kita," kata Sri Mulyani.
Menkeu menambahkan ada pula tantangan disrupsi teknologi digital. Menurutnya, transformasi tersebut tidak mudah, memengaruhi banyak aspek kehidupan, serta memiliki beberapa dampak negatif.
Peran Generasi Milenial dan Gen Z
Sri Mulyani menyampaikan ke depannya, generasi milenial dan gen Z mulai berperan penting. Dia berharap dua generasi lanjutan aktif atau produktif, sehingga perekonomian Indonesia turut berkembang.
Layaknya perekonomian sebuah negara, menurutnya, tiap individu generasi milenial dan gen Z juga perlu memiliki daya tahan. Dengan demikian, ketika menghadapi kendala dan tantangan, akan terdampak namun tidak roboh.
Daya tahan itulah yang perlu dicermati. Pasalnya, jika individu tak mampu bertahan, negara juga tidak memiliki daya tahan menghadapi guncangan dan krisis.
Baca Juga: Ekonom: Transformasi Struktural Kunci Ekonomi Tumbuh Di Atas 5%
"Can you still resilient? Kamu bisa enggak bertahan? Kalau kalian sebagai individu tidak mampu bertahan, ya seluruh perekonomian juga enggak akan bisa bertahan," ujar Menkeu.
Lebih lanjut, dia berharap generasi milenial dan gen Z aktif, atau memacu produktivitasnya. Itu berguna untuk menciptakan lapangan kerja hingga menyerap tenaga kerja.
Tidak hanya itu, menurut Menkeu, generasi milenial dan gen Z juga memiliki daya beli atau purchasing power yang cukup. Itu menjadi faktor pendorong Indonesia berada di level middle class yang sekarang.
Dia meyakini generasi yang produktivitasnya tinggi dan positif akan membawa Indonesia meraih titel Indonesia emas, dan menjadi negara dengan perekonomian besar.
"Jadi investing untuk bisa menjaga ketahanan dan tidak hanya sekedar bertahan secara pasif, karena kita masih punya impian yang belum tercapai," imbau Bendahara Negara.