04 Juni 2025
19:55 WIB
BI Targetkan RI Jadi Peringkat Satu Ekonomi Syariah Global 2029
Menurut Bank Indonesia, setidaknya ada tiga tantangan utama dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Apa saja?
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Pengunjung berada di stand UMKM Festival Kepri Ramadhan Fair (KURMA) 2025 Batam, Kepulauan Riau, Sel asa (18/3/2025). Antara Foto/Teguh Prihatna
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memiliki target ambisius menempatkan Indonesia sebagai peringkat pertama ekonomi syariah global pada 2029 mendatang.
Selain target posisi teratas secara global, pemerintah juga menargetkan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ekonomi syariah bisa mencapai 56% di 2029 nanti.
Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia Imam Hartono mengungkapkan, target ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
“Tentu dengan melihat ini semua, melihat tantangan kemudian juga strateginya, maka kembali ini dibutuhkan effort melalui optimalisasi kebijakan ekonomi syariah dalam bauran kebijakan nasional yang tentu didukung sinergi kolaborasi berbagai pihak untuk pengembangan eksyar nasional,” ujarnya dalam Taklimat Media di Gedung BI, Jakarta, Rabu (4/6).
Baca Juga: BI Dukung Perbankan Syariah Ciptakan Produk Sesuai Keinginan Masyarakat
Menurut Bank Indonesia, setidaknya ada tiga tantangan utama dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Pertama, tantangan dalam industri syariah berupa produksi, mencakup ketersediaan dan kualitas bahan baku halal.
Kedua, lanjut dia, tantangan dalam sektor keuangan syariah, seperti perlunya inovasi model bisnis keuangan syariah, perluasan basis investor, hingga pemanfaatan digitalisasi.
Ketiga, tantangan literasi syariah, yaitu perlunya memperkuat literasi ekonomi dan keuangan syariah masyarakat.
Meski menghadapi sejumlah tantangan, Imam juga menyampaikan, terdapat pula sejumlah peluang strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah nasional.
Dia menjelaskan, peluang tersebut antara lain meningkatnya jumlah penduduk muslim global, digitalisasi dan e-commerce, serta potensi pasar produk halal di negara anggota Organisation of Islamic Cooperation (OIC) yang masih tinggi.
Baca Juga: Kalah dari Thailand dan Korea, Kemenperin Akui Branding Produk Halal RI Masih Minim
Lebih lanjut, Imam menuturkan, konsumsi produk halal oleh umat muslim global juga menunjukkan tren meningkat. Rinciannya, pada 2012 tercatat sebesar US$1,62 triliun, kemudian naik menjadi US$2,29 triliun pada 2022, dan diproyeksikan akan terus meningkat hingga US$3,1 triliun pada 2027.
Adapun untuk saat ini, Indonesia sendiri menempati posisi ketiga dalam peringkat Global Islamic Economy Indicator (GIEI). Posisi Indonesia masih berada di bawah Malaysia dan Arab Saudi.
Namun, menurut Global Islamic Economy Indicator Score Rank, Indonesia berada di posisi keempat. Selain itu, dalam skor indikator GIE lainnya, Indonesia bahkan berada di peringkat kesembilan atau masih di bawah Malaysia yang konsisten di posisi teratas.