13 Februari 2024
20:55 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Direktur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi mengungkapkan alasan hilangnya stok beras premium di ritel modern dalam beberapa waktu terakhir adalah tingginya harga gabah. Menurutnya, saat ini harga gabah di petani untuk beras premium sudah mengalami kenaikan di mayoritas sentra produksi padi.
Sebagai bukti, Bayu menyampaikan beberapa sentra produksi dengan harga gabah yang telah tinggi melebihi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang telah ditetapkan yaitu Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp5.000 per kg, dan berimbas pada naiknya harga beras premium di wilayah tersebut.
Wilayah yang dimaksud antara lain, Karawang dengan harga gabah di petani Rp7.150 per kg dan beras premium seharga Rp14.333 per kg. Lalu di Banyumas, Banjarnegara, dan Cilacap tercatat harga gabah telah mencapai Rp8.500 per kg, sehingga harga beras sekitar Rp15.000 per kg.
Baca Juga: Asal Usul Harga Beras di Indonesia Terus Melambung
Harga gabah di Sragen juga mencapai Rp8.100 per kg dengan harga beras premium Rp14.200 per kg, Ngawi memiliki harga gabah senilai Rp8.200 per kg dengan harga beras premium senilai Rp15.700 per kg. Kemudian harga gabah di Sidrap, Sulawesi Selatan, senilai Rp7.900 per kg dengan harga beras premium Rp14.050 per kg.
“Jadi kondisi harga gabah yang sudah mencapai di atas Rp7.000 atau Rp7.500 per kg itu terjadi di hampir semua sentra produksi,” jelas Bayu dalam konferensi pers Bulog di Kantor Perum Bulog, Selasa (13/2).
Tingginya harga gabah tersebut, membuat ritel modern tidak berani menjual harga beras premium di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, yaitu berdasarkan Perbadan Nomor 7 Tahun 2023, HET beras premium di zona 1 (Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi) senilai Rp13.900 per kg, zona 2 (Sumatra selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan) senilai Rp14.400 per kg, dan zona 3 (Maluku dan Papua) senilai Rp14.800 per kg.
“Implikasi dari kondisi tersebut adalah, retail modern nggak berani (menjual di atas HET), karena reputasi yang akan jadi taruhan. Karena kalau sampai ketahuan maka akan menimbulkan masalah bagi si ritel modern,” ungkap Bayu.
Kenaikan harga gabah sendiri sudah terjadi sejak triwulan II-2023 lalu, namun menurut Bayu saat itu ritel masih berani menjual beras premium meski ada kerugian, karena berharap akan meraup untuk saat panen raya tiba Februari – Maret 2024. Namun adanya El Nino, menyebabkan musim panen raya mundur.
Baca Juga: Harga Beras Terus Naik, Pengamat: Salah Komunikasi Pemerintah
“Awal-awal mungkin pengusaha beras itu berpikir ‘ah ya udah deh, untuk menjaga langganan’ maka di jual rugi. Agar saat panen harganya turun, bisa tetap dijual harga segitu. Jadi bulan ini agak rugi sedikit gapapa, bulan depan untung. Begitu logika bisnisnya,” tutur Bayu.
Untuk mengisi kekosongan stok beras premium tersebut, maka Bulog kata Bayu telah menggelontorkan total sekitar 4 ribu ton beras kualitas premium untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk wilayah Jakarta. Jumlah tersebut telah diguyurkan pada Senin (12/2) kemarin ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Food Station, dan sejumlah ritel modern.
“Kemarin kita kirim ke Hypermart 40 ton, Ramayana 50 ton, Lotte Mart 10 ton, Alfamart 30 ton, Indomaret 50 ton, Indogrosir 40 ton, Food Station 800 ton, dan PIBC 2.800 ton. Jadi total hampir 4 ribu ton SPHP di Jakarta saja,” pungkas Bayu.