18 September 2025
17:45 WIB
Biaya Logistik Mahal, ALFI Dorong Digitalisasi Sektor Logistik
ALFI menilai digitalisasi dalam sistem logistik penting lantaran berperan dalam memengaruhi harga barang, daya saing ekspor hingga ketahanan ekonomi nasional. Biaya logistik RI masih mahal.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) M. Akbar Djohan. Antara/HO-ALFI
JAKARTA - Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menilai, transformasi logistik menjadi salah satu fondasi penting dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional. Namun saat ini, praktiknya masih menghadapi tantangan besar.
Mulai dari, tingginya biaya yang dapat memengaruhi harga barang, daya saing ekspor, hingga ketahanan ekonomi. Ditambah lagi, tantangan juga datang dari segi infrastruktur serta penyelarasan sistem dan kebijakan.
“Logistik adalah urat nadi perdagangan. Jika sistemnya tidak efisien, maka biaya tinggi akan menjadi beban bagi semua sektor. Visi kita adalah menghadirkan logistik yang terintegrasi, transparan, dan berdaya saing global,” ujarnya dalam pernyataan resmi, Jakarta, dikutip Kamis (18/9).
Baca Juga: ALFI Beberkan 5 Prioritas Kebijakan Atasi Mahalnya Biaya Logistik RI
Perlu diketahui, saat ini biaya logistik Indonesia memiliki bobot sebesar 14,29% dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan negara lain, misalnya negara-negara maju yang berkisar 8-10% terhadap PDB.
Sementara itu, sejumlah negara tetangga di ASEAN punya biaya logistik yang lebih kompetitif dibanding RI, misalnya Thailand (13,2%); Malaysia (13%) dan Singapura (8,5%). Sebab itu, pemerintah menargetkan biaya logistik RI turun hingga 8% pada 2030 mendatang.
Digitalisasi Sistem
Guna mendukung target yang ada, Akbar menilai transformasi logistik penting dilakukan lewat percepatan integrasi sistem melalui kolaborasi pemerintah dan pelaku industri.
Dengan menempatkan transformasi logistik sebagai isu strategis nasional, menurutnya, integrasi sistem logistik bukan lagi pilihan melainkan keharusan dalam menghadapi kompetisi global.
“Indonesia tidak bisa berjalan sendiri. Kita perlu menghubungkan industri dengan ekosistem digital, memperkuat regulasi, sekaligus menyiapkan SDM logistik yang adaptif,” jelas Akbar.
Baca Juga: Airlangga Minta Biaya Logistik Bisa Dipangkas Lebih Cepat
Lebih jauh, Akbar menekankan, logistik berperan dalam mendukung agenda besar pembangunan nasional dan selaras dengan program Asta Cita Presiden RI. Sebab itu, ALFI mendorong agar sektor logistik menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
“Kami ingin logistik Indonesia menjadi katalis, bukan hambatan. Itulah mengapa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk menciptakan efisiensi,” sebutnya.
Dia juga menyoroti pentingnya digitalisasi dan keberlanjutan dalam rantai pasok. Menurutnya, inovasi teknologi seperti big data, smart warehouse, dan sistem pelabuhan terintegrasi akan menjadi pilar transformasi logistik masa depan.
Adapun upaya mengadvokasi pentingnya digitalisasi pada sistem logistik dilakukan melalui gelaran ALFI CONVEX 2025, yang dirancang sebagai forum strategis untuk mempertemukan pemangku kebijakan, pelaku industri, asosiasi, investor, serta peserta pameran dari dalam dan luar negeri.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Percepatan Transformasi Sektor Logistik
ALFI CONVEX 2025 mengusung tema 'Indonesia in Motion: Transformasi Logistik Menuju Indonesia Emas 2045', yang akan digelar pada 12-14 November 2025 di ICE BSD, Tangerang.
ALFI CONVEX 2025 diharapkan mampu memperkuat daya saing logistik nasional sekaligus membuka peluang arus investasi ke sektor-sektor strategis, menjadikannya panggung penting bagi peta jalan logistik Indonesia menuju standar global.
“Digitalisasi bukan lagi tren, melainkan kebutuhan. Dengan teknologi, kita bisa memangkas biaya, mempercepat arus barang, sekaligus menekan emisi karbon,” tandas Akbar.