c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

26 April 2025

11:44 WIB

China Bantah Sedang Bernegosiasi Dengan AS Soal Tarif Impor

Sebelumnya Presiden Donald Trump menegaskan pembicaraan perdagangan dan tarif impor antara AS dan China sedang berlangsung, meski tidak menyatakan siapa yang berunding baik dari kedua belah pihak.

Penulis: Fin Harini

<p id="isPasted">China Bantah Sedang Bernegosiasi Dengan AS Soal Tarif Impor</p>
<p id="isPasted">China Bantah Sedang Bernegosiasi Dengan AS Soal Tarif Impor</p>

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat (25/4). Antara/Desca Lidya Natalia

BEIJING - Pemerintah China kembali membantah adanya negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) soal tarif dagang yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

"China dan AS tidak melakukan konsultasi atau negosiasi apa pun mengenai tarif. AS harus berhenti menciptakan kebingungan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat (25/4), dilansir dari Antara.

Sebelumnya pada Kamis (24/4), Presiden Donald Trump menegaskan pembicaraan perdagangan antara AS dan China sedang berlangsung meski tidak menyatakan siapa yang berunding baik dari kedua belah pihak.

"Mereka mengadakan pertemuan pagi ini. Tidak masalah siapa 'mereka'. Kami mungkin akan mengungkapkannya nanti, tetapi mereka mengadakan pertemuan pagi ini, dan kami telah bertemu dengan China," kata Trump.

Baca Juga: China Ancam Mitra Dagang Nego Tarif Ke AS, Kemendag: Saling Hormat!

Guo Jiakun pun menegaskan perang tarif dimulai dari AS, sehingga posisi China konsisten akan terus melawan. Bila AS ingin berunding maka dialog dan negosiasi harus didasarkan pada kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan.

Terkait persoalan fentanil yang disebut sebagai awal penerapan tarif, Guo Jiakun mengatakan hal tersebut adalah masalah AS. Sebelumnya, Donald Trump menyebut China membuat fentanil yang masuk ke AS.

"Fentanil adalah masalah AS, bukan China, AS sendiri yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya," tegas Guo Jiakun.

Meski China telah menunjukkan niat baik, ungkap Guo Jiakun, AS tetap mengenakan tarif pada impor China dan menggunakan alasan fentanil.

"Ini adalah intimidasi menyeluruh, dan sangat merusak dialog dan kerja sama dalam pemberantasan narkotika. AS harus tahu bahwa menjelek-jelekkan pihak lain tidak akan menghilangkan tanggung jawabnya yang gagal mengatasi masalah fentanil, intimidasi atau ancaman tentu saja bukan cara yang tepat untuk berurusan dengan China," ungkap Guo Jiakun.

Pemerintahan Donald Trump telah mengenakan tarif hingga 245% atas barang-barang impor dari China, sementara China membalas dengan tarif sebesar 125% terhadap produk-produk AS.

Baca Juga: Menjajaki Pasar Baru, Menyiasati Perang Dagang

Sementara Trump telah memberi negara-negara lain jeda tarif selama 90 hari, karena para pemimpin negara tersebut berjanji untuk bernegosiasi dengan AS, meski China tetap menjadi pengecualian.

Sebaliknya, Beijing menaikkan tarifnya dan menerapkan langkah-langkah ekonomi lainnya sebagai wujud pernyataan untuk "berjuang sampai akhir." Misalnya, dengan membatasi ekspor mineral tanah jarang dan mengajukan sejumlah tuntutan kasus terhadap AS di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Dana Moneter Internasional (IMF) pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya sebesar 2,8% untuk 2025 karena perang tarif tersebut.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar