14 November 2025
19:54 WIB
Danantara Beberkan Alasan Proyek Blast Furnace Krakatau Steel Rugi
Gagal beroperasi, proyek blast furnace menyisakan hutang yang luar biasa besar bagi keuangan Krakatau Steel.
Penulis: Siti Nur Arifa
Managing Director Stakeholder Management and Communications Danantara Rohan Hafas dan Managing Director Danantara Febriany Eddy dalam Media Brefing di Wisma Danantara, Jumat (14/11). Validnews/Siti Nur Arifa
JAKARTA - Managing Director Danantara Febriany Eddy membeberkan penyebab Krakatau Steel (KRAS) saat ini memiliki kondisi keuangan yang tidak baik. Salah satunya, dilatarbelakangi oleh utang besar yang timbul akibat kegagalan proyek pabrik tanur tiup (blast furnace) di masa lalu.
Febri tidak menampik, strategi Krakatau Steel yang sebelumnya berinvestasi untuk membangun fasilitas blast furnace merupakan keputusan tepat. Sebagai perusahaan yang berada di posisi tengah hilirisasi/midstream dengan adanya fasilitas Hot Strip Mill (HSM), Febri mengaku memahami keinginan KRAS untuk maju ke level hulu manufaktur dengan tujuan mendapatkan suplai bahan baku yang berkelanjutan dan efisien.
“Itu dasar pemikirannya menurut saya pas. Cuma memang eksekusinya pada saat itu yang kurang baik, sehingga proyek itu selesai, malah ketika dinyalakan pabriknya (tanur tiup) malah rugi. Sehingga mau engga mau ditutup lagi,” jelas Febri dalam sesi Media Briefing di Wisma Danantara, Jumat (14/11).
Baca Juga: Pertagas Gandeng Krakatau Steel Penuhi Kebutuhan Pipa BBM Cikampek-Plumpang
Lebih rinci, Febri juga menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan pabrik tanur tiup Krakatau Steel justru akan semakin menimbulkan kerugian jika digunakan. Mulai dari permasalahan di sisi teknologi, desain yang kurang efektif, kurang efisien, sehingga kalah saing dengan teknologi lain yang lebih maju.
“Proyeknya sendiri juga over run, over schedule. Kemudian ya ketika jadi, teknologi orang lain sudah lebih maju. Jadi akhirnya kalau dinyalakan dia tidak bisa berkompetisi. Ingat baja ini juga bukan industri yang gampang, baja ini industri yang super susah juga,” urai Febri.
Dia menekankan, dalam industri baja, keunggulan operasional, efisiensi dan keselamatan menjadi hal yang wajib diberikan, sehingga Krakatau Steel yang sebelumnya ada pada kondisi lengah pada akhirnya kalah dalam hal berkompetisi di industri terkait.
Masih Punya Harapan
Kendati, dengan berbagai persoalan kompleks yang ada, Febri mengaku optimis pihaknya masih memiliki keyakinan untuk memulihkan kembali Krakatau Steel, yang bahkan dalam jangka panjang diproyeksi dapat mendorong basis manufaktur di Indonesia dan berperan dalam penciptaan lapangan kerja.
Dirinya merinci, KRAS hingga saat ini memiliki sejumlah potensi besar mulai dari lokasi strategis, akses transportasi yang mendukung termasuk pelabuhan yang mendukung lalu lintas komoditas.
Baca Juga: Danantara Bebenah BUMN; Rombak Keuangan SIG, Bongkar Habis Krakatau Steel
Meski belum bisa merinci lebih detail, Febri mengungkap Danantara saat ini masih dalam proses evaluasi dan perhitungan lebih detail untuk memberikan suntikan dana dalam bentuk modal kerja yang sebelumnya memang sempat diajukan oleh pihak Krakatau Steel sendiri.
“Jumlah (suntikan dana) segala macem masih divalidasi. Tapi dalam waktu dekat ini sudah tahap final, kita akan memberikan mereka modal kerja untuk operasi inti bajanya,” kata Febri.