13 Februari 2024
14:49 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - C-Level PT SiCepat Ekspres Indonesia, perusahaan startup yang bergerak di bidang logistik dikabarkan mengundurkan diri secara massal, sedangkan sang CEO atau chief executive officer saat ini sedang ditinjau oleh dewan direksi.
Akibat dari kabar ini, banyak pihak di dalam perusahaan merasa khawatir bahwa hal ini kemungkinan mengindikasikan akan adanya PHK (pemutusan hubungan kerja) dan perubahan manajemen pada masa depan. Padahal perusahaan sudah mem PHK karyawan pada 2022 lalu.
Hingga berita ini ditayangkan, Validnews sudah berusaha menghubungi beberapa C-Level SiCepat, namun belum ada pihak yang bersedia menanggapi. Beberapa di antaranya seperti Chief Commercial Officer (CCO) SiCepat Ekspres, Imam Sedayu Pusponegoro, Chief Marketing Officer SiCepat Ekspres Wiwin Dewi Herawati, hingga pihak terkait lainnya.
Pada 2020 lalu SiCepat Ekspress berhasil menghimpun pendanaan Seri B senilai US$50 juta (Rp710 miliar) dari Praus Company. Pendanaan terbaru ini membuat valuasi SiCepat, menurut data Akutansi dan Otoritas Regulasi Perusahaan yang dikumpulkan VentureCap Insights mencapai total US$736 juta (sekitar Rp10,45 triliun).
Lalu memasuki kuartal pertama tahun 2021, SiCepat Ekspres juga telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor sebesar US$170 Juta atau sekitar Rp2,4 triliun, sekaligus menjadi pendanaan Series B terbesar di Asia Tenggara.
Baca Juga: Moncer Bisnis Pengiriman Pada Masa Pandemi
Sejumlah investor yang telah mendanai SiCepat Ekspres antara lain Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (the German Development Finance Institution), Asia Based Insurer, MDI Ventures (by Telkom Indonesia), Indies Capital, Pavilion Capital (Temasek Holdings Subsidiary), Tri Hill dan Daiwa Securities.
Sebelumnya diberitakan, SiCepat Ekspres memiliki Program SiPintar, sebuah kampanye komunikasi internal sebagai bentuk respons atas dinamika bisnis yang terjadi di dalam perusahaan.
Melalui program ini, SiCepat Ekspres melakukan sosialisasi secara tatap muka ke lebih dari 100 gerai yang tersebar di beberapa wilayah untuk menyampaikan informasi terbaru terkait kebijakan perusahaan serta membuka ruang diskusi bersama karyawan khususnya karyawan operasional di cabang.
Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 1.800 karyawan operasional gerai di wilayah Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur, melalui program ini manajemen SiCepat Ekspres mendorong para karyawan untuk dapat memaksimalkan penggunaan platform WhatsApp AKSI (Interaksi Karyawan SiCepat) sebagai wadah penampung aspirasi karyawan.
Program ini membuat SiCepat Ekspres penghargaan yang diberikan oleh PERHUMAS pada ajang Perhumas Excellence Awards 2023.
Kondisi Industri Logistik
Sebagai informasi, setelah pandemi covid 19 mereda, perusahaan Logistik Pihak Ketiga (3PL) dikabarkan menghadapi tantangan yang semakin besar. Salah satunya adalah semakin banyaknya platform e-commerce yang meninggalkan layanan 3PL.
Sebagai gantinya, logistik internal semakin menjadi fokus bagi perusahaan e-commerce. Menurut Momentum Works, 40% logistik di Shopee dilakukan melalui Shopee Xpress, lalu 60% logistik di Lazada dilakukan oleh LEX dan kurang dari 10% logistik di Tokopedia dipenuhi oleh GoTo Logistics.
Peneliti Center of Digital Economy and SMEs Indef, Izzudin al Farras mengatakan, kecenderungan pelaku e-commerce untuk memiliki perusahaan logistik tersendiri sangatlah wajar.
"Karena untuk meningkatkan efisiensi dan juga menekan biaya. Dengan adanya integrasi di internal perusahaan itu tentunya akan sangat menguntungkan," kata Izzudin kepada Validnews, Senin (12/2).
Baca Juga: PosAja, Upaya PT Pos Tingkatkan Kinerja
Meski begitu, Izzudin rupanya memiliki kekhawatiran sendiri. Ini lantaran perusahaan supper app biasanya memiliki strategi untuk memprioritaskan layanan yang terintegrasi dengan internal, salah satunya bidang logistik.
Oleh karena itu, meski telah bekerja sama dengan pihak ketiga, e-commerce cenderung menggiring pengguna untuk memilih perusahaan logistik yang terintegrasi dengan layanan e-commerce tersebut.
Jika perusahaan cenderung memprioritaskan layanan yang terintegrasi secara internal dan kurang mengindahkan layanan pihak ketiga, bukan tidak mungkin akan timbul monopoli bisnis. Apalagi, menurutnya bidang logistik merupakan bisnis yang seksi saat ini.
"Ketika ada kecenderungan monopoli, perusahaan memiliki kekuatan pasar yang lebih besar sehingga memiliki kemampuan untuk menetapkan harga yang lebih tinggi ketimbang kalau misalnya banyak perusahaan yang bersaing di industri tersebut," jelasnya.