c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

23 April 2024

14:20 WIB

BKF: Surplus Dagang Maret Jaga Ketahanan Ekonomi Domestik RI

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyebut kelanjutan surplus dagang sebesar US$4,47 miliar pada Maret 2024 jaga ketahanan ekonomi domestik RI.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Rikando Somba

<p>BKF: Surplus Dagang Maret Jaga Ketahanan Ekonomi Domestik RI</p>
<p>BKF: Surplus Dagang Maret Jaga Ketahanan Ekonomi Domestik RI</p>

Truk trailer melintas di kawasan penumpukan kontainer (container yard) PT Terminal Petikemas Surabaya di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/12/2023). Antara Foto/Didik Suhartono

JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebutkan, kelanjutan surplus dagang sebesar US$4,47 miliar pada Maret 2024 jaga ketahanan ekonomi domestik RI. Torehan yang sama juga berhasil memperpanjang capaian surplus dagang yang sudah berjalan 47 bulan terakhir atau sejak Mei 2020. 

“Capaian positif ini tentunya patut kita syukuri di tengah ketidakpastian perekonomiam global. Berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik yang sangat baik,” ujarnya dalam kterangan pers, Jakarta, Selasa (23/4).

Nilai surplus dagang tersebut lebih tinggi US$1,64 miliar dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 dan lebih tinggi dari Maret 2023 yang sebesar US$2,83 miliar. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Maret mencapai US$7,31 miliar. 

Ferbrio merinci, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 sebesar US$22,43 miliar atau turun 4,19% (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan Februari 2024, ekspor pada Maret 2024 meningkat 16,40% (mtm). 

“Sejalan dengan peningkatan harga komoditas ekspor global sepanjang bulan Maret, khususnya untuk komoditas batu bara dan logam mulia,” urainya. 

Baca Juga: BPS: Surplus Dagang Maret Tembus US$4,47 M

Secara sektoral, penurunan ekspor terjadi pad a industri pertambangan, sedangkan industri pengolahan dan sektor pertanian masih tumbuh cukup baik sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di negara mitra utama seperti AS dan India. 

Sementara itu, Tiongkok sebagai mitra utama dengan pangsa 22,44% terhadap total ekspor Indonesia, mengalami pertumbuhan yang terhambat. “Akibat krisis properti yang juga berdampak pada termoderasinya aktivitas perdagangan Indonesia dan Tiongkok,” jelasnya. 

Secara kumulatif, total ekspor pada periode kuartal I/2024 tercatat mencapai US$62,20 miliar, turun 7,25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$67,06 miliar.

Sementara itu, impor Indonesia di Maret 2024 tercatat sebesar US$17,96 miliar atau turun 12,76% (yoy). Didorong oleh menurunnya impor sektor nonmigas sebesar 16,72% (yoy) di tengah kenaikan impor sektor migas sebesar 10,34% (yoy). 

“Namun, jika dilihat dari sisi volume, impor pada bulan ini masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,11% (yoy),” terangnya. 

Berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal dan bahan baku penolong mengalami penurunan. Sedangkan, impor barang konsumsi meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat menjelang lebaran. 

Baca Juga: Ekonom: Kenaikan Surplus Neraca Dagang Sejalan Peningkatan Ekspor Ke China

Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari s.d. Maret 2024 tercatat mencapai US$54,90 miliar, turun sebesar 0,10% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu US$54,95 miliar.

Ke depan, Febrio menyebutkan aktivitas ekonomi sepanjang 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global. Seperti tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap rantai pasok global, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.

Sementara itu, World Economic Outlook (WEO) April 2024 memproyeksi, pertumbuhan global untuk tahun ini sebesar 3,2%. Capaian ini terhitung masih berada di bawah rata-rata tahunan historis 2000–2019 yang mencapai 3,8%. 

Untuk itu, pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional.

“Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” urainya.

Senada, Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengapresiasi capaian surplus dagang Maret 2024. Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada Februari 2024 sebesar US$0,83 miliar. 

“Bank Indonesia memandang perkembangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut,” sebut Erwin, Senin (22/4). 

Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain. 

“Guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” singkatnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar