01 November 2023
11:52 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini melaporkan, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,17% (month to month/mtm) pada Oktober 2023. Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 115,44 poin pada September menjadi 115,64 poin pada Oktober 2023.
Adapun, Indonesia masih mengalami inflasi sebesar 2,56% (year-on-year/yoy). Sementara, inflasi Nusantara sepanjang tahun berjalan mencapai 1,8% (year-to-date/ytd).
“Tingkat inflasi bulanan Oktober 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu,” sebutnya dalam laporan Perkembangan IHK Oktober 2023, Jakarta, Rabu (1/11).
BPS mencatat, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Oktober 2023 adalah transportasi sebesar 0,55% dengan andil kepada inflasi sebesar 0,07%. Disusul inflasi kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 0,2% dengan andil 0,05%.
Baca Juga: Inflasi Beras 13,76%, BPS: Tertinggi Sejak 2015
Jika ditilik komoditas pendorong inflasi bulanan, terutama disumbang oleh beras dengan andil inflasi sebesar 0,06%, kemudian bensin (0,04%), cabai rawit (0,03%), kemudian tarif angkutan udara (0,02%).
“Selain itu, terdapat beberapa komoditas lain yang memberikan andil inflasi sebesar 0,01% di antaranya adalah cabai merah, emas perhiasan, tarif air minum PAM, jeruk dan sawi hijau,” jabarnya.
Secara keseluruhan 90 kota IHK yang dipantau pergerakan IHK bulanannya, sebanyak 69 kota mengalami inflasi dengan 42 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari inflasi nasional. Sedangkan, sebanyak 21 kota lainnya terpantau mengalami deflasi.
Untuk Pulau Sumatra, inflasi tertinggi terjadi di Kota Palembang sebesar 0,53% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,62% (mtm).
Adapun di Pulau Jawa, inflasi merata terjadi di seluruh wilayah dengan inflasi terendah terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,01% (mtm), kemudian inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,63% (mtm).
Kemudian Kepulauan Bali-Nusra, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kupang sebesar 0,47% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Bima sebesar 0,11% (mtm). Di pulau Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Palangka Raya sebesar 0,63% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Tarakan sebesar 0,13% (mtm).
Baca Juga: BPS: Dampak Kebijakan Kenaikan BBM Ke Inflasi Terbatas
Di pulau Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Gorontalo sebesar 1,00% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Luwuk sebesar 0,58% (mtm). Terakhir, di kepulauan Maluku-Papua, inflasi tertinggi terjadi di Kota Sorong sebesar 0,74% (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Tual sebesar 1,08% (mtm).
Secara nasional, per September 2023, inflasi tertinggi terjadi di Kota Gorontalo sebesar 1,00% (mtm). Sedangkan deflasi terdalam di Indonesia terjadi di Kota Tual sebesar 1,08% (mtm).
“Inflasi tertinggi terjadi di Gorontalo dengan komoditas penyumbang inflasi antara lain cabai rawit dengan andil inflasi sebesar 0,53%; beras (0,20%); rokok kretek filter (0,06%); tomat (0,05%); dan upah asisten Rumah Tangga (0,04%),” jelasnya.