27 Desember 2023
09:18 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Harga emas Antam telah menanjak sejak November 2022 dan terus berlangsung pada tahun ini. Bahkan, pada 2023 ini, harga emas Antam tercatat beberapa kali mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Pertama, pada 24 Maret, harga emas mencapai Rp1.096.000 per gram, naik Rp9.000 dari hari sebelumnya Rp1.087.000 per gram.
Lalu, pada Oktober, harga emas mencetak rangkaian rekor. Di 19 Oktober, harga emas naik Rp12.000 dari hari sebelumnya dan bertengger di angka Rp1.100.000 per gram.
Hari berikutnya, 20 Oktober, emas Antam kembali mencetak rekor setelah naik ke level Rp1.112.000 per gram. Dilanjutkan pada 21 Oktober, harga kembali naik menjadi Rp1.121.000 per gram.
Kemudian, berturut-turut tanggal 25 dan 26 Oktober, rekor baru kembali tercatat. Harga emas Antam dibanderol Rp1.123.000 per gram pada 25 Oktober, dan Rp1.125.000 per gram di 26 Oktober.
Rekor harga tertinggi kembali tertoreh pada 28 Oktober, saat harga emas naik menjadi Rp1.136.000 per gram. Terakhir, pada 4 Desember, harga emas melesat menjadi Rp1.145.000 per gram.
Tercatat harga emas telah naik 8,96% dari awal tahun. Di 1 Januari, harga emas batangan Antam dihargai Rp1.026.000 per gram. Hingga 20 Desember, harga telah menjadi Rp1.118.000 per gram.
Emas Global
Lantas, bagaimana dengan perkembangan emas global pada 2023? Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, jika menilik satu bulan yang lalu, harga emas langsung melonjak tinggi.
"Dalam jangka waktu 30 menit pada 4 Desember di pasar Asia, harga emas itu langsung ke level US$2.148 per troy ounce. Saat itu, harga melonjak tertingginya hampir US$86, kenaikannya di hari Senin," kata Ibrahim saat dihubungi Validnews melalui sambungan telepon, Rabu (20/12).
setelah itu, lanjut dia, harga emas jatuh terus. Harga emas langsung anjlok hingga mencapai di bawah level US$2.000 per troy ounce.
Kemudian, harga emas kembali bangkit dan saat ini sudah berada di level US$2.040 per troy ounce.
Dia menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, adanya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang kemungkinan besar akan menghentikan menaikan suku bunga.
Artinya, ada kemungkinan besar di akhir tahun atau akhir bulan Desember 2023 ini, The Fed masih mempertahankan suku bunga. Seperti diketahui, The Fed beberapa kali menaikan suku bunga pada tahun ini.
Kedua, adanya gejolak di Laut Merah, di mana kapal perang AS dan lain-lain diserang oleh Kelompok Houthi, Yaman. Hal ini mengakibatkan ketegangan yang begitu besar.
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp5.000, per Gram Dihargai Rp1,137 Juta
Selain itu, ada pula konflik Timur Tengah, di mana Hizbullah menyerang Israel. Kemudian, Israel melakukan genosida terhadap Hamas.
Terakhir adalah di Peru. Menurutnya, ada tambang emas terbesar di Amerika Selatan yang terjadi konflik negara di wilayah tambang.
Dia menyebutkan, ada ketakutan kalau tambang di Peru ini mengalami stagnan, tidak beroperasi, maka akan membuat produksi menurun.
Akibatnya, akan berdampak terhadap permintaan investor dari negara-negara lain.
"Ini yang membuat emas langsung terbang. Setelah itu, kembali lagi mengalami stagnasi dan itu jatuh," terang Ibrahim.
Oleh karena itu, harga emas sempat mencapai level US$2.148 per troy ounce pada 2023, yang merupakan level tertinggi.
Proyeksi 2024
Meski harga emas telah mencapai level tertinggi di US$2.148 per troy ounce pada tahun 2023, Ibrahim justru memproyeksikan harga emas pada 2024 tidak akan mencapai level tertinggi lagi.
"Saya kira tahun 2024, (harga emas dunia) tidak mungkin akan mencapai level tertinggi lagi di US$2.148 per troy ounce," ungkapnya.
Ibrahim menuturkan, memasuki paruh pada 2024, harga emas dunia ini kemungkinan besar akan bertengger di level US$2.100'an per troy ounce.
Menurutnya, hal itu berdasarkan berbagai pertimbangan. Salah satunya ada informasi yang mengatakan bahwa Bank Sentral AS kemungkinan besar di semester II/2024 akan menurunkan suku bunga.
Namun, dia menyebut bahwa informasi ini masih tumpang tindih. Lantaran, ada yang menyebutkan di bulan Maret 2024. Kemudian, ada perubahan lagi dan kemungkinan di kuartal II baru akan menurunkan suku bunga.
Di sisi lain, pejabat Bank Sentral AS The Fed mengatakan, masih terlalu dini untuk menurunkan tingkat suku bunga.
