17 Februari 2025
17:41 WIB
BPS: Kinerja Ekspor Kakao Indonesia 2024 Meroket 118,64%
Kakao jadi komoditas ekspor yang meningkat paling signifikan sepanjang 2024 dengan nilai US$2,62 miliar. Capaian ini meningkat sekitar 118,64% (ctc) dari nilai ekspor kakao 2023 senilai US$1,2 miliar.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
Petani di Kampung Imsar, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua, siap memetik buah kakao yang sudah matang, Selasa (11/2/2025). Antara/Andi Firdaus
JAKARTA - Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan, kakao jadi komoditas ekspor yang meningkat paling signifikan di sepanjang 2024 dengan nilai US$2,62 miliar. Capaian ini meningkat sekitar 118,64% (cumulative-to-cumulative/ctc) dari nilai ekspor kakao 2023 yang senilai US$1,2 miliar.
"Pada tahun 2024, nilai ekspor Kakao dan olahan (HS18) mencapai US$2,62 miliar, meningkat sangat signifikan sebesar 118,64% dibandingkan tahun 2023," Amalia dalam Rilis BRS Perkembangan Ekspor-Impor Januari 2025, Jakarta, Senin (17/2).
Sementara itu, per Januari 2025, komoditas ini juga menunjukkan kinerja ekspor yang mentereng dengan nilai US$320,52 juta. Capaian ini meningkat sebesar 3,4% (mtm), dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$310 juta.
Dijelaskan bahwa jenis produk turunan kakao yang menjadi unggulan diekspor pada Januari 2025, antara lain mentega kakao, lemak dan minyak kakao dengan nilai US$212,88 juta; diikuti bubuk dan pasta kakao yang telah dihilangkan lemaknya dengan nilai US$76,9 juta.
Baca Juga: BPS: Januari 2025, RI Cetak Surplus Dagang US$3,45 M
Selain itu, ada pula ekspor pasta kakao yang tidak dihilangkan lemaknya dengan nilai US$15,38 juta, biji kakao utuh atau pecah, mentah atau sangrai tidak difermentasi senilai US$6,57 juta; dan kakao dalam bentuk lainnya senilai US$8,81 juta.
"Produk ekspor unggulan Indonesia adalah kakao olahan seperti mentega kakao, lemak dan minyak kakao, bubuk kakao dan pasta kakao," ucapnya.
Adapun negara tujuan ekspor utama kakao Indonesia pada Januari 2025 adalah Amerika Serikat (US$71,66 juta), India (US$47,49 juta), Tiongkok (US$35,35 juta), Malaysia (US$27,10 juta) Estonia (US$18,08 juta), dan negara lainnya (US$112,75 juta).
Impor Kakao Juga Ikut Naik
Di saat bersamaan, Amalia juga memaparkan, Indonesia juga mengimpor kakao dan olahannya dengan nilai US$1,46 miliar sepanjang 2024. Adapun, impor kakao dan olahannya terpantau naik 48,81% (ctc) dibanding tahun sebelumnya yang senilai US$980 juta.
Adapun impor kakao Indonesia per Januari 2025 menyentuh US$300 juta, atau tumbuh hingga 119% (mtm) yang senilai US$140 juta.
"Dari sisi negara asal impor, Ekuador menjadi pemasok utama biji kakao untuk Indonesia dengan nilai impor hingga US$136,79 juta (pada Januari 2025)," ujarnya.
Selain itu, ada pula Kenya (US$32,08 juta), Kamerun (US$24,33 juta), Malaysia (US$15,66 juta), Papua Nugini (US$14,4 juta), dan negara lain (US$81,17 juta) yang menjadi negara asal impor kakao untuk Indonesia pada awal 2025 ini.
Baca Juga: Impor RI Turun 15,18% Pada Januari 2025, Ini Faktor Penyebabnya
Komoditas kakao yang palig banyak diimpor di Januari 2025 meliputi biji kakao, utuh atau pecah, mentah atau sangrai, difermentasi (US$266,51 juta); Bubuk kakao tanpa tambahan gula atau pemanis lainnya (US$16,45 juta); serta Cokelat dan olahan makanan lainnya yang mengandung kakao (US$7,41 juta).
Lalu, Pasta kakao, seluruhnya atau sebagian dikurangi lemaknya (US$4,01 juta); Cokelat dalam bentuk cair, pasta, butiran, atau bentuk curah lainnya dalam wadah atau kemasan langsung dengan isi lebih dari 2 kg (US$2,61 juta) dan produk coklat lainnya (US$7,43 juta).
"Impor bahan baku kakao yang meningkat ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung produksi olahan kakao Indonesia dalam kegiatan ekspor," sebutnya.
Secara umum, komoditas kakao dan olahannya di Indonesia masih mengalami surplus perdagangan dengan nilai sebesar US$1,16 miliar di 2024.