c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

17 November 2023

12:29 WIB

BKF: Meski Turun, Surplus Neraca Dagang Oktober Topang Neraca Berjalan

BKF Kementerian Keuangan menyatakan, capaian neraca dagang sejauh ini dapat menopang posisi neraca berjalan Indonesia.

Penulis: Khairul Kahfi

BKF: Meski Turun, Surplus Neraca Dagang Oktober Topang Neraca Berjalan
BKF: Meski Turun, Surplus Neraca Dagang Oktober Topang Neraca Berjalan
Ilustrasi. Sejumlah pekerja mengawasi aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/9/2022). Antara Foto/Aditya Pradana Putra

JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkapkan, capaian neraca dagang sejauh ini dapat menopang posisi neraca berjalan Indonesia. Pada gilirannya, capaian surplus dagang ini berkontribusi terhadap penguatan sektor eksternal dan terjaganya stabilitas ekonomi makro.

“Meski mengalami penurunan, neraca perdagangan Indonesia yang masih surplus di Oktober ini mencerminkan daya tahan Indonesia di tengah risiko global yang masih eskalasi,” katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (17/11).

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar US$3,48 miliar. Hal ini merupakan surplus neraca perdagangan yang telah berlangsung selama 42 bulan secara berturut-turut. 

Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan selama periode Januari-Oktober 2023 mencapai US$31,22 miliar. Jumlah ini terlihat lebih rendah daripada periode sama tahun lalu yang berhasil mencetak surplus dagang hingga US$45,44 miliar.

Baca Juga: BPS: Capai US$3,48 M, Surplus Neraca Perdagangan Bertahan 42 Bulan

Kementerian Keuangan menyatakan akan terus menyoroti seluruh dinamika global yang berpotensi mengganggu perekonomian Indonesia. Seperti diketahui, gejolak global terlihat pada pelemahan prospek pertumbuhan global, volatilitas pasar keuangan meningkat, hingga instabilitas geopolitik dunia.

“Peningkatan risiko ini akan terus kami waspadai dengan terus memantau dan menyiapkan berbagai opsi bantalan kebijakan untuk meredam gejolak global dan menjaga stabilitas dan kinerja ekonomi," ujarnya.   

Sejatinya, Febrio melanjutkan, pelambatan kinerja perdagangan internasional tak hanya dialami oleh Indonesia saja. melainkan juga terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia sebagai konsekuensi pelemahan ekonomi global. 

Dirinya pun mencontohkan, meskipun perekonomian Amerika Serikat (AS) dalam tren menguat, impor AS dari global secara keseluruhan masih terkontraksi.  

“Hal ini terutama karena tren penguatan ekonomi AS lebih ditopang oleh sektor jasa domestik. (Hasilnya), nilai ekspor Indonesia ke AS terkontraksi sebesar -0,51% (month to month/mtm),” urainya.

Demikian pula perlambatan aktivitas ekonomi di kawasan ASEAN, yang menyebabkan ekspor ke Singapura dan Malaysia terkontraksi masing-masing sebesar 4,73% dan 2,28% (mtm).

“Namun berbeda dengan ekspor (Indonesia) ke Tiongkok, yang masih tumbuh sebesar 11,96% (mtm) di tengah perlambatan ekonomi negara itu,” ungkapnya. 

Baca Juga: BI: Surplus Neraca Dagang Topang Ketahanan Eksternal

Secara umum, ekspor Indonesia selama Oktober 2023 tercatat US$22,15 miliar. Capaian ini turun sebesar 10,43% (yoy), terutama karena high base effect tahun lalu serta menurunnya harga komoditas tahun ini.

Penurunan tersebut terjadi pada semua sektor, yaitu sektor industri pengolahan (5,03%, yoy), pertambangan (28,57%, yoy), dan pertanian (21,58%, yoy).  

Meskipun dari sisi nilai mengalami penurunan, namun volume ekspor mengalami kenaikan sebesar 7,16% (yoy), sebagai indikasi bahwa permintaan dari negara-negara mitra masih cukup kuat. Secara kumulatif, ekspor Indonesia selama periode Januari-Oktober 2023 mencapai US$214,41 miliar.

Di sisi lain, kinerja impor Indonesia di bulan yang sama tercatat sebesar US$18,67 miliar atau turun 2,42% (yoy). “Penyebab utama turunnya kinerja impor tersebut adalah penurunan impor bahan baku/penolong sebesar 6,08% (yoy),” jelasnya.

Sementara impor barang konsumsi dan barang modal tumbuh masing-masing sebesar sebesar 3,83% dan 11,08% (yoy). Secara kumulatif, impor Indonesia pada periode Januari-Oktober 2023 mencapai US$183,19 miliar.  

“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” tegas Febrio. 

Terpisah, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menilai positif perkembangan surplus neraca perdagangan Indonesia yang berlanjut pada Oktober 2023. Bank Indonesia memandang surplus dagang sebesar US$3,48 miliar ini dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut. 

“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain, guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pemulihan ekonomi nasional,” papar Erwin, Rabu (15/11).



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar