08 Desember 2023
18:05 WIB
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan, akan memberikan dukungannya dalam membantu pengembangan perusahaan pemula atau startup untuk menjangkau pasar. Hal ini diperlukan agar produk yang diciptakan bisa memenangi persaingan.
"BRIN ada pendanaan untuk startup. Perusahaan pemula bisa bekerja sama dengan BRIN dengan beberapa syarat," kata Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Zamroni Salim di Jakarta, Jumat (8/12)
Melalui program pendanaan Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR), BRIN bertindak sebagai funding agency yang menyediakan pendanaan riset. Tidak hanya bagi periset, juga bagi masyarakat, perguruan tinggi, dan generasi muda yang ingin mendirikan perusahaan pemula berbasis riset.
Program pendanaan tersebut merupakan pembiayaan untuk calon perusahaan pemula berbasis hasil riset BRIN, agar siap untuk menjadi perusahaan pemula yang mendatangkan keuntungan dan berkelanjutan.
Peserta terpilih akan mengikuti mentoring selama maksimal enam bulan. Peserta yang lulus mentoring kemudian akan mendapatkan pendanaan sampai dengan Rp300 juta per tahun, dengan pendanaan maksimal dua tahun dan dapat diperpanjang selama satu tahun berdasarkan evaluasi tahunan.
Zamroni mengatakan, syarat yang harus dipenuhi perusahaan pemula adalah produknya dibangun dengan berbasis riset. Selanjutnya, umur perusahaan tidak boleh lebih dari tiga tahun.
Menurutnya, perusahaan yang berumur lebih dari tiga tahun, sudah tidak bisa lagi disebut sebagai perusahaan pemula.
"Setelah memenuhi beberapa syarat itu, perusahaan pemula bisa mengajukan kepada Kedeputian BRIN supaya difasilitasi dalam hal riset dan inovasi," ujar Zamroni.
BRIN pun bisa memberikan bantuan untuk pengembangan sampai perusahaan pemula bisa diterima di pasar, memenuhi profit, dan bisnisnya bisa berjalan.
Baca Juga: Kiat Bangun Perusahaan Startup Sukses
Oh, iya, program pendanaan Riset dan Inovasi Indonesia Maju tersebut dibuka setiap tahun, tanpa dibatasi sektor-sektor tertentu dan bisa diikuti secara terbuka oleh siapa pun.
Lebih lanjut, Zamroni menuturkan, pihaknya memberikan pendampingan dari mulai pra-inkubasi, inkubasi, dan pasca inkubasi sampai perusahaan tersebut diterima oleh pasar.
Sekadar informasi, BRIN bekerjasama dengan perusahaan pemula sampai mereka diterima pasar. Jika pasar tidak menerima berarti perusahaan rintisan itu tidak layak secara ekonomis.
"Tentu di sini tidak ada jaminan, semua startup yang dibina BRIN sukses, karena ujian sebenarnya adalah di pasar bisa tidak mereka diterima pasar. Kalau dia bisa diterima pasar, dia jalan, dan profit, maka bisa lepas pasca inkubasi dengan BRIN," kata Zamroni.
Setelah produk startup itu diterima pasar, lanjutnya, maka tugas BRIN sudah selesai. “Proses konsultasi tetap bisa dijalankan, tetapi untuk pendampingan dengan pendanaan itu hanya sampai proses pasca inkubasi, setelah mereka diterima atau ditolak di pasar," pungkasnya.
Indentifikasi Pasar
Sekadar informasi, berdasarkan rangkuman data Startup Ranking, Indonesia menduduki posisi ke enam secara global dengan jumlah sebanyak 2.543 perusahaan pemula. Indonesia hanya kalah dari Amerika Serikat dengan 75.950 startup, India 15.761 startup, United Kingdom 6.931 startup, Kanada Rp 3.759 startup, dan Australia 2.707 startup.
Baca Juga: MenKopUKM Dukung Kerja Sama Indonesia-Korsel Untuk Kembangkan Startup
Sebelumnya, Partner of East Ventures, Melisa Irene membagikan kiat membangun startup yang sukses. Melansir dari laman resmi East Ventures, dia mengatakan sebagai seorang founder atau CEO harus bisa mengidentifikasi pasar. Maklum, tanpa ada pasar untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan, sebuah bisnis tidak akan berjalan.
Selain kemampuan mengidentifikasi pasar, founder dan CEO juga harus memiliki visi dan misi yang kuat. Kedua hal tersebut menurutnya dapat menjaga keberlanjutan sebuah usaha dalam banyak hal.
Misalnya, saat perusahaan memilih sumber daya manusia dalam proses merekrut karyawan.
"Kita tidak hanya lihat dia mampu atau tidak, tetapi apakah dia punya mimpi yang sama. Visi dan misi yang dia lihat di perusahaan yang teman-teman bikin itu harus bisa beriringan nilai-nilai hidup yang mereka tanamkan. Makanya, ini penting sekali untuk dibicarakan. SDM yang tepat," tuturnya.
Tantangan berikutnya adalah dukungan dari institusi penunjang lainnya. Dia mengatakan, ketika perusahaan tambah besar, tantangan tentu tambah besar.
Menurutnya, di level-level tertentu, startup sudah tidak lagi menghadapi hanya kompetisi, tapi juga regulasi.
"Harus merangkul orang yang tepat, bagaimana bisa tahu posisi kita, apakah kita harus mendekat ke pemerintah? Jika ya, institusi yang mana, bagaimana caranya, agar perusahaan ini tetap bisa berjalan," sebutnya.
Permodalan juga menjadi masalah. Tak hanya soal kekurangan modal, dia menilai dalam beberapa kasus tertentu penanaman modal yang kuat juga seringkali menjadi masalah. Karena itu, seorang founder harus mengerti apa saja yang diperlukan sebuah perusahaan, berapa modal yang diperlukan, serta struktur penanaman modal.