04 Februari 2025
08:00 WIB
BPS: Inflasi Cabai Rawit-Merah Januari Akibat Curah Hujan Tinggi
Curah hujan yang relatif tinggi mempengaruhi jumlah panen tanaman hortikultura, terutama cabai rawit dan cabai merah, sehingga menyumbang inflasi.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Pedagang menimbang cabai dagangannya di Pasar Flamboyan, Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (3/1/2025). AntaraFoto/Jessica Wuysang
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan alasan inflasi cabai merah dan cabai rawit yang menyumbang inflasi di Januari 2025, yakni masing-masing sebesar 0,19% dan 0,17%.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan tingginya harga cabai merah dan cabai rawit di awal tahun 2025 akibat curah hujan yang relatif tinggi.
Pasalnya, saat curah hujan relatif tinggi dapat mempengaruhi jumlah panen tanaman hortikultura.
"Biasanya pada saat curah hujan relatif tinggi ini mempengaruhi jumlah panen tanaman hortikultura, terutama cabai rawit dan cabai merah," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/2).
Baca Juga: BPS: Gas Melon Sumbang Inflasi Bahan Bakar Rumah Tangga
Selain cabai merah dan cabai rawit, Amalia menyebutkan terdapat komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi di Januari 2025, yaitu ikan segar, minyak goreng, dan bensin yang tercatat memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,03%.
"Inflasi bulan ke bulan (mtm) menurut komponen, deflasi yang terjadi pada Januari 2025 kalau kita lihat, berdasarkan komponennya adalah karena didorong oleh komponen harga diatur pemerintah. Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,30%, di mana komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,20%," ujarnya.
Amalia menyebutkan, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah minyak goreng, emas perhiasan, biaya sewa rumah, kopi bubuk, mobil dan sepeda motor.
Sedangkan, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 7,38% dengan andil deflasi sebesar 1,44%. Komoditas yang memberikan andil deflasi komponen diatur pemerintah adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api.
Sementara itu, komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,95% dengan andil inflasi sebesar 0,48%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.
Baca Juga: BPS: Inflasi 2024 Jadi Yang Terendah Sepanjang Sejarah
Inflasi Terendah
Amalia menyampaikan bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,76% (month-to-month/mtm) pada Januari 2025. Dengan demikian, terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK), dari 106,80 poin pada Desember 2024 menjadi 105,99 poin pada Januari 2025.
Sementara itu, untuk inflasi tahunan menjadi 0,76% (year-on-year/ yoy). Inflasi nasional sepanjang tahun berjalan mencapai 0,76% (year-to-date/ytd).
"Inflasi tahunan (yoy) di bulan Januari 2025 ini adalah yang terendah sejak Januari tahun 2000," terang Amalia.
Dia menjelaskan, inflasi inti secara tahunan yang terbesar datang dari emas perhiasan, dengan andil sebesar 0,36%.
Kemudian disusul oleh minyak goreng sebesar 0,14%, kopi bubuk 0,11%, dan dilanjutkan dengan nasi dengan lauk yang sebesar 0,06%.