26 April 2024
08:00 WIB
Bulog Siap Serap Produksi Padi Proyek Pertanian Indonesia-China
Dirut Bulog menyebut siap menjadi offtaker proyek pertanian Indonesia-China. Rencananya program tersebut akan dilakukan di Pulang Pisau.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam acara Halal Bihalal Perum Bulog, di Jakarta, Kamis (25/4). Erlinda PW
JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyebutkan pihaknya siap menjadi offtaker atau pembeli beras petani lokal dari proyek pertanian Indonesia-China.
“Bulog siap kalau diminta jadi offtaker. Kita nggak ada masalah sama sekali. Kita punya kemampuan untuk itu,” ujar Bayu dalam acara Halal Bihalal Perum Bulog, di Jakarta, Kamis (25/4).
Bulog, lanjut Bayu, hanya menunggu kesiapan dari program tersebut. Namun, dia memastikan jika Bulog siap untuk menjadi pembeli hasil pertanian tersebut.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan Indonesia mengajak China untuk bekerja sama di sektor pertanian, khususnya padi. Lewat kerja sama ini, diharapkan Indonesia bisa mendapatkan teknologi padi China, termasuk benih hibrida.
Baca Juga: Luhut Ajak China Tanam Padi, Pengamat Ingatkan Empat Hal Ini
Luhut mengungkapkan proyek tersebut diharapkan akan mulai dalam waktu enam bulan ke depan. Kerja sama tersebut akan melibatkan mitra lokal, juga generasi muda di bidang pertanian. Adapun proyek tersebut diketahui rencananya akan dimulai di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).
“Tanahnya dari zaman dahulu sudah ada sampai 1 juta hektare (ha). Tapi secara bertahap bisa dikelola, apakah nanti 100 ribu ha atau 200 ribu ha dan seterusnya. Dan offtakernya adalah Bulog,” kata Luhut dalam unggahan akun Instagramnya @luhut.pandjaitan.
Luhut menilai, kerja sama di sektor pertanian terutama beras ini sangat penting dan diperlukan, mengingat Indonesia masih terus melakukan importasi.
“Kita beras selalu impor 2 juta (ton) lah, 1,5 juta lah, dan seterusnya. Jadi kalau program ini jalan dan menurut saya harus jalan (kita tidak perlu impor). Kita sebenarnya minta 4-5 ton aja, kalau kita punya di Pulang Pisau Kalteng itu 400 ribu ha. Itu sudah hampir 2 juta ton, bisa kita teruskan dengan yang lain,” tuturnya.
Baca Juga: Benih Hibrida Bukan Jawaban Genjot Produktivitas Padi
Selain soal pertanian, Luhut juga menyampaikan Indonesia menggandeng China agar bekerja sama di sektor hortikultura, tepatnya di Humbang Hasundutan, Toba. Namun, hingga saat ini kata dia, kerja sama tersebut belum berjalan secara optimal karena terlalu lambat.
Kawasan tersebut rencananya ke depan akan ditanami cabai keriting, bawang putih, dan buah-buahan seperti durian.
“Kita bekerja sama dengan mereka, bikin laboratorium bersama. Saya sekarang jadi yakin bahwa teknologi transfer tidak bisa tanpa riset. Jadi kita mulai dengan riset mereka yang sudah ada dengan peneliti-peneliti kita,” jelas Luhut.