18 Februari 2025
18:10 WIB
BNI Ungkap Alasan Bakal Buyback Saham Rp1,5 Triliun
Rencana buyback ini akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 26 Maret 2025 mendatang.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Nasabah menggunakan salah satu layanan digital unggulan BNI, Mobile Banking BNI. ANTARA/ Humas BNI
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) secara resmi mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp1,5 triliun. Rencana ini akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 26 Maret 2025 mendatang.
"Buyback dimaksudkan untuk membantu mengurangi tekanan jual di pasar saat indeks harga saham sedang berfluktuasi, sekaligus memberikan indikasi kjepada investor bahwa perseroan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perseroan," tulis manajemen BNI dalam keterangan yang dikutip Selasa (18/2).
Nantinya, BNI berencana melakukan buyback dalam jangka waktu 12 bulan setelah disetujui dalam RUPST. Sehubungan dengan pelaksanaan buyback, perseroan akan menganggarkan sejumlah dana yang berasal dari arus kas bebas (free cash flow) berupa saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.
Saham yang dibeli kembali (buyback) diperkirakan mencapai maksimum 10% dari modal yang ditempatkan dalam perseroan, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Baca Juga: BNI Berencana Pacu Kredit Berkelanjutan Hingga Rp199,67 Triliun
Masih berdasarkan keterbukaan informasi, keputusan buyback ini didorong oleh tekanan pasar yang meningkat sejak akhir 2024, terutama akibat sentimen global.
Mulai dari hasil pemilu Amerika Serikat (AS) pada November 2024 yang memberikan terkanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kebijakan suku bunga The Fed yang memberikan sinyal pemangkasan menjadi hanya 25-50 basis poin (bps) di 2025, depresiasi rupiah terhadap USD, hingga fluktuasi likuiditas di pasar keuangan.
Per 7 Februari 2025, saham BNI (BBNI) ditutup pada Rp4.270 per lembar, turun 25,7% secara tahunan (year on year/YoY), meskipun secara rata-rata sepanjang 2024, saham BBNI masih mencatatkan kenaikan 11,1% YoY.
Dengan asumsi seluruh dana buyback sebesar Rp1,5 triliun digunakan, total aset dan ekuitas BNI akan berkurang dengan jumlah yang sama.
Namun, manajemen memastikan bahwa aksi korporasi ini tidak akan berdampak negatif secara material terhadap operasional maupun laba perseroan.
"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan buyback tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha perseroan, mengingat perseroan memiliki modal dan cash flow yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha perseroan," tuturnya.
Baca Juga: Payroll BNI Tumbuh 12,9% Di 2024
Proyeksi setelah buyback menunjukkan laba bersih per saham (EPS) BNI meningkat dari Rp575 menjadi Rp581, sementara return on equity (ROE) naik tipis dari 14,24% menjadi 14,39%.
Hal ini menunjukkan bahwa buyback berpotensi memberikan nilai tambah bagi pemegang saham tanpa mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.
Selain menjaga stabilitas harga saham, BNI juga berencana mengalokasikan saham hasil buyback untuk program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi, dan dewan komisaris. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pertumbuhan jangka panjang perusahaan, sejalan dengan ketentuan Peraturan OJK (POJK) No. 45/POJK.03/2015 tentang remunerasi berbasis kinerja bagi bank umum.
Pengalihan saham ini akan dilakukan dalam waktu maksimum tiga tahun setelah buyback selesai, dan jumlah saham yang dialihkan akan disesuaikan dengan realisasi buyback.