10 April 2025
20:36 WIB
Bitcoin Sempat Melonjak US$83.000, Pasar Tetap Tunjukan Kehati-hatian
Analis Tokocrypto menilai terdapat indikator yang menunjukkan pelaku pasar besar masih menahan diri di tengah penguatan Bitcoin.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Pelaku bisnis Kripto, Nanda Rizal memantau grafik perkembangan nilai aset kripto, Bitcoin di Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/3/2022). Antara Foto/Ari Bowo Sucipto
JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) melonjak lebih dari 7% dan menembus level US$83.000 pada Kamis (10/4), menandai kenaikan intraday terkuat sejak Maret lalu. Namun, di tengah euforia pasar, data derivatif menunjukkan para pedagang profesional tetap berhati-hati.
“Ini terlihat dari indikator pasar derivatif seperti premi berjangka dua bulan BTC sempat melonjak di atas ambang batas netral 5%, namun gagal mempertahankan momentumnya,” kata Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur dalam pernyataan resmi, Kamis (10/4).
Selain itu, delta skew 25% untuk opsi BTC yang mencerminkan ekspektasi risiko pasar sempat menyentuh 12% sebelum turun kembali ke angka netral 3% usai pengumuman Trump.
“Meski ada dorongan harga yang signifikan secara teknikal, pasar derivatif menunjukkan bahwa pelaku pasar besar masih menahan diri untuk benar-benar masuk secara agresif,” ujar Fyqieh.
Baca Juga: Tarif AS Bikin Bitcoin Alami Koreksi Lebih Dari 25%, Begini Strategi Investasi
Dia menjelaskan, hal ini tercermin dari premi kontrak berjangka yang belum stabil dan suku bunga pendanaan yang masih berada di kisaran netral.
Sebagai informasi, lonjakan harga kripto terjadi setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan penundaan tarif global selama 90 hari, kecuali untuk China. AS tetap memberlakukan tarif sebesar 10% untuk seluruh mitra dagang selain China.
Keputusan ini disambut positif oleh pelaku pasar global, termasuk pasar kripto. Selain Bitcoin, altcoin seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Dogecoin (DOGE) juga mencatatkan kenaikan dua digit.
Meski begitu, ketidakpastian makroekonomi global, terutama dari data inflasi AS dan Tiongkok yang akan dirilis dalam waktu dekat, masih menjadi faktor penentu arah harga Bitcoin selanjutnya.
“Konsolidasi dan volatilitas akan tetap tinggi dalam beberapa hari ke depan. Jika data inflasi menunjukkan tekanan yang rendah, maka potensi rally ke US$88.800 atau bahkan US$100.000 bisa terbuka. Tapi jika sebaliknya, tekanan jual bisa kembali membawa BTC ke kisaran support US$73.500,” kata Fyqieh.
Sentimen pasar kripto sempat membaik usai pernyataan CEO BlackRock, Larry Fink, yang pada hari Senin (7/4) menyebut potensi koreksi pasar sebagai “peluang beli” strategis.
Baca Juga: Sempat Terkoreksi, Bitcoin Kini Kembali Sentuh US$80.000
Fink memprediksi pasar global dapat turun hingga 20% jika tarif diberlakukan, namun pernyataannya justru disambut dengan keyakinan pasar usai Trump mengubah arah kebijakan.
“Meskipun begitu, para analis tetap mengingatkan bahwa resistensi kuat BTC ada di kisaran US$88.800, yang merupakan level tertinggi sebelum pengumuman tarif awal Trump pada awal April,” terang dia.
Sementara itu, Detrended Price Oscillator (DPO) yang masih negatif menunjukkan bahwa tren naik belum sepenuhnya terkonfirmasi.
“Dengan pasar yang masih menantikan rilis data ekonomi dari dua kekuatan utama dunia, AS dan China, langkah selanjutnya dari Bitcoin akan sangat ditentukan oleh arah kebijakan moneter global dan ekspektasi inflasi,” tandasnya.