c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

01 Februari 2024

15:16 WIB

BPS: Suplai-Permintaan Tak Seimbang Bikin Harga Beras Masih Tinggi

Panen beras di dalam negeri relatif lebih rendah karena terganggu faktor cuaca kering atau El Nino yang berkepanjangan, membuat produksi di bawah permintaan. Hal ini menjadi alasan harga beras tinggi.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

BPS: Suplai-Permintaan Tak Seimbang Bikin Harga Beras Masih Tinggi
BPS: Suplai-Permintaan Tak Seimbang Bikin Harga Beras Masih Tinggi
Pedagang beras menjaga jualannya di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (7/12/2022). ValidNewsID/Arief Rachman

JAKARTA - Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, dinamika pasokan-permintaan yang masih belum seimbang menyebabkan harga beras masih cenderung tinggi hari ini. Kenaikan harga masih terjadi setelah serangkaian upaya pemerintah meredam gejolak harga beras, termasuk memberikan bansos pangan.

Seperti diketahui, pemerintah sudah menggelontorkan bantuan pangan beras pada Maret dan Mei serta September-November 2023. Terbaru, pemerintah juga memutuskan untuk lanjut mendistribusikan bantuan pangan beras pemerintah sepanjang kuartal pertama di 2024.

“Kembali lagi, harga beras yang tinggi ini dipengaruhi oleh supply yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan demand yang tinggi,” katanya menjawab pertanyaan wartawan usai melaporkan Perkembangan IHK Januari 2024, Jakarta, Kamis (1/2). 

Lebih lanjut, Winny menyampaikan, isu kenaikan harga beras juga terjadi lantaran beberapa negara produsen memutuskan menahan laju ekspor berasnya. Akibatnya, harga beras di pasar global masih mengalami kenaikan. 

Baca Juga: Asal Usul Harga Beras di Indonesia Terus Melambung

Sementara itu, sambungnya, panen beras di dalam negeri juga relatif lebih rendah karena terganggu faktor cuaca kering atau El Nino yang berkepanjangan. Hal ini pun sudah BPS sampaikan berulang kali di berbagai kesempatan.

“Untuk bulan Januari dan Februari, BPS memperkirakan, bahwa produksi beras (nasional) masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi. (Sehingga) terjadi defisit (pasokan), sesuai dengan angka yang kami peroleh dari KSA padi,” jelasnya. 

BPS mencatat, pada Januari 2024 komoditas beras masih terpantau mengalami inflasi sebesar 0,64% (mtm), dengan andil sebesar 0,03%. Sebelumnya, di 2023, komoditas beras terpantau mengalami fenomena kenaikan harga atau inflasi hampir sepanjang tahun.

Saat itu, inflasi beras paling rendah terjadi pada Mei 2023 sebesar 0,02% (mtm) dan tertinggi terjadi pada September 2023 sebesar 5,61% (mtm).

Di awal 2024, Winny menyebut, kenaikan harga beras masih terjadi di 28 provinsi atau dominan di seluruh Indonesia. Sedangkan harga beras terpantau sudah menunjukkan penurunan di 10 provinsi lainnya. 

“Seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali-Nusra mengalami kenaikan harga beras,” ujarnya. 

Per Januari 2024, harga beras di penggilingan naik 1,62% (mtm), dari Rp13.157/kg menjadi Rp13.370/kg. Adapun, harga ini terpantau naik signifikan dibanding tahun lalu sebesar 21,78% (yoy), yang saat itu harganya masih berkisar Rp10.979/kg.

Kemudian, harga beras di tingkat grosir naik 0,97% (mtm), dari Rp13.458/kg menjadi Rp13.588/kg. Ini berarti harga juga terpantau naik signifikan dibanding tahun lalu sebesar 16,66% (yoy). Tahun lalu, harga beras grosir masih berkisar Rp11.648/kg.

Terakhir, harga beras di tingkat eceran naik 0,63% (mtm), dari Rp14.290/kg menjadi Rp14.380/kg. Lagi-lagi, harga beras di tingkat eceran juga terpantau naik signifikan dibanding tahun lalu sebesar 16,24% (yoy), saat itu harganya masih berkisar Rp12.371/kg.

Baca Juga: Bapanas Tolak Revisi HET Beras, Dianggap Masih Cocok

Komoditas Pangan Hadapi Gangguan Lain
Secara umum, harga pangan utamanya kategori pangan bergejolak di Indonesia awal tahun ini juga masih mengalami kenaikan akibat sejumlah faktor teknis. Seperti kurangnya pasokan pangan di beberapa wilayah akibat dari faktor cuaca. 

“(Begitu) juga rusaknya beberapa akses jalan atau infrastruktur dan hambatan distribusi untuk beberapa komoditas pangan,” beber Winny. 

Berdasarkan paparannya, inflasi pangan terpantau terjadi pada Januari di beberapa tahun terakhir. Seperti pada Januari 2020, komoditas pangan memberikan andil kepada inflasi bulanan seperti cabai merah (0,13%), cabai rawit (0,05%), ikan segar (0,04%), minyak goreng (0,04%), rokok sigaret putih mesin (0,03%), dan beras (0,03%).

Selanjutnya, Januari 2021, komoditas pangan menyumbang ke inflasi bulanan seperti cabai rawit (0,08%), tempe (0,03%), ikan segar (0,03%), tahu mentah (0,02%), dan nasi dengan lauk (0,01%).

Kemudian, Januari 2022, komoditas pangan memberi andil inflasi bulanan seperti daging ayam ras (0,07%), ikan segar (0,04%), telur ayam ras (0,03%), dan beras (0,03%). Untuk Januari 2023, andil inflasi komoditas pangan terdiri dari beras (0,07%), ikan segar (0,04%), cabai merah (0,04%), dan cabai rawit (0,03%).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar