30 Oktober 2024
11:49 WIB
CIPS Ungkap Langkah Efektif Maksimalkan Program Bantuan Benih Jagung
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi petani di lahan pertanian jagung. Dok Pemkab Pesisir Selatan Sumbar
JAKARTA - Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta mengungkapkan, ketergantungan petani pada benih bantuan berisiko melemahkan keberlanjutan pertanian. Risiko lainnya juga diperkirakan dapat menurunkan produktivitas jangka panjang, jika program yang sama tidak disertai strategi transisi yang tepat.
Risiko-risiko tersebut menurut Aditya merupakan hasil dari penelitian pihaknya bersama PRISMA, kemitraan inovatif Pemerintah Indonesia dan Australia . Adapun program bantuan benih jagung yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir di Indonesia, memegang peran penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional.
“Program bantuan sebaiknya menjadi solusi sementara, bukan permanen. Diperlukan transisi menuju pembelian benih mandiri agar keberlanjutan sektor pertanian terjaga,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Jakarta, Rabu (30/10).
Aditya meyakini, upaya penargetan penerima sasaran yang lebih tepat dapat mendukung petani untuk bisa mengakses benih secara mandiri serta meningkatkan kesejahteraan mereka.
Penelitian ini pun menemukan, petani yang membeli benih secara mandiri dapat mencapai produktivitas yang lebih tinggi, dibandingkan yang sepenuhnya bergantung pada bantuan benih.
Baca Juga: Kementan, Kemendiktisaintek Dan 60 Kampus Kembangkan Benih Padi-Jagung Unggul
Penelitian ini juga menyoroti praktik baik di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Sumenep dan Jawa Tengah, yang telah menggunakan dataset status pasar jagung untuk mengoptimalkan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani.
Dataset yang dimaksud adalah pemanfaatan data areal panen, produktivitas, hingga keberadaan aktor di sepanjang rantai nilai jagung di suatu daerah. Penggunaan dataset dapat menunjang program bantuan agar lebih tepat sasaran dan mendorong akses terhadap benih yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, CEO PRISMA Mohasin Kabir menegaskan, sangat penting untuk memastikan pelaksanaan program bantuan benih yang bisa membangun pasar secara berkelanjutan.
“Akses berkelanjutan ke benih berkualitas dan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) merupakan kunci peningkatan produksi jagung dan mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkap Mohasin.
Baca Juga: Kementan Mulai Kembangkan Benih Unggul di 7 Juta Hektare Lahan
Langkah-langkah rekomendasi terhadap program bantuan benih diharapkan dapat meningkatkan produktivitas jagung di tingkat nasional dan berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia.
Atas temuan dan risiko tersebut, CIPS dan PRISMA merekomendasikan sejumlah langkah, salah satunya adalah dengan menyelaraskan tujuan bantuan dengan skema pengembangan jagung ke dalam rancangan induk nasional.
Selain itu, program bantuan juga perlu memperkuat mekanisme penargetan penerima bantuan yang tepat berdasarkan status pasar. Sinkronisasi pendampingan dari pemerintah dan sektor swasta bagi petani dalam menerapkan praktik pertanian yang baik juga penting untuk terus dilakukan.