30 Desember 2023
11:15 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA - DA, (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu pegawai di Octopus, startup sirkular ekonomi yang hingga kini belum membayarkan gaji karyawannya.
Ia bercerita, sejak Oktober 2023, perusahaan tempatnya bernaung itu belum juga menunaikan kewajibannya untuk menggaji karyawan. Terhitung hingga kini, artinya DA sudah hidup di Jakarta tanpa ada penghasilan selama tiga bulan.
"Iya benar. Kebetulan saya karyawan yang saat ini gajinya masih ditunggak sedari bulan Oktober hingga saat ini," kata DA kepada Validnews, Jumat (28/12).
DA menjelaskan, penunggakan gaji ini sebenarnya sudah mulai terlihat sejak Juni 2023 lalu berlanjut hingga Juli, Agustus dan September. Waktu itu, beberapa karyawan telah mendapati gajinya telat untuk dibayarkan.
"Ya paling lama bisa sampai seminggu dari perjanjian kontrak gajian tanggal 27 (tanggal gajian .red). Dan setelah memasuki bulan Oktober sampai sekarang gajian kita semua karyawan belum dibayarkan termasuk BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan," ucapnya.
Dengan gaji sebesar Rp4.050.000, saat ini DA menduduki posisi Octonauts atau sebagai pemilah sampah daur ulang di Octopus.
DA bercerita, rencananya, gaji tersebut sebagian akan ia sisihkan untuk melangsungkan pesta pernikahan di awal tahun 2024. Tapi apa daya, wacana tersebut nampaknya harus tertunda.
"Kalau saya baru rencana mau nikah awal tahun ini, tapi apa boleh buat, terkendala cobaan ini hehe," curhatnya.
Baca Juga: CEO Octopus Angkat Bicara, Ungkap Peran Hamish Daud di Perusahaan
Cerita DA ternyata bukan satu satunya, hampir semua karyawan, baik blue collar dan white collar dalam ekosistem startup tersebut belum menerima gaji, bahkan tak sedikit di antara mereka merupakan kepala keluarga.
"Info pertama yang saya dapatkan waktu awal bulan Oktober infonya mengenai masalah bank dan lain-lain. Setelah itu berlanjut dengan alasan lainnya seperti tidak ada investor ataupun itu," kata dia.
Menurut penuturan DA, petinggi perusahaan yakni CEO Octopus, Mohammad Ichsan seperti enggan membuka suara apapun kepada karyawan. Hanya sesekali muncul pada chat grup Gmail sembari membawa janji-janji yang hingga kini belum ditepati.
Selain dampaknya pada para pekerja, pemberian gaji yang telat ini rupanya juga berdampak pada pengguna. Ria, salah satu pengguna Octopus ini bercerita, sejak Desember ia tidak bisa lagi menyetorkan sampah untuk didaur ulang.
"Setiap kali mau minta penjemputan sampah, nongol informasi katanya Pelestari tidak ada yang available," katanya kepada Validnews, Kamis (28/12).
Ria sudah menggunakan Octopus hampir satu tahun lamanya. Dalam ceritanya ia pernah menyetorkan laptop tua, lengkap dengan charger dan baterai untuk ditukarkan dengan point 100.000. Dari poin ini ia bisa tukarkan dengan pulsa.
"Pernah paling banyak sampah plastik dan kardus. Pernah gabungan keduanya itu bisa mencapai 9 kg," sebut dia.
Tangkapan layar percakapan CEO Octopus Mohammad Ichsan kepada karyawan. Dok/Ist
Kepada Validnews, CEO Octopus Moehammad Ichsan buka suara. Ia mengakui telah mengetahui isu yang beredar soal permasalahan gaji dan seringkali dikaitkan dengan Hamish Daud.
Ia bilang, rekannya tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan penggajian yang tertunda ini, walaupun sama-sama petinggi perusahaan.
"Peran Hamish di perusahaan adalah CMO dan Hamish bertanggung jawab untuk aktivitas marketing serta menarik minat masyarakat untuk melakukan daur ulang. Jadi masalah gaji ini tidak bisa disangkut pautkan dengan Hamish Daud," kata dia, Kamis (28/12).
Ia menjelaskan, alasan goyahnya perusahaan yang dipimpinnya ini karena tahun 2023 merupakan tahun yang berat untuk jenis bisnis startup. Demikian juga dengan Octopus.
"Kami berusaha untuk masuk ke industri baru dan mencoba sesuatu hal yang baru untuk lingkungan dan juga masyarakat Indonesia. Itu bukan sesuatu yang mudah tapi kami berhasil membangun suatu yang berarti untuk Indonesia," jelas dia.
Baca Juga: Octopus Perluas Bisnis Daur Ulang Sampah Ke Depok, Bogor Dan Bekasi
Sebagai informasi, Octopus sendiri merupakan platform sirkular ekonomi yang membantu produsen untuk melacak dan mengumpulkan sampah bekas pakai agar tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Octopus saat ini beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia seperti Makassar, Denpasar, Badung, Gianyar, Jakarta, Bandung, Cimahi, Bandung Barat, Bekasi, Tangerang Selatan, Depok, dan Kota Bogor.
Pada tahun 2022 lalu Octopus mengumumkan raihan modal senilai US$5 juta (sekitar Rp74,8 miliar) dalam pendanaan yang dipimpin Openspace dan SOSV. Sejumlah investor angel dari dalam dan luar negeri juga berpartisipasi.
Octopus menjelaskan, dana segar tersebut dimanfaatkan untuk memperkuat ekosistem serta ekspansi layanan dalam platformnya. Startup ini di tahun 2024 menargetkan mampu menggaet lebih dari 100 ribu pengumpul sampah dan 1 juta pengguna dari berbagai kota di Indonesia.