21 November 2023
15:49 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menilai penting kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) untuk mengembangkan startup di tanah air. Indonesia bisa menjadikan Negeri Gingseng itu sebagai acuan pengembangan startup di dalam negeri.
“Kita harus mampu memanfaatkan kerja sama dengan Korea, mengingat perkembangan startup di Korea sudah sangat pesat, dan bisa dijadikan acuan untuk perkembangan ekosistem startup di Indonesia,” ujar Teten saat memberikan sambutan dalam Korea-Indonesia Startup (KOIN) Assesment Workshop di Nusa Dua, Bali, dikutip dari pernyataan resmi, Selasa (21/11).
Menurut Teten, KOIN menjadi ajang bagi Indonesia dan Korea untuk mewujudkan komitmen dalam membina dan memperkuat ekosistem startup di masing-masing negara.
Salah satu tujuan dari KOIN adalah memetakan sekaligus mengidentifikasi peran penting para stakeholder mulai dari Pemerintah, swasta, akademisi, hingga investor dalam memainkan masing-masing peranan untuk memecahkan berbagai permasalahan.
Baca Juga: Kemenkop UKM-Korsel Hadirkan Kompetisi Startup BMC 2023
“Dengan mengidentifikasi peran-peran ini, kita dapat menciptakan ekosistem yang mampu mendorong inovasi, sekaligus memberikan dukungan dalam menciptakan pertumbuhan startup secara berkelanjutan,” kata dia.
Sebelumnya, KemenKopUKM telah menjalin kerja sama dengan Korean Development Institute (KDI) melalui Knowledge Sharing Program dengan tujuan berbagi wawasan, pengalaman, dan pengetahuan terkait program kebijakan dan inovasi di Korea untuk diimplementasikan pada ekosistem startup Indonesia.
“Ini menunjukkan bahwa kedua negara memiliki tujuan yang sama dalam mengembangkan ekosistem startup di masing-masing negara,” tuturnya.
Untuk itu, dalam kesempatan ini Teten mengajak para pelaku startup di Indonesia untuk mengambil kesempatan belajar satu sama lain, memaksimalkan potensi yang dimiliki, serta secara kolektif mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan.
Tumbuhkan Startup dan UMKM
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata mengungkapkan, KOIN akan menjajaki peluang kolaborasi antara Indonesia dan Korea, khususnya dalam menumbuhkan startup dan UMKM yang selama ini memainkan peran penting dalam ekonomi nasional.
“KOIN juga menjadi media untuk berdiskusi dan kolaborasi dalam mengembangkan startup melalui inovasi teknologi,” ujar Leonard.
Menurutnya, ekosistem startup tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus tercipta dari sebuah sinergi dan perpaduan antara usaha, sumber daya berkualitas, dan ide kreatif.
Untuk itu, Leonard mengungkapkan, dalam acara ini terdapat dua sesi panel yang akan membahas secara spesifik topik-topik penting dalam mengembangkan kesuksesan UMKM pada kedua negara (Indonesia dan Korea).
“Tujuannya agar mampu menghasilkan rekomendasi dalam meningkatkan kolaborasi antara Indonesia dengan Korea dalam mengembangkan ekosistem startup, sekaligus berkontribusi dalam mencapai Sustainable Development Goals (SGDs) bagi kedua negara,” tutur Leonard.
Baca Juga: Founder Startup Simak! Ada Kesempatan Pendanaan Senilai Rp1,9 M
Sementara itu, Director of Korea Development Institute, Dong Chul Cho mengatakan, KOIN diharapkan mampu melahirkan kebijakan-kebijakan yang berdampak langsung pada startup.
“Inovasi menjadi elemen mendasar untuk mendesain kebijakan yang efektif dalam menumbuhkan perkembangan startup maupun UMKM yang merupakan sektor krusial di sebuah negara,” kata Dong Chul.
Menurutnya, UMKM sangat penting bagi perekonomian negara. Bahkan ia menuturkan UMKM di negaranya mampu menyumbang lebih dari setengah nilai PDB Nasional.
“Lebih dari 80% lapangan pekerjaan di Korea disediakan oleh UMKM, dan saya yakin ekonomi Indonesia bisa lebih besar dari Korea,” ujar Dong Chul.
Dong Chul juga meyakini, ke depan akan banyak startup yang saat ini sedang merintis berkembang menjadi perusahaan besar. Dia mencontohkan Google, Tesla, Samsung, hingga Hyundai, yang diyakini juga tumbuh dari UMKM sebelum menjadi pemain dunia seperti sekarang.
“Saya yakin, suatu saat nanti perusahaan besar dunia bisa tumbuh dan berasal dari Indonesia,” tutur Dong Chul.
Sebagai informasi, menurut laporan kolaborasi Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk e-Conomy SEA 2023, nilai investasi ke startup Indonesia mencapai level terendah dalam enam tahun terakhir.
Penurunan ini mengikuti tren global yang menunjukkan peningkatan biaya modal dan tantangan di sepanjang siklus pendanaan. Tercatat, pendanaan startup di Indonesia anjlok 87% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada semester I 2023.
Nilainya turun dari US$3,3 miliar menjadi hanya US$400 juta atau sekira Rp6,3 triliun (asumsi kurs Rp15.757/US$). Penurunan nilai investasi startup di Indonesia merupakan yang terdalam di kawasan Asia Tenggara pada semester I 2023.