16 September 2023
08:39 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan, aliran modal asing keluar dari Indonesia sebesar Rp4,45 triliun sepanjang 11 -14 September 2023. Aliran modal keluar tersebut atau jual neto ini didominasi oleh aliran di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan saham dalam jumlah kecil.
“Nonresiden (investor asing) di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp4,45 triliun, terdiri dari jual neto Rp3,98 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp0,47 triliun di pasar saham,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (8/9).
Dengan perkembangan yang ada, berdasarkan data setelmen hingga 14 September 2023, nonresiden beli neto Rp75,32 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp3,64 triliun di pasar saham.
“(Sementara) premi credit default swap/CDS Indonesia lima tahun per 14 September 2023 sebesar 76,58 bps, turun dibandingkan per 8 September 2023 sebesar 79,03 bps,” sebutnya.
Baca Juga: Lagi, Gubernur BI Jadi Ketua ACC-BIS Asia Hingga 2024
Selain itu, dirinya melaporkan nilai tukar rupiah juga terpantau bergerak melemah menuju akhir pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.350 per dolar AS pada akhir Kamis (14/9) dan dibuka level (bid) Rp15.385 per dolar AS pada jumat pagi (15/9).
Kemudian, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun bergerak naik tipis 3 bps ke level 6,66% pada jumat pagi (15/9), atau relatif sedikit lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya di level 6,63%.
Di waktu yang sama, BI juga memantau Indeks Dolar DXY menguat ke level 105,41 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Baca Juga: BI: Kinerja Penjualan Eceran Menurun Secara Bulanan
Erwin juga menginformasikan, bahwa yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau naik pada Kamis (14/9).
“Yield UST/US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,286%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung hingga kini.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” katanya.