23 Mei 2025
08:06 WIB
Danantara Injeksi Pendanaan Megaproyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik
Danantara akan turut menggarap megaproyek pengembangan ekosistem baterai mobil listrik Indonesia yang digarap dua perusahaan raksasa asal China, Huayou dan CATL.
Penulis: Al Farizi Ahmad
Editor: Khairul Kahfi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia memberikan keterangan pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5/2025). Antara/Fathur Rochman
JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan turut menggarap megaproyek pengembangan ekosistem baterai mobil listrik Indonesia yang digarap dua perusahaan raksasa asal China, Huayou dan Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui kelanjutan proyek hilirisasi baterai senilai US$9,8 miliar atau sekitar Rp160 triliun yang sebelumnya dikelola LG dan kini dilanjutkan oleh Huayou.
Rencananya, Danantara akan masuk ke proyek dimaksud pada level setelah hulu yang turut dibagi ke beberapa joint venture (JV).
“Menyatu dengan CATL, alhamdullilah Danantara juga masuk. Tadinya diambil oleh IBC, tetapi sudah diinjeksi oleh Danantara dan pemegang saham hulu di mining-nya 51% oleh Antam, Danantara juga,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/5).
Baca Juga: Bahlil: Huayou Gantikan LG Dalam Proyek Rantai Pasok Baterai EV
Dengan demikian, Danantara resmi mengambil peran untuk menyokong posisi Indonesia Battery Corporation (IBC) di proyek baterai terintegrasi dari hulu ke hilir yang juga disebut Proyek Dragon tersebut.
Info saja, saham IBC dipegang oleh PT Aneka Tambang Tbk dengan porsi 26,7%, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sebesar 26,7%, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dengan porsi 19,9%, serta PT Pertamina New & Renewable Energy dengan bagian 26,7%.
Nantinya, porsi kepemilikan saham Indonesia melalui BUMN pada proyek baterai listrik itu sebesar 51% pada level hulu. Adapun porsi saham di sejumlah JV telah disepakati sebesar 30%.
Menurut Bahlil, setelah Danantara memutuskan turut terlibat, pemerintah tengah bernegosiasi agar kepemilikan saham Indonesia di JV tersebut bisa naik hingga sebesar 50%.
Nilai investasi proyek baterai IBC bersama CATL mencapai US$6 miliar atau sekitar Rp98 triliun, yang terintegrasi hulu ke hilir, mulai dari lini pertambangan, smelter hidrometalurgi atau High Pressure Acid Leach (HPAL), pabrik prekursor, katoda, sel baterai, hingga daur ulang baterai.
"Ini adalah ekosistem baterai pertama di dunia yang dulu sebenarnya sudah kita bawa sejak 2022," jelas Bahlil.
Pada kesempatan sama, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan, pemerintah sudah melakukan pertemuan bersama dengan perwakilan CATL dan membahas ihwal keterlibatan Danantara di proyek baterai tersebut.
“Kalau dahulu mungkin ada kendala pendanaan, tetapi sejak ada Danantara ini pendanaan ini kita yang membantu, karena kita melihat proyek ini memang sangat-sangat baik dari sisi return-nya,” ujar Rosan.
Baca Juga: LG Hengkang Dari Proyek Baterai Kendaraan Listrik, Rosan: Negosiasi Terlalu Lama
Selain prospektif secara bisnis, Rosan yang juga menjabat Kepala BPI Danantara itu meyakini, Proyek Dragon yang disokong Danantara bakal prospektif bagi perekonomian nasional dalam jangka panjang, terutama di bidang hilirisasi nikel yang menjadi keunggulan Indonesia.
“Jadi dengan ini, the whole ecosystem dari mining sampai ke baterainya ini akan terjadi di dalam satu, kita bilangnya green package atau satu ekosistem dari baik yang akan berjalan dengan Huayou maupun dengan CATL,” cetus Rosan.