"Dari itu saya menyimpulkan bahwa ada kemungkinan harga emas dunia tahun 2024 itu akan menuju level tertingginya di US$2.100 per troy ounce," kata Ibrahim.
Baca Juga: Harga Emas Bisa Capai Level Tertinggi di Semester II-2023
Untuk kembali mencapai level US$2.148 per troy ounce di 2024, dia menilai, kemungkinan besar harapannya sangat kecil sekali.
"Mungkin bisa terjadi apabila ada hal-hal geopolitik yang sangat tidak diinginkan oleh pasar. Bisa saja semenanjung Korea yang terjadi perang karena kalau semenanjung Korea terjadi perang, akan melibatkan dari pihak Korea Utara itu adalah Rusia dan Tiongkok. Kemudian dari Korea Selatan, ada Amerika dan Asia. Ini yang kemungkinan besar akan membuat suasana mencekam," papar Ibrahim.
Pasalnya, Korea Utara dan Korea Selatan sampai saat ini masih dalam kondisi perang. Menilik sejarahnya pada tahun 1953, perang antara Korea Utara dan Korea Selatan menyebabkan kematian sebanyak 7,5 juta jiwa.
Memang jumlah ini masih jauh berbeda jika dibandingkan Perang Dunia Kedua yang memakan korban jiwa sampai 78 juta jiwa atau setara dengan hampir 3% dari populasi dunia.
"Ini adalah ketakutan-ketakutan pasar. Sehingga, emas akan dijadikan sebagai set item tahun 2024," lanjut Ibrahim.
Kendati demikian, ia memprediksi bahwa ada kemungkinan besar Konflik di Timur Tengah antara Hamas dan Israel pada 2024 akan sedikit merenggang dan bisa saja akan tercapai perdamaian.
Begitu pula dengan konflik di Rusia-Ukraina juga diproyeksikan pada tahun 2024 ke depan sudah berakhir.
Dengan demikian, Ibrahim berharap emas akan menjadi fundamental. Sehingga, hanya akan terfokus terhadap perlambatan ekonomi di China.
"Jadi perlambatan ekonomi di China ini kemungkinan masih cukup panjang. Tahun 2024 pun masih akan terjadi karena krisis properti yang tinggi," ujarnya.
Asal tahu saja, pembentukan produk domestik bruto (PDB) di Tiongkok itu terbesar dari investasi yang hampir 60%. Lalu baru disusul oleh konsumsi dan lainnya.
Sedangkan di Indonesia, yang terbesar justru konsumsi. Begitu juga dengan Amerika, terbesar adalah konsumsi dan investasi menyusul sebesar 30%
Dengan begitu, saat krisis properti ini berpengaruh terhadap ekonomi di China dan ini yang membuat perlambatan ekonomi.
"Perlambatan ekonomi di China ini ditakutkan oleh pasar, sehingga harga emas ini ada kemungkinan besar masih di atas US$2.000 pada tahun 2024," tutur Ibrahim.
Tren Bullish
Selain memproyeksikan level tertinggi harga emas dunia, Ibrahim juga memproyeksikan level terkoreksi harga emas dunia.
Dia menilai harga emas dunia pada saat mengalami kenaikan ada di level US$2.100 per troy ounce, sedangkan kalau turun harga emas dunia kemungkinan besar di level US$1.925 per troy ounce.
"Saya lihat secara teknikal bahwa kalau kita lihat ini semuanya masih mengindikasikan trennya bullish," imbuhnya.
Kendati demikian, kalau ada perubahan siklus pada 2024, harga emas bisa terkoreksi hingga ke level US$1.830 per troy ounce.
Saat ditanya perihal kasus covid-19 varian baru yang kembali naik, Ibrahim menegaskan bahwa dampaknya tidak akan terlalu parah dibandingkan sebelumnya karena hampir seluruh warga di dunia sudah divaksin.
Adapun saat ini, para pakar hanya terfokus terhadap penurunan suku bunga. Sebab, penurunan suku bunga ini akan berdampak positif terhadap harga minyak.
Kemudian, lanjut dia, Pilpres di Amerika pada tahun 2024 juga menarik perhatian. Lantaran, Pilpres di Amerika kemungkinan besar terdapat dua pasangan calon, yaitu Joe Biden dengan Donald Trump.
Banyak pula yang memproyeksikan bahwa ini merupakan momen kekalahan bagi Joe Biden, sehingga menyebabkan dolar masih akan naik kembali.
Sementara untuk pengganti Joe Biden, Donald Trump jika terpilih akan menerapkan perang dagang kembali. Akibatnya, akan terjadi perang dagang antara Amerika dan China.
"Yang kita lihat bahwa perang dagang ini kemungkinan akan diberikan sebagai bumbu-bumbu untuk orang kembali lagi melakukan investasi di logam mulia," sebutnya.
Dengan demikian, Ibrahim dapat menyimpulkan investor akan kembali mencari investasi yang aman di bulan September 2024